keanehan lisa

7 5 0
                                    

Keesokan harinya, suasana rumah kakek dan nenek Lisa di Surabaya kembali ramai dengan persiapan kepulangan Lisa dan Ghifar ke Madura. Liburan semester telah selesai, dan Fani, sebagai mama mereka, harus membawa kedua anaknya pulang karena besok mereka sudah mulai sekolah. Lisa, yang kini duduk di kelas 2 SD, dan Ghifar, yang sudah di kelas 6 SD dan sebentar lagi akan lulus, tampak enggan berpisah dengan kakek dan nenek mereka. Namun, mereka juga mengerti bahwa kewajiban sebagai pelajar harus dijalani.

Sesampainya di rumah di Madura, Fani langsung disibukkan dengan menyiapkan baju seragam dan buku pelajaran kedua anaknya. Ia menyetrika seragam putih merah milik Lisa dan seragam putih biru milik Ghifar, merapikan buku-buku pelajaran yang berantakan, serta memastikan semua peralatan sekolah sudah siap untuk esok hari.

Sementara itu, Lisa hanya memandangi seragamnya yang telah diletakkan rapi di atas kasur. Ada rasa enggan yang menggelayut di hatinya, seolah ada beban yang sulit ia ungkapkan. Dengan ragu-ragu, ia bertanya pada mamanya, "Ma, kalau semisal Lisa pergi, apa Mama bakal nyari Lisa?"

Fani terkejut mendengar pertanyaan Lisa. Ia berusaha tersenyum meski hatinya sedikit bergetar. “Lisa, apa yang kamu katakan, Nak? Kita semua di sini nggak ada yang saling meninggalkan, oke?” ujar Fani sambil mengusap rambut Lisa dengan lembut.

Lisa hanya mengangguk kecil, namun raut wajahnya tetap terlihat murung. Setelah percakapan itu, Fani merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan putrinya. Kegelisahan Lisa tidak hanya terlihat dari kata-katanya, tapi juga dari tatapan matanya yang seolah penuh beban. Fani terus memikirkan perkataan Lisa, dan hatinya dipenuhi tanda tanya. "Ada apa dengan Lisa?" tanyanya dalam hati, mencoba mencari jawaban.

Tak lama kemudian, Anwari, suami Fani, datang dan masuk ke dalam kamar. Ia melihat Lisa yang sudah terlelap di atas kasur dengan seragam sekolahnya masih tergeletak di sampingnya. Anwari merapikan selimut Lisa, lalu duduk di tepi kasur, menatap putrinya dengan penuh kasih. Fani mendekat, dan keduanya terdiam sejenak, menikmati momen tenang melihat Lisa tidur.

Fani berbisik pelan kepada Anwari, "Aku khawatir sama Lisa. Tadi dia bilang sesuatu yang bikin aku nggak tenang. Rasanya seperti dia menyimpan sesuatu yang berat."

Anwari menghela napas. “Mungkin masih ada sisa trauma dari apa yang terjadi beberapa waktu lalu. Kita harus lebih dekat lagi sama dia. Pelan-pelan, mungkin dia akan cerita kalau ada apa-apa.”

Fani hanya mengangguk setuju. Ia tahu suaminya benar, tapi hatinya tetap saja merasa gelisah. Malam itu, Fani tidak bisa tidur nyenyak. Ia terus terbayang-bayang pertanyaan Lisa. Apa maksud Lisa ingin pergi? Apakah putrinya merasa tidak nyaman di rumah? Atau ada hal lain yang Fani belum ketahui?

Pagi harinya, Fani dan Anwari mengantarkan Lisa dan Ghifar ke sekolah. Di perjalanan, Lisa tampak lebih diam dari biasanya. Ghifar, yang biasanya ceria, juga tampak tenang dan lebih banyak melamun. Fani berusaha mencairkan suasana dengan mengajak mereka mengobrol, tapi hanya mendapat balasan singkat dari kedua anaknya. Sesampainya di sekolah, Fani dan Anwari pamit dan melihat Lisa serta Ghifar masuk ke gerbang sekolah dengan langkah yang tampak berat.

Di dalam mobil, dalam perjalanan pulang, Fani tidak bisa menahan kegelisahannya lagi. "Aku nggak ngerti, War. Aku takut kalau mereka nggak bahagia, terutama Lisa. Aku takut dia benar-benar berpikir untuk pergi."

Anwari meraih tangan Fani dan menggenggamnya erat. “Tenang, Fan. Aku juga merasakan hal yang sama, tapi kita nggak boleh menyerah. Kita harus terus ada untuk mereka, terutama buat Lisa. Kita harus kasih mereka rasa aman, biar mereka tahu kalau keluarga ini adalah tempat yang paling aman buat mereka.”

Sepulang dari mengantar anak-anak, Fani memutuskan untuk membuat suasana rumah lebih nyaman dan menyenangkan bagi Lisa dan Ghifar. Ia mulai merapikan rumah, menyiapkan makanan kesukaan mereka, dan merencanakan aktivitas seru bersama di akhir pekan. Ia ingin memastikan bahwa rumah ini benar-benar menjadi tempat di mana Lisa dan Ghifar merasa dicintai dan dilindungi.

𝐦𝐲 𝐚𝐥𝐭𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang