05_Maaf

892 397 634
                                    

Kapal tak berlayar
Langit tanpa biru~☄️


Daren send pict!
Bawa gadis itu ke tempat kita!

__

"Tunggu disini, ada yang mau ketemu sama lo!"

"Kita ga jahat kok, jadi tenang aja".

Naya mendongak, menatap setiap inci wajah kedua pria yang membawanya ke sebuah tempat yang menurut Naya terkesan asing.

"Aku baru tau ada ruangan bawah tanah dirooftop".

Bimo mempersilahkan Naya untuk duduk diatas sofa single berwarna putih. "Duduk".

Devara mengambil sebotol air mineral untuk Naya. "Minum, lo pasti haus kan'?".

Naya mengelap air mata di pipinya, lalu menggeleng.

Devara menaru air mineral disudut meja yang berdekatan dengan Naya. "Gw taruh situ ya, supaya kalau lo haus tinggal minum".

Naya mengangguk pelan.

Devara berbisik ke Bimo. "Kok ini cewek dari tadi ga bersuara si".

Bimo mengangkat bahunya merasa tidak peduli. "Lebih baik lo cepet deh hubungin Daren supaya nih cewek bisa keluar, ga tega gue".

Naya menghela nafas berat, tangannya kembali meremas rok sekolahnya. "Apa karena masalah tadi ya?.. ini menakutkan".

"Bagaimana kalau aku disuruh ganti rugi, aku ga punya uang".

Lamunan Naya buyar ketika ada pria dihadapannya yang sedang menatapnya dengan tatapan tidak suka.

Naya menelan ludah, atensinya turun tak berani menatap netra jelaga pria dihadapannya.

"Lo tuh mikir ga si kalau apa yang lo lakuin tadi ngerugiin orang lain!!". Suara Daren benar-benar menggema di ruangan ini.

Naya memejamkan matanya saat suara Daren menerpa gendang telinganya. "Bukannya minta maaf atau tanggungjawab malah lari seenaknya, lo pikir lo bisa kabur!?". Lanjutnya dengan nada sedikit sinis.

"Pria ini kenapa suka sekali berbicara dengan nada tinggi sih".

Bimo dan Devara hanya diam, dan mencoba untuk membaca situasi karena tidak biasanya Daren kelepasan seperti ini.

Krekkk..

Pintu terbuka menampilkan seorang pria berkulit sawo matang yang sedikit terkejut dengan kondisi disini. Atensinya teralihkan pada seorang gadis yang tengah menunduk. "Naya". Panggil pria itu.

Sharos menghampiri Naya dan sedikit mendorong Daren supaya tidak berdiri dihadapan Naya, Sharos menarik tangan Naya supaya berdiri dari duduknya.

"Lo lagi apa disini?". Naya tak bergeming, pandangan Naya juga masih tertunduk kebawah.

Sharos sedikit mengusap pipi Naya yang memar. "Pipi lo kenapa memar?". Sharos manatap Daren dan kedua temannya yang masih duduk.

Daren mendelik. "Lo nuduh gue?".

Sharos yang tak mengindahkan ucapan Daren langsung membawa Naya pergi entah kemana.

"SHAROS!! URUSAN GUE BELUM SELESAI SAMA CEWEK ITU!!,, Sial". Umpatnya di akhir.




"Yang tadi itu namanya Daren..".

Naya mengangguk pelan. Kedua pipinya saat ini sedang dikompres oleh Sharos.

Naya sedikit meringis karena merasa kesakitan. "Ma-maaf". Naya tersenyum, lalu mengangguk.

"Perihal hari itu makasih ya, karena lo udah mau temenin gw cari buku buat tugas gw di perpustakaan. Gw mau kasih sesuatu ke lo tapi gw gatau kelas lo dimana".

Memang hari itu Naya sempat membantu Sharos mencari buku untuk tugasnya, bahkan Naya sampai melewatkan jam istirahatnya. Tetapi setelah bel masuk dan buku yang dicari Sharos sudah ketemu, Naya langsung pergi dan kembali ke kelas.

Naya mengambil ponsel dari sakunya dan mulai mengetikkan sesuatu disana, lalu menunjukkannya kepada sharos.
"Ga perlu kak".

"Tapi nay barang itu gw beli sendiri lho ke tokonya langsung terus gw bungkus dengan hiasan cantik, masa lo ga mau nerima si..". Ujar sharos dengan nada yang sedih.

Naya mengibas-ngibaskan tangannya didepan dada lalu menggeleng.

"Jadi lo mau kan'?".

Sharos tersenyum kecil ketika melihat anggukan dari Naya.

Naya kembali mengetikkan sesuatu di ponselnya, dan menunjukkannya kepada Sharos. "Kak, Naya ingin minta maaf sama kak Daren, kakak bantu Naya yah..".

"Urusan Daren lo tenang aja, gausah dipikirin biar gw yang ngomong sama dia".

Naya kembali menggeleng, dengan tatapan memohon.

Devara menepuk bahu Daren. "Udahlah lo ga perlu marah-marah kayak gini".

Daren berbalik, netranya menatap tajam kearah Devara. "Lo gila!!? Gitar itu hadiah dari orang tua gue!".

Bimo mengambil gitar milik Daren yang ada diatas meja, pria blasteran itu melihat kondisi gitar Daren. "Ini ga rusak parah kok, biar nanti gw yang bawa ke tukang servis".

"Lo yakin bisa?".

"Pasti bisa, itu cuma rusak senarnya doang, gausah lebay deh..". Ujar Bimo dengan kalimat mencela.

"Tapi masalahnya cewek itu kayak ga ada attitude tau gak!?".

"Tapi gw rasa cewek itu gabisa ngomong deh".

Daren menatap Devara. "Maksudnya?".

Krekk..

Sharos masuk diikuti oleh Naya dibelakangnya. Daren, Devara, dan Bimo langsung berdiri dari duduknya dan menatap kedua orang itu secara bergantian.

"Naya mau minta maaf Dar". Ucap Sharos tanpa basa-basi.

Daren memasukkan kedua tangannya kedalam celana, menatap dua orang itu dengan tatapan angkuh. "Kenapa lo yang ngomong, kenapa bukan dia?".

"Naya ini terlahir sebagai bisu, dia memang ga bisa bicara tapi dia bisa mendengar".

Daren dan kedua temannya membulatkan mata.

"Terus tadi lo ngapain langsung ajak Naya pergi kayak gitu?".

Sharos tersenyum tipis. "Gw cuma mau bilang makasih sama Naya, sekaligus tadi gw obatin lukanya".

Naya menatap Daren dan memberikan sebuah kertas yang isinya terdapat tulisan permintaan maaf.

"Hai kak Daren aku Naya, maaf ya karena aku sudah membuat gitarmu rusak. Aku ga sengaja, maaf ya karena tadi aku langsung pergi tapi aku akan tanggungjawab kok..".

Setelah membaca surat itu, Daren memilih meremasnya lalu membuangnya. "Terserah lo mau apa, yang pasti sebelum acara ulang tahun sekolah gitar gue udah harus dalam kondisi semula!".

Daren langsung melangkah pergi meninggalkan tempat itu.




Daren langsung melangkah pergi meninggalkan tempat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.












Beloved this!

[1]SEMBAGI ARUTALA || ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang