Kelima.

224 25 8
                                    

Jimin menatap pantulan wajahnya. Wajah rupawan itu sudah dirias make up ringan. Untuk acara peresmian masyarakat, Jimin sengaja memilih riasan sederhana. Pipinya tetap terlihat merona samar, bulu matanya lentik tanpa tambahan riasan mata lain nya. Alis bergaris rapi. Rambutnya yang agak panjang, disisir rapi bergelombang dengan poni menutupi dahinya. Bibirnya hanya dipoles pelembab dengan warna bibir, memberikan kesan natural.

Harusnya, Jimin puas dengan keseluruhan kerja make up artist dan hair do nya. Namun, alis bertaut, kening berkerut dan bibir menggerutu itu membuat para staf was was serta bersiaga. Bila sewaktu-waktu, di waktu yang mendekati acara mulai, Jimin mau merubah riasan.

Bagaimanapun, perkiraan para staf salah semua. Jimin cukup puas dengan tema sederhana untuk pakaian dan riasan wajah serta rambut. Yang mengganjal dalam hati diva nomor satu negara ini tak lain tak bukan ialah pemimpin negara yang berbuat semena-mena terhadap dirinya.

Waktu istirahat yang jarang, susah, sulit ia dapat ini, terpaksa berantakan. Rencana rehat yang sudah ia susun berminggu-minggu di tengah kegiatan tour nya, harus luluh lantak. Kalau sudah begini, yang Jimin bisa lakukan hanyalah menyiksa Kim taehyung.

"Taehyung ah!!!"

"Apa? Kenapa? Apa lagi?" Balas taehyung, menatap Jimin dengan cerminan hati kesal tanpa ditutupi.

Selalu begini. Bila ada hal yang tidak sesuai dengan keinginan hati artis nya ini, kekesalan itu tanpa sungkan dilimpahkan ke taehyung. Memang nya taehyung ini karung samsak? Wajah tampan begini.

"Aku lapar."

"Baik, kau mau makan apa?"

"Makan sesuatu seperti ini, nyuam, nyuam, nyuam."

Taehyung memiringkan kepalanya. Alisnya bertaut tak mengerti. Pandangannya beralih pada beberapa staf di tempat meminta petunjuk. Namun, semua orang di ruangan kompak menggedikkan bahu.

"Kau mau tteokpoki?"

"Bukannnnn, aku mau sesuatu yang kalau dikunyah nyuam, nyuam!"

"Burger?"

Jimin menggeleng.

"Pizza?"

Jimin memejamkan mata dan menipiskan bibirnya kesal.

"Spaghetti?"

Jimin menoleh ke arah taehyung dengan mata mendelik yang mengancam. Taehyung kesulitan menelan ludah. Seseorang!! Tolong beri tau taehyung, makanan apa yang kalau dikunyah nyuam nyuam nyuam???

"Jimin ah, bisakah kau beri aku petunjuk lagi?"

Jimin mendecak kesal.

"Sudah lah! Aku jadi tidak lapar! Aku mau minum kopi saja!"

"Baik, kau mau apa? Ice Americano? Latte? Machiato?"

"Kau kan manajer ku! Masa tidak tau kopi kesukaan ku?!!" Sembur Jimin lagi dan taehyung hanya bisa mengelus dada. Ya tuhan, anak itik ini!!! Mau taehyung sembelih saja rasanya.

"Baiklah," ucap taehyung pasrah lalu memberi instruksi salah satu staf di luar ruangan untuk membeli kopi.

Belum sampai lima menit, taehyung sudah masuk lagi. Namun, belum ada kopi di kedua tangannya.

"Jimin ah," panggil taehyung hati-hati.

Jimin tengah duduk di sofa ruang tunggu dengan mata terpejam. Mendengar suara taehyung ia mendengus malas dan membuka matanya.

"Mana kopi ku?"

"Anu, kopi mu masih di perjalanan."

Mata Jimin memincing, seolah berkata, lalu kau berani masuk kesini tanpa kopi ku?!

Desire.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang