Keduanya kini duduk berseberangan, dengan masing-masing piring gultik di hadapan.
Tak satupun dari keduanya berusaha membuka suara setelah apa yang Wendy ucapkan di dalam mobil sebelumnya.
Dan lagi-lagi, Chanyeol kembali berperang dengan isi kepalanya.
Kenapa hari ini tidak berjalan seperti biasanya?
Chanyeol menatap Wendy yang kini mengaduk makanannya sambil menundukkan kepala.
Perempuan ini?
Yang ia cintai sejak bangku kelas 3 SMA kini menginginkan perpisahan darinya?
Setelah 5 tahun mereka bersama?
Chanyeol mendengus tak percaya.
Mendengar itu, Wendy mengangkat kepala dan kembali mempertemukan pandangan keduanya.
"Kenapa gak di mam? Gultiknya gak enak? Mau pulang aja?"
Chanyeol melirik jam tangannya, menyadari hari sudah terlalu malam untuk keduanya. Meski biasanya ia tak keberatan menghabiskan malam lebih lama dengan Wendynya, namun hari ini rasanya yang berbeda.
Ia bangkit dari posisinya, "Aku bayar dulu, ya? Sayang tunggu di mobil aja." Chanyeol menepuk pelan kepala kekasihnya, "Nanti kita bahas lagi soal yang tadi."
Wendy terdiam di sana, menjatuhkan kepala di atas meja dan menyesali perbuatannya.
"Sayang, ayo."
Menarik napas dalam-dalam sebelum mengangkat kepala, Wendy bersiap dengan segala kemungkinan terburuknya dan bangkit dari sana.
🪐
Mereka dalam perjalanan menuju rumah Wendy sekarang. Dengan Chanyeol yang fokus menyetir dan Wendy yang menatap jalan dengan pandangan menerawang.
Setelah sampai, keduanya tak langsung turun melainkan tetap diam di posisinya. Chanyeol masih menggenggam erat stir mobil untuk mengontrol emosinya dan Wendy masih sibuk meremas tangan karena rasa bersalahnya.
"Wendy,"
Wendy menahan napasnya. Ia kembali mendengar namanya terucap dari bibir sang kekasih setelah sekian lama dan ini bukanlah pertanda baik.
"are you being serious about the break up?"
Chanyeol menghela napasnya, memutar tubuh untuk menatap kekasihnya.
"Kamu yakin gak bakal nyesel? Kita pacaran lima tahun bukan untuk berakhir asing."
Diraihnya tangan itu untuk digenggam dan diremas pelan. Chanyeol menyadari bahwa tangan itu sama dinginnya dengan miliknya.
"Is there any problem yang bikin kamu pengen udahan? Atau aku ada bikin salah yang gak termaafkan?"
"Let me know. So we can find a way to fix it."
Wendy masih diam. Karena sejujurnya, ia juga tak tahu, apa yang salah dengan hubungan mereka.
Bosan?
Bukankah itu alasan konyol untuk berpisah?
Chanyeol mungkin akan tertawa jika mendengarnya.
Tak kunjung mendapatkan jawaban, lelaki itu berseru tak percaya dan melepas genggamannya. Kembali menyandarkan diri di kursi kemudi sambil memejamkan mata.
"So, you're being serious about the break up, huh?" ia mengacak rambutnya pelan.
"Forgot about what i told you that you're mine? Should i remind you again, Wendy Saphira Eden?"
Yang disebut namanya menggelengkan kepala, namun tak juga membuka suara. Bingung, harus bagaimana ia menjelaskan kekonyolannya.
"Fine."
Wendy menahan napasnya, balik menatap sang kekasih dengan tatapan terkejutnya.
"I'll give you a break, but not a break up." Chanyeol menatap lurus kekasihnya, "I won't let you go that easy, Wendy. Terlebih buat sesuatu yang gak jelas kayak gini." dengusnya.
"Use those time to compose yourself and find me again when you're ready to tell me, everything." Chanyeol membuka seatbelt kekasihnya, membuat wajah mereka bertemu dan Wendy dapat merasakan napas hangat lelaki itu menerpa wajahnya.
"Kak?"
Chanyeol menggelengkan kepala, menolak mendengar apapun lagi darinya. "You're being ridiculous right now yet you're mine. Still mine and always mine." ia ucapkan itu tepat di depan wajah kekasihnya, kemudian membuka pintu mobil dan meminta Wendy turun dari sana.
"Silakan, sayang." finalnya.
oke, pelan-pelan ya...
Regard,
Cey!
KAMU SEDANG MEMBACA
Meant to Be | Park Chanyeol
Fanfiction[with Son Wendy] ❝In the end, all I want is you.❞ ―𝐖𝐞𝐧𝐝𝐲 𝐒𝐚𝐩𝐡𝐢𝐫𝐚 𝐄𝐝𝐞𝐧. __________ start: 24/08/24