O7

71 5 2
                                    

Sesungguhnya aku berpura-pura, relakan kamu memilih cinta yang kamu mauTangga.

➖🪥🌻〰️

GEMINI'S POV

➖🪥🌻〰️

Ada rasa tak biasa ketika aku mencoba menatap ke arahnya. Pun saat aku mencoba untuk biasa saja, aku tidak bisa biasa saja. Apa ini karena kejadian beberapa bulan silam, dimana aku tidak sadar sudah memperkosa teman baikku. Ini benar-benar luar biasa membingungkan.

Fourth ada beberapa langkah di depanku memunggungi. Dengan tas gendong biru laut kesukaannya, kaos kebesaran, dan celana selutut, temanku itu berjalan setengah tergesa. Membuatku yang mengikuti dari balik kemudi menginjak pedal gas lebih dalam demi mengimbangi langkah dia. Tepat ketika halte tunggu bus yang dituju berada selangkah di depan, aku menemukan Fourth menutup mulutnya. Panik menoleh ke kanan ke kiri seperti mencari suatu tempat, di situ aku berhenti membuntut dalam mobil dan memilih keluar demi mendatanginya yang sudah berjongkok terlihat akan muntah pada rumput pinggir jalan kalau aku tidak lebih cepat menangkupkan sembarang jaket yang kuambil di dalam mobil di hadapannya.

"Heupph..."

Tanganku yang bebas pelan-pelan menyentuh tengkuknya, mengurut perlahan. Membantu Fourth menyelesaikan rasa mual yang tersisa sebelum Fourth menoleh menatap ke arahku dengan kedua mata yang sudah basah akibat tekanan dari muntah. 

"Sorry, ntar gue cuciin. Atau lo mau gue beliin yang baru?" dia berujar.

Aku menggeleng. Menatap sekilas ke arah jaket yang sudah dipenuhi muntahan. "Jaketnya emang udah mau gue buang, cuma belum sempet." aku menjawab seadanya. 

Sementara Fourth yang berjongkok di sampingku nampak sibuk membersihkan wajah dan mulutnya dengan air mineral dari botol minum kesayangannya. "Dari Kak Mabel ya?" kedua mata rusanya membelalak kelihatan terkejut. Mengabaikan kucuran air yang masih memenuhi seluruh bagian wajahnya.

Kali ini aku mengangguk. Terkikih seraya menggulung jaket penuh muntahan Fourth siang itu kemudian berdiri. Berjalan mendekati tong sampah di pojokan halte kemudian membuang jaket abu-abu itu begitu saja. 

Yang tidak aku prediksi Fourth sudah berada di sampingku memekik mengataiku, "Gem lo gila!" sebelum memungut lagi jaket itu dari dalam tong sampah. 

Aku tentu mengernyit tidak suka buru-buru menghentikan. "Kenapa diambil lagi, Fot?" aku berkilah. 

Merebut jaket itu dari tangan Fourth dan kembali melemparnya ke dalam tong sampah. Fourth yang kerasa kepala lagi-lagi berusaha memungut jaket itu namun kali ini aku tidak tinggal diam segera menahan pergerakannya. Gerakan repetisi membuang dan mengambil antara aku dan Fourth berlangsung hingga beberapa kali. Aku tidak tahan lagi sehingga benar-benar menyentak tangannya. Menahannya kuat-kuat tidak mengindahkan bagaimana Fourth mengaduh kesakitan. Aku menyeret paksa dia untuk ikut masuk ke dalam mobil yang ku parkir sembarang. Meski di tengah jalannya tetap saja Fourth penuh dengan pemberontakan, pada akhirnya temanku itu berhasil kubawa masuk. 

Kami berada di tengah kesunyian. Fourth tidak terlihat ada pergerakan untuk memaksa menjebol pintu mobil yang ku kunci otomatis. Menurut dengan permintaanku untuk mengelap kedua tangannya dengan tisu basah yang aku sodorkan. 

"It exactly like Kak mabel threw me away the same way we threw away that jacket. Jadi buat apa disimpen lama-lama. Lo yang harusnya gue simpen sampai maut memisahkan." aku berucap sembari menarik tisu basah lain untuk membantu Fourth membersihkan kerah kaosnya yang terdapat sedikit noda muntahan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Waktu Itu - GeminiFourthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang