liburan

8 9 0
                                    

Setelah satu tahun berlalu, Lisa dan Ghifar telah tumbuh semakin dewasa. Kini, mereka sudah terbiasa dengan kehidupan baru bersama Fani, meskipun bayang-bayang masa lalu masih sesekali mengusik. Namun, mereka terus maju, dan hari ini, mereka sedang menikmati liburan di rumah nenek dan kakek di Surabaya.

Pagi itu, udara Surabaya terasa hangat, dipenuhi aroma khas bunga melati dari halaman rumah nenek dan kakek. Lisa dan Ghifar baru saja tiba semalam, dan meski perjalanan cukup melelahkan, mereka berdua sangat antusias untuk menghabiskan waktu liburan di kota ini.

Setelah sarapan bersama, Lisa segera berlari keluar rumah, menuju rumah temannya, Linda dan Nurul, yang masih saudara sepupu. Kedua gadis itu sudah menunggu di depan rumah mereka, wajah mereka berseri-seri melihat Lisa datang. Dengan semangat, mereka bertiga langsung bermain kejar-kejaran di halaman rumah Nurul yang luas, tertawa lepas tanpa beban. Mereka tidak menyadari waktu yang terus berjalan.

Matahari sudah mulai bergeser ke barat, dan langit Surabaya berubah menjadi warna keemasan yang menandakan sore hari telah tiba. Emmak, yang tidak menemukan Lisa di rumah, mulai mencarinya. Setelah berkeliling sebentar, ia menemukan Lisa masih bermain di rumah Linda dan Nurul. Melihat jam sudah menunjukkan pukul tiga sore, Emmak segera memanggil Lisa untuk pulang.

"Lisaaa! Ayo pulang, waktunya mandi sore!" panggil Emmak dari depan rumah Linda.

Mendengar suara Emmak, Lisa menghentikan permainan mereka dan berlari kecil menuju rumah sambil melambaikan tangan ke Linda dan Nurul.
"Aku pulang dulu ya, besok kita main lagi!" ucap Lisa sambil tersenyum.

Setibanya di rumah, Lisa disambut oleh kakeknya yang duduk di kursi goyang di teras, menikmati segelas teh manis hangat. Melihat Lisa yang pulang dengan wajah penuh debu dan keringat, kakek pun menggodanya.

"Teko endi ae koe sa kok ra mangan, ados wes koyok wong bambung," canda kakek, menggelengkan kepala melihat cucunya yang begitu asyik bermain hingga lupa waktu.

"Dolan la mbah," jawab Lisa dengan senyum manis, sambil melepas sepatunya dan berjalan menuju kamar mandi.

Setelah membuka keran dan membiarkan air mengalir, Lisa menyadari sabun di kamar mandi sudah habis. "Emmak, sabun e entek!" teriak Lisa dari kamar mandi.

"Iya, sek tak tumbas no," balas Emmak, yang langsung menuju kedai Mbak Nur yang terletak tak jauh dari rumah.

Setibanya di kedai, Emmak disambut ramah oleh Mbak Nur, pemilik kedai yang sudah seperti keluarga sendiri bagi mereka.
"Tumbas opo mak ten?" tanya Mbak Nur dengan senyum lebar.

"Ki, arep tumbas sabun adus," jawab Emmak, menunjuk rak sabun yang ada di pojok kedai.

Mbak Nur segera mengambil sabun dari rak dan menyerahkannya kepada Emmak.
"Ini mak," ucapnya sambil tersenyum.

Emmak membayar dan segera kembali ke rumah, mengantarkan sabun ke kamar mandi untuk Lisa. Setelah menerima sabun, Lisa segera mandi, membiarkan air segar menghilangkan lelahnya setelah seharian bermain.

Sore itu, setelah mandi, Lisa duduk di teras bersama Ghifar dan kakeknya. Mereka menikmati angin sepoi-sepoi sambil mengobrol ringan tentang apa saja yang terjadi selama setahun terakhir. Lisa menceritakan betapa senangnya dia bisa bermain lagi dengan Linda dan Nurul, sementara Ghifar hanya duduk diam, menikmati suasana sore yang tenang.

Kakek, yang mendengar cerita Lisa, tertawa kecil sambil berkata,
"Senang kalau lihat kamu bisa tertawa dan bermain lagi, Lisa. Keluarga itu yang paling penting, jadi manfaatkan waktu bersama orang-orang yang kamu sayangi."

Lisa mengangguk setuju, meski di dalam hatinya masih ada perasaan campur aduk tentang banyak hal yang terjadi dalam hidupnya. Namun, untuk saat ini, ia hanya ingin menikmati waktu bersama keluarganya di Surabaya.

𝐦𝐲 𝐚𝐥𝐭𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang