Bab X Gadis Itu lagi

10 6 2
                                    

Menjalani kehidupan dengan menyandang sebuah nama santri itu tidak mudah. Mereka harus menjaga semua sesuatu yang dilarang oleh agama. Attitude dan lainnya, perlu kalian ketahui bahwa seorang santri itu juga manusia biasa seperti kalian yang nantinya akan kembali kepada Sang pemilik segalanya. Mereka berhak untuk bahagia mereka juga punya hak untuk berkomentar.

"Ajeng ini pintar kerjanya cepat.... Kamu kapan Al?" Kata seorang ibu-ibu yang duduk didepan meja kerja Ajeng.
"Maa..."
"Kemaren aja bilang Ajeng gak bisa cepet sekarang bilangnya bisa gimana tho mbak sampeyan Niki" Potong ibu-ibu lain disebelahnya.
"Gak..."
"Heii mbak kan kemaren aku bilangnya, bukan sekarang" Balas ibu-ibu tadi.

Ajeng menatap Alisa melihat raut wajah temannya itu sedikit tersenyum getir mendengar pembicaraan ibu-ibu didepannya. Ajeng menepuk pundak Alisa mencoba menenangkan gadis itu dengan senyuman dan kepalan tangan yang terangkat untuk menyemangatinya. Alisa mengangguk dan membalas senyuman Ajeng.

"Tantemu pulang kampung kok lama banget Al?" Tanya Ajeng ketika mereka sedang makan bersama.
"Tante lagi nungguin anaknya sakit di rumah sakit" jawab Alisa sambil menyendok makanannya.
"Owhh yaudah gihh abisin makanannya! Terus masuk kerjaan banyak" seru Ajeng.

Mereka pun segera menghabiskan makanan mereka lalu kembali ke meja kerja masing-masing.

"Rotinya habis" Gumam Alisa melihat roti yang seharusnya masih dia bungkus habis.
"Ambil gihh ke dapur" kata Ajeng.

Alisa pun beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan ke arah meja mandor untuk meminta tambahan roti karena miliknya telah habis. Selama bekerja di Aster Bakery Alisa jarang sekali meminta bahan atau roti tambahan dari mandor laki-laki karena malu.

"Mbak boleh minta tambahan roti?" Tanya Alisa kepada seorang mandor perempuan yang terlihat lebih tua darinya lewat satu tahun.
" Owhh mbak tinggal ke dapur pengolahan terus minta ke mas Damar ya.." Jawabnya menunjuk ke arah dapur.

Alisa pun mengangguk lalu berjalan ke arah dapur meminta tambahan roti pada Damar.

"Mas, boleh minta roti tambahan?" Tanya Alisa sedikit gugup.
" Owhh iya... Sebentar ya" Balas Damar.

Alisa melihat sekeliling dapur banyak meja dan orang-orang yang sedang bekerja membuat adonan, menguleni, hingga memanggang. Kedua mata Alisa tertuju pada sebuah meja kosong yang terlihat aneh, hawa panas dan kabut ada mengelilingi meja itu.

"Alisaaa..." Panggil seseorang.

Alisa menengok ke belakang mencari tahu siapa yang memanggilnya. Namun tiada orang yang terlihat sedang memanggil gadis itu, semua orang sibuk bekerja.

" Mbak..." Panggil Damar membawa senampan berisikan roti disana.
" Owhh iyaa terimakasih...." Kata Alisa.

Alisa pun hendak pergi namun dirinya dikagetkan dengan meja yang kosong tadi, gadis, ya seorang gadis sedang duduk disana dengan wajah pucat menatap Alisa seakan ingin mengatakan sesuatu. Bulu kuduk Alisa meremang gadis itu mencoba menghalau pikirannya yang terkadang hanya halusinasi ataupun delusi.

Cinta Tak Terbatas Waktu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang