23_Penyesalan

69 17 82
                                    


Song of the day: Tak ada restu by Brisia Jodie

Happy reading!!🍓🍓







Penyesalan memang selalu datang diakhir, entah.. memang kadang sebagai manusia kita tidak selalu memiliki kendali untuk membuat rencana yang indah.

Mereka yang dalam keadaan menyesal, selalu berucap 'seandainya'. Seharusnya didunia ini tidak perlu ada yang disesalkan, sebagai manusia kita hanya perlu tumbuh dan belajar dari kesalahan.

"Sekarang kamu dimana nak?". Rasika menangis sambil memeluk selimut Tari, yang masih tertinggal waktu itu.

"Maafin mama.. mama ja-jahat". Nafas Rasika tercekat, air mata terus membasahi pipi wanita yang sudah berusia empat puluh dua tahun itu.

Rasika semakin mengeratkan selimut itu kedalam pelukannya. "Mama sayang kamu.. mama selalu berdoa semoga suatu hari kita bisa bersama-sama la-lagi".

Rasika menarik nafasnya dalam-dalam, saat dadanya sudah terasa sesak. "Maafin mama, maafin mama nak..".
Rasika terisak. "Mama jahat ya sa-sama anak mama se-sendiri?".

Dari tempat berbeda, Rakanda juga ikut menangis saat melihat kondisi istrinya dibalik CCTV yang ia pasang diam-diam tanpa sepengetahuan Rasika didalam kamar.

Rakanda mengepalkan kedua tangannya, wajahnya memerah, air mata mengalir deras, sementara rahangnya tegang dan bibirnya bergetar menahan isak tangis. Rasanya hancur sekali. Selama tujuh belas tahun terakhir, tak ada rasa cinta lagi yang tumbuh dalam hubungan ini. Rasanya seperti kecelakaan lalu cacat seumur hidup, tapi tidak mati.

Sikap Rasika yang cuek dan tidak bisa didekati, kata cerai yang selalu keluar dari mulut Rasika sebelum anak kedua mereka lahir sampai mereka yang harus pisah kamar dan selalu bersikap baik-baik saja layaknya pasangan harmonis didepan anak kedua mereka.

Sakit. Tapi itulah konsekuensi dari Tuhan yang harus mereka jalanin, mereka bertahan dalam satu atap tapi tidak diberkati rasa cinta. Hanya Rakanda yang bertahan dengan cinta sendiri, sementara Rasika yang sudah mati rasa.

Rakanda terisak. "Maafin aku sayang, maafin papa juga nak..".

🍓💌

"Jadi gimana keputusannya?".

Sharos menoleh. "Agatha yang akan jadi vokalis duet lo".

Daren memutar bola matanya malas. "Kita cuma punya waktu dua minggu buat latihan, dan gue mau besok kita semua latihan habis pulang sekolah".

Yang lain hanya mengangguk mendengar ucapan Daren. "Tapi kalau gue ga bisa lama-lama ya latihannya".

"Lo ada janji?". Tanya Bimo dengan tatapan mengintimidasi Devara.

Devara menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Hehe.. gue mau pergi sama Rasia". Balasnya dengan cengengesan.

"Mangsa baru tuh". Ujar Sharos sambil melahap dimsum udang yang diberikan Naya pagi tadi. Tidak hanya Sharos kok yang dapat, yang lain juga kebagian. Yaa, kalau tidak begini bisa-bisa ada yang cemburu lagi (?)

"Ih enak aja, gue tuh udah tobat tau". Elak Devara.

Bimo, Sharos, dan Daren hanya menatap Devara dengan tatapan malas. "Buaya buntung kayak lo mana bisa dipercaya sih?".

Devara berdecak kesal, lalu memukul bahu Sharos. "Sembarangan".

"Oh iya, gue denger lo udah balik lagi ke rumah?". Sharos mengangguk dua kali atas pertanyaan Daren.

"Parah banget, kok lo gak bilang sama kita!". Devara berujar sebal saat mendengar fakta terbaru mengenai sahabatnya itu.

"Bukannya gue gak mau kasih tau kalian, cuma ya gitu deh".

Bimo menatap Sharos dengan tatapan yang sulit dimengerti. "Gitu gimana?".

"Entahlah, itu juga kalau bukan karena Naya gak mungkin gue balik ke rumah".

"Naya?". Sharos mengangguk membalas pertanyaan Devara.

"Tika.. dia cerita semua ke Naya, tentang latar belakang dia dan ibunya terus tentang sikap gue selama ini ke dia. Naya juga bilang, Tika itu baik dan dia sayang sama gue selayaknya saudara".

Daren mendengus sebal. "Jadi lo balik ke rumah karena Naya?".

"Itu salah satunya, tapi sebenarnya juga karena..". Sharos menjeda ucapannya.

"Apa?". Tanya Bimo dengan tak sabarannya.

"There is something, hari itu bokap gue datengin gue ke apartemen.. ada satu hal yang ternyata gue baru tau dan ini benar-benar personal banget. Gue sama bokap bicara dari hati ke hati, kita deep talk disitu kita nangis bareng-bareng and endingnya kita ke makam nyokap gue.. it feel sad for me~".

Yang lain hanya menyimak ucapan Sharos, terlihat jelas sekali kalau Sharos benar-benar menyayangi ayahnya dan tidak bermaksud membuat ayahnya sedih. "Gue sedikit ngerasa gagal aja jadi anak, terutama buat mami gue".

Bimo menepuk bahu Sharos. "Mami lo tuh pasti bangga punya anak kayak lo, ya tinggal tunggu waktu aja sih buat semuanya reda".

Daren mengangguk setuju . "Kalau lo masih belum bisa maafin semuanya, it's okay.. itu gak masalah, tapi inget juga lo tuh harus berubah terutama sikap lo sama Tika".

Sharos menarik nafasnya. "Gue masih belum bisa.. tapi gue akan coba".

"Tika itu kelihatan banget tau sayangnya dan mau dekat sama lo, selayaknya kakak dan adik".

Sharos menoleh ke arah Devara. "Iyaa, jadi dulu tuh gue kan pernah dekat sama Viera teman sekelasnya Tika. Nah ada tuh waktu dimana lo ditunjuk jadi pembuat proker untuk kinerja sekolah selama setahun, tapi waktu itu kan' proker yang lo bikin ada slek nya dikit inget ga?".

Sharos mengangguk dua kali, setelah mencoba mengingat kejadian setahun yang lalu.

"Terus ada satu cewek namanya Gea dia tuh jelek-jelekin proker lo didepan orang-orang, terus Tika langsung ngelabrak tuh cewek, mereka berantemnya kasar banget sampai cakar-cakaran".

Daren melongo. "Separah itu?".

"Parah banget tau, terus endingnya mereka masuk BP". Sambung Devara yang masih asik membahas kejadian antara Tika dan Gea, Bimo dan Daren juga ikut asik menyimak omongan Devara sesekali kedua pria itu juga ikut menimpali omongan Devara atas kejadian itu.

Sharos menunduk, matanya berkaca-kaca. "Maafin gue Tika, udah bikin lo malu didepan orang-orang hari itu".





 "Maafin gue Tika, udah bikin lo malu didepan orang-orang hari itu"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Huhu~
Konfliknya akan dibabat habis satu' nihh😓🤍

[1]SEMBAGI ARUTALA || ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang