Perjalanan di malam hari

20 16 10
                                    

Malam itu, setelah kejadian aneh di kelas, Maya dan Reza sepakat untuk pulang bersama. Reza memutuskan untuk mengantar Maya dengan motornya, meskipun suasana hatinya sedang kacau. Langit malam gelap, dan hanya ada sedikit lampu jalan yang menerangi perjalanan mereka. Udara dingin menusuk, menambah kesan suram yang sudah mereka rasakan sejak di sekolah.

Di sepanjang perjalanan, suara mesin motor yang berderum lembut menjadi satu-satunya yang terdengar di telinga mereka. Jalanan yang mereka lalui sepi, seolah seluruh kota sudah tertidur. Namun, di tengah keheningan itu, Maya mulai merasakan sesuatu yang aneh. Angin dingin yang berhembus terasa lebih tajam, dan setiap kali mereka melewati tikungan, dia merasakan ada bayangan di sudut matanya-bayangan yang sama seperti yang dilihatnya di kelas.

Perasaan was-was mulai menghantui, tetapi Maya mencoba tetap tenang. Namun, semakin jauh mereka berkendara, suasana semakin mencekam. Jalan yang mereka lalui tampak lebih gelap dari biasanya, seolah-olah cahaya lampu jalan menghilang begitu saja. Rasa takut mulai menggerogoti pikiran Maya, dan dia merasa bahwa mereka tidak sedang sendirian.
Maya berbisik ke arah Reza sambil memegang erat pinggangnya

"Reza, kamu merasa ada yang aneh tidak? Jalanan ini... rasanya seperti berbeda dari biasanya."

Reza berbicara dengan suara tenang namun tegang
"Iya, aku juga merasakannya. Jalur ini biasanya tidak terlalu sepi. Lampu jalan sepertinya lebih redup dari biasanya."

Maya menoleh ke belakang, merasa ada yang mengikuti mereka "Aku merasa ada yang mengawasi kita, Reza. Sejak kita di kelas tadi, aku terus merasa ada bayangan di sekitarku."

Reza mengerutkan dahi "Aku juga merasa ada sesuatu yang tidak beres. Tapi kita hampir sampai, sebentar lagi kita akan keluar dari jalan ini."

Tiba-tiba, motor Reza mulai tersendat-sendat. Mesinnya berbunyi aneh, seolah-olah ada yang mengganggu performanya. Reza berusaha mengendalikan motor, tapi tidak lama kemudian, mesin mati total. Mereka terhenti di tengah jalan yang sepi dan gelap, tanpa ada tanda-tanda kehidupan di sekitarnya.

Maya dengan nada panik "Reza, apa yang terjadi? Kenapa kita berhenti?"

Reza berusaha tenang meskipun terlihat cemas "Aku tidak tahu, mesinnya tiba-tiba mati. Padahal, tadi tidak ada masalah."

Reza mencoba menyalakan motornya kembali, tetapi mesinnya hanya berbunyi pelan tanpa ada tanda-tanda akan hidup. Sementara itu, suasana di sekitar mereka semakin mencekam. Angin dingin bertiup lebih kencang, dan suara gemerisik dari pepohonan di sekitar mereka terdengar seperti bisikan yang mengerikan.

Maya gemetar, mencoba menenangkan diri "Reza, kita tidak bisa tetap di sini. Ada sesuatu yang tidak beres. Apa kita harus berjalan saja?"

Reza mengangguk dengan enggan "Sepertinya kita tidak punya pilihan lain. Jalan utama tidak terlalu jauh dari sini, mungkin kita bisa menemukan bantuan di sana."

Mereka berdua turun dari motor dan mulai berjalan di sepanjang jalan yang gelap. Langkah kaki mereka terdengar jelas di tengah kesunyian malam, dan setiap kali Maya menoleh, dia merasakan bayangan di belakang mereka semakin mendekat. Jantungnya berdegup kencang, tetapi dia tidak ingin menunjukkan ketakutannya di depan Reza.

Maya berbisik "Reza, kita harus cepat. Aku tidak suka tempat ini."

Reza mendekatkan diri ke Maya, melindunginya "Tenang saja, Maya. Kita akan segera keluar dari sini. Jangan lihat ke belakang, terus saja berjalan."

Namun, tak lama kemudian, suara langkah kaki lain terdengar di belakang mereka-bukan hanya langkah kaki mereka berdua, tetapi suara langkah yang berat, seolah ada seseorang yang mengikuti dari kejauhan. Maya memberanikan diri untuk menoleh sekali lagi, dan saat itu dia melihatnya-bayangan besar dan gelap yang tampak bergerak cepat mendekat ke arah mereka.

Cinta Bayangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang