3. Voly ball

35 6 0
                                    

"Bagaimana dengan anak-anakku?" tanya pria paruh baya yang kini berada di balik kaca tebal sebagai pembatas antara dia dan istrinya.

"Lisa baru saja pulang terlambat, tapi ternyata dia baru saja keluar dari rumah sakit" raut wajah pria paruh baya itu seketika berubah menjadi raut wajah penuh kekhawatiran, "Dia baru saja mengalami serangan panik karna ia terkunci di perpustakaan sekolahnya dan ia teringat akan traumanya" jelas ibu Lisa pada suaminya itu.

Pria baru baya yang diyakini ayah Lisa itu menatap istri dengan mata yang mulai berkaca-kaca dan kemudian menunduk menumpahkan bendungan air yang ada di pelupuk matanya, "Aku s-sangat menyesal, a-aku membuat putriku menderita dengan kekerasan yang kuberikan. Aku sungguh menyesal hiks. Aku hanya tak ingin ia gagal dimasa depan Arin."

Arin sebagai ibu Lisa yang melihat suaminya seperti itu seketika ikut menitikkan air mata, ia hanya diam mempersilahkan pria itu untuk berucap, rasa sakit dan bencinya ketika ia mengingat kekerasan yang Shio berikan pada Lisa kembali dirasakannya. Ia tau apa tujuan Shio seperti itu pada Lisa tapi hal itu membuat putrinya menderita.

"Pak Shio? Waktumu sudah selesai"

"Arin sampaikan pada Lisa," Shio menatap istrinya yang ikut menatapnya menunggunya melanjutkan ucapannya, "Aku sangat menyayanginya" Arin hanya mengangguk pelan sembari melihat suaminya dibawa kembali masuk ke dalam sel penjara.

•••

"J-jadi?"

"Benar! Juno yang membawamu Lis."

Lisa tetap ternganga tak menyangka, jujur saja ia sangat senang dengan hal ini hingga ia tak tau harus mengungkapkannya seperti apa.

"Lis maaf gue gak bisa dateng ke rumah sakit saat Juno nelpon dan malah minta kak Joshua buat dateng, soalnya mama lagi sakit" ucap Rose di sebrang sana, ada kesesakan di dadanya saat menyebut mamanya.

Lisa tersenyum, "Santai aja kali gue juga gapapa, makasih ya. Emmm by the way emang tante Fany kenapa?"

"Apaan lo makasih, lagi demam Lis sekarang udah mendingan kok, yaudah gue tutup dulu ya mama manggil buat makan malam"

"Oke"

Rose pun menutup sambungan telponnya dengan Lisa. Gadis berponi tebal itu kini menjerit dalam diam sembari menendang-nendang tipis udara dan memeluk erat bantal empuknya dengan perasaan senang yang berlebih.

"Tuhan, aku mohon padamu satukanlah aku dan Juno tuhan! Meski Lisa tau kalau Juno tidak normal, setidaknya niat baik Lisa ntuk merubahnya menjadi normal kau kabulkan" ujar Lisa yang begitu exited, sambil mengangkat kedua tangannya di depan dada kemudian mengusapkannya ke seluruh wajahnya.

Lisa kembali menjatuhkan dirinya di kasur empuknya dan melihat sebuah polaroid berisikan foto Juno saat bermain bola Voli, senyuman tulus terukir dibibir ranumnya, ibu jarinya mengelus pelan foto itu sembari berucap "Apapun itu gue gak akan nyerah Juno" perlahan gadis itu pun memejamkan kedua matanya dan menuju ke alam mimpi dengan perasaan bahagia.

•••

"Ck! Apa sih boty!" Baru saja hati Lisa berbunga-bunga, kini moodnya dibuat hancur oleh si boty sialan ini yang tiba-tiba saja menghentikan langkah Lisa ketika gadis itu hendak pergi kelapangan.

Vante menatap Lisa sembari memberikan senyum remeh, "Udah ya, gak usah punya tekad ngubah Juno jadi normal, dia itu udah jatuh cinta sama gue. Jadi lo? Pergi aja" ujar Vante sombong pada Lisa.

Lisa mengepalkan kedua tangannya dan ingin sekali menonjok wajah sok imut dan menjijikkan itu dengan kepalannya, perlahan Lisa menganggkat sebelah tangannya yang terkepal, Vante sudah tertegun kala kepalan tangan itu hendak mengenai wajah tampan imutnya, namun ....

My Love Is TOP (Liskook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang