D. 3

167 19 6
                                    

8 tahun telah berlalu, kini adik dari bumi sudah tumbuh menjadi anak yang hampir sama dengan sang kakak.

Dia pintar dan selalu menjadi juara kelas. Anak itu bernama Earth Pirapat. Anak yang lahir bertepatan dengan kematian sang kakak.

Earth tumbuh menjadi anak yang kuat tetapi Earth masih terpukul akan cerita soal kematian kakaknya yang pernah ayahnya ceritakan kepadanya.

Hari ini Earth pulang kerumah sambil membawa piala ditangannya. Dia baru saja memenangkan kompetisi lomba matematika.

Earth kecil diantar jemput oleh supirnya karena kesibukan orangtuanya yang mengharuskan dia menjadi anak yang mandiri dan tidak manja.

Dia ingin segera sampai rumah dan memberitahukan perihal kemenangannya kepada sang mama.

Sesampainya dirumah, Earth segera berlari untuk menemui mamanya. Dia tersenyum saat melihat mamanya sedang duduk santai dirumah keluarga.

"Mama..."

"Hmm. Udah pulang"

Sejak kematian bumi, mamanya memang selalu bersikap dingin terhadap Earth. Terkadang mamanya juga pernah mengganggap Earth adalah penyebab kematian kakaknya.

Dia menyalahkan Earth kenapa dia harus terlahir ditengah kesibukan sang kakak. Sehingga sang kakak harus terburu-buru menemuinya dan berakhir kehilangan nyawanya.

Earth tidak pernah marah kepada mamanya, dia selalu sabar dengan sikap mamanya yang selalu bertingkah seperti itu kepadanya.

"Ma, ini piala kemenangan Erd ma. Erd menang ma"

"Hmm bagus"

"Mama senang kan ma, karena Erd bisa menang kompetensi ini?"

"Erd kamu lihat itu"

Mamanya menunjuk kearah lemari kaca besar yang berisi hampir penuh piala yang pernah Bumi dapatkan mulai dari kecil hingga dia meninggal dunia.

"Mama nyuruh Erd buat naro ini ditempat piala kakak?"

"Gak, kamu lihat sebanyak itu prestasi kakak kamu tapi dia tidak pernah berbangga diri seperti kamu"

Earth kecil hanya bisa menunduk mendengar celotehan mamanya.

"Kamu baru dapat satu aja udah percaya diri banget"

"Ma.. Erd cuma mau apresiasi dari mama"

"Oke selamat ya"

Karena sudah lelah, akhirnya Earth beranjak menuju ke kamarnya untuk sekedar tidur siang. Namun langkahnya berhenti ketika mamanya memanggil.

"Erd"

"Iya ma"

"Udah makan kamu?"

Perasaan Earth menghangat disaat mamanya menanyakan apakah dia sudah makan apa belum.

"Belum ma"

"Yaudah sana makan dulu, maid udah masak"

"Iya ma"

Earth sedih karena dia berharap mamanya lah yang memasakkan makan siang untuknya.

Namun harapannya sirna, dia tidak akan pernah bisa menggantikan posisi kakaknya di hati sang mama sampai kapanpun.

Earth makan siang dengan air mata yang ia tahan sebisa mungkin untuk tidak keluar supaya mamanya tidak tau bahwa perasaannya sangat sedih saat ini.

Destiny [Earthmix]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang