Ke-enam

198 25 3
                                    

Taehyung menunggu dengan harap harap cemas. Ia membawa kakinya melangkah ke kiri lalu berbalik badan untuk melangkah ke kanan. Terus seperti itu sejak Jimin pergi mengantarkan teh ke ruang presiden.

Jangan sampai itik barbar itu membuat ulah, doa taehyung dalan hati.

Jimin sampai di ruangan tempat taehyung menunggu dengan nafas tersengal, keringat sebesar butir jagung di kening, pun dengan wajah pucat.

Taehyung tergopoh menghampiri Jimin. Ia membawa Jimin duduk dan menyerahkan sebotol air mineral. Ia juga mengelap kening Jimin yang penuh keringat. Apa Jimin habis berlari marathon dari ruang presiden?

"Apa yang terjadi? Kenapa kau berakhir begini?" Tanya taehyung tak dapat menahan rasa penasaran.

Jimin segera teringat perlakukan tidak senonoh yang ia terima. Pelecehan. Ya, dia baru saja mengalami hal itu. Dan pelaku utamanya adalah sang pemimpin negara. Hebat, kira-kira judul berita seperti apa yang bagus untuk tajuk utama?

"Bajingan itu!!" Geram Jimin. Tangannya mengepal meremukkan botol air mineral yang tak bersalah. Di sampingnya, Kim taehyung menelan ludah. Hari nya akan panjang, keluh taehyung membatin.

"Ia berani melecehkan ku!" Jimin berdiri dengan marah. Segera Jimin merasa hendak menghancurkan apa saja yang bisa ia lihat.

"Arghhh!! Sialan!!" Jerit Jimin melepaskan murka.

Bagaimana tidak? Ia, penyanyi papan atas, diva nomor satu, orang berharga aset negara, dilecehkan?!!!

Jimin segera menggosok-gosok belakang lehernya yang ternoda oleh bibir laknat jeon Jungkook.

"Sudah, hentikan. Leher mu bisa lecet," ucap taehyung. Pemuda Kim itu meraih tangan Jimin, menurunnya ke bawah. Ia lalu ganti menggosok dengan lembut leher Jimin menggunakan handuk basah.

Satu isakan lepas dari bibir Jimin yang masih bergetar menahan marah. Taehyung terkejut, ia memperhatikan tangan Jimin yang gemetar hebat. Payah, kenapa ia tidak menyadari nya.

Taehyung membawa Jimin duduk. Ia berlutut di bawah Jimin, mendongak menatap wajah merah sahabat nya. Jemari panjang taehyung menghapus setitik air di ujung mata Jimin.

"Apa yang terjadi? Apa yang dia lakukan padamu?"

Suara lembut taehyung membuat Jimin mengangkat kepala setelah sekian lama menunduk. Jimin ingin menangis. Menangis hebat dan keras. Meraung-raung. Mengamuk dan sebagainya. Tapi ia tak bisa. Ia harus tampil. Ia harus profesional di atas emosional.

Jimin memejamkan mata. Menarik nafas panjang, berusaha menenangkan diri. Ia memang sangat tidak terima dengan perlakuan pria jeon itu kepadanya. Ia juga sangat ingin memakai pria itu bersama taehyung. Namun tidak sekarang. Bila ia menceritakan satu kalimat saja pada taehyung, Jimin ragu masih bisa mempertahankan diri atau tidak.

"Nanti, nanti aku ceritakan."

...

Penampilan memukau lainnya berhasil Jimin persembahkan. Jimin tersenyum senang dan berinteraksi semangat dengan para penggemar. Ternyata, Jimin juga cukup populer di kalangan anak usia sekolah dasar.

Kim taehyung sedari tadi berdiri di dekat panggung. Bersiaga bila kapan saja Jimin menunjukkan gejala atau pertanda kurang baik. Namun, taehyung bisa bernafas lega. Artis nya ini memang lah artis papan atas. Penyanyi tingkat dunia. Taehyung ikut tersenyum melihat ukiran senyum di wajah sahabat nya.

Gedung fasilitas negara ini berada di atas bukit. Jimin berada di belakang bangunan. Sebuah hamparan luas menjadi pemandangan yang disuguhkan untuk indera penglihatan. Pemuda Park itu memejamkan mata dan menghirup udara sejuk yang disajikan oleh alam.

Desire.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang