O6

73 7 1
                                    

⚠️  rape ⚠️

Mungkin saja saat itu kau mempermainkan aku, seakan kau bisa membalas cintaku - Juliette.

➖🪥🌻〰️

Apa yang aku beritahu mengenai menjadi dewasa lebih cepat dari waktu sebelumnya. Itu bukan bualan semata. Karena memori jangka panjang dalam ingatanku adalah kunci dari segala kebenaran yang menyakitkan hingga rasa dirasa cukup gila untuk dijadikan pembelajaran.

Munmuang lima tahun itu akhir dari segala masa kejayaan surga dunia.

Aku sudah bilang kalau kadang sakit sendiri setiap kali memperhatikan Papi yang masih sering bolak-balik kamar mandi karena baby. Dan kadang sesak sendiri jika menemukan Daddy yang pulang dengan mata setengah terpejam, tertatih-tatih. Keduanya diam meski begitu masih saling melayani satu sama lain. Papi yang peduli membantu membawakan jas snelli, dan Daddy yang kadang kalau sedang awas akan membantu Papi mengambilkan barang-barang yang diperlukan dengan inisiatif sendiri.

"Rumahnya sepi." aku bukannya sengaja mengatakan itu. Namun, kalimat itu terucap kala aku yang sedang bermain puzzle sendiri sebab Jumu teman baikku mengatakan tidak bisa menemani selama akhir pekan ini karena dia akan pergi ke rumah nenek-kakeknya untuk merayakan hari jadi keduanya yang ke-60.

Daddy yang semula duduk di sofa tiba-tiba berpindah duduk di samping Papi yang berada di sisi kananku.

"Kapan baby lahir? Kalo Jumu gak main, aku jadi sendirian kayak gini. Munmuang pingin adik cepat lahir." aku protes. Dengan bibir mengerucut dan tangan sibuk menyusun lego.

Daddy mungkin adalah gambaran orang paling bodoh kalau diingat-ingat.

"Munmuang pingin adik?" pertanyaannya benar-benar kelewat bodoh.

Oh tapi aku mana sadar waktu itu. Bukannya apa aku tentu mengangguk. "Adik Munmuang ada di perut Papi. Katanya suruh nunggu tujuh bulan lagi baru bisa ketemu. Sekarang yang bisa jagain cuma Papi." menjelaskan dengan penuh binar di kedua mata dan semangat berkobar-kobar.

Karena ucapanku itu agaknya tidak membuat Daddy penasaran melainkan justru meninggalkan satu kikihan kencang seretan tiba-tiba dimana kedua tangannya mengangkat tubuhku begitu saja untuk dibawa masuk ke dalam pelukannya. "You're the best storyteller, nak. Tapi Daddy gak bisa janjiin adik buat temen main kamu ya sayang. Terlalu mustahil." Daddy memberi penjelasan. 

Sementara aku mencoba mengendurkan pelukannya, Papi yang berada di sisi lain nampak meringis. Dengan tangan sibuk menarik-narik kaos kebesaran yang ia kenakan. Seperti ingin menutupi bagian perutnya yang nampak sedikit menonjol ke depan.

"Heupph!"

Aku menoleh cepat. "Papi, adik nakal lagi?" bertanya yang dibalas dengan gelengan sebelum Papi berdiri kesusahan dan pergi meninggalkan aku serta Daddy dengan keheningan.

➖🪥🌻〰️

[FOURTH'S POV]

➖🪥🌻〰️

Tidak semua orang bisa menerima bagaimana caraku mencintai seseorang. Dan laki-laki yang aku cintai sepenuh hati itu mungkin juga tidak sudi menerima seluruh perasaanku padanya dengan terbuka.

Cinta Waktu Itu - GeminiFourthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang