Angin berhembus kencang membawa hawa dingin, langit gelap dan terdengar suara ribut dari langit. Sudah waktunya hujan turun membasahi bumi, hujan dimusim kemarau adalah yang paling dinanti semua orang.
"Kakak, ayo masuk. Udah mau badai ini." Ucap sang Bunda, Ana yang melihat anak sulungnya masih berada teras rumah menunggu Dirga pulang.
"Bun, ini Dirga belum pulang dan udah mau badai. Apa Nana susul ya?" ucap Jina yang khawatir karena suara petir semakin intens dan angin semakin kencang berhembus.
"Bentar lagi Dirga pulang kok. Kakak masuk dulu ya, Dirga pasti gak papa kok." Ucapan itu hanya lewat sekilas di telinga Jina. Dia bersiap menaiki motornya untuk menyusul sang Adik yang tadi siang pergi main.
Saat Jina mau mengeluarkan motornya, sebuah motor berhenti di halaman rumahnya dan dua penumpang motor itu turun.
"Dirga, akhirnya kamu pulang. Kakak udah mau ngeluarin motor itu." Ucap Ana yang melihat anak tengahnya sudah pulang.
"Tadi Dirga ketemu sama abang Rendy, jadi sekalian nebeng bun." Lelaki yang tadi bersama menyalami tangan Ana
"iya, tadi Rendy ketemu Dirga pas mau kesini. Jadi sekalian."
plak!
Tiba-tiba sebuah sandal melayang tepat mengenai kepala Dirga
"Kak..." siapa lagi pelakunya jika bukan Jinara.
"main aja sono gak usah pulang!" ucap Jina yang langsung pergi ke kamarnya.
"Biar Rendy yang susul Nana nya, bun." Rendy menyusul Jina ke kamarnya.
Dikamar
"udah jangan ngambek, Dirga udah pulang kok sama aku."
"Gue kesel. Gue khawatir sama dia apalagi gluduk gede banget."
"harusnya aku yang ngambek, ini malah kamu yang ngambek."
Rendy mengelus kepala Jina yang masih kesal.
"ngapa jadi lo yang ngambek." Ucap Jina sambil menarik ingusnya.
"ya lo logika anjir chat gue dari pagi gak lo bales. Lo disekolah juga manteng HP mulu tapi gak bales chat gue. Manusia mana yang gak sebel kalo chatnya dari pagi gak dibales, coba lo logika Na." kini beralih Rendy yang ngambek.
"apaan!! Gue udah bales ya!" bantah Jina, karena dia merasa sudah membalas pesan pria itu. Mereka kini sama-sama ngegas kek motor racing.
Jangan kalian tanya apa hubungan mereka berdua, jawabannya gak jelas. Iya, gak ada hubungan mereka tuh, tapi mereka deket. Ceritanya gini...
Jina dan Rendy udah deket dari jaman orok, mereka dulu tetangga bareng Miya juga, sampe akhirnya mereka pindah. Miya tau kedekatan Jina sama Rendy, tapi emang dia gak ember ke orang dan dari tingkah Jina dan Rendy gak menandakan mereka mau publish kedekatan mereka. Miya juga tau Mahen siapa Jina, tapi dia sengaja isengin mereka berdua.
Kedua keluarga tau bagaimana dekatnya Rendy dengan Jina. Dulu setelah pindah Rendy hampir setiap hari tantrum minta dianterin kerumah Jina, dan sampe mereka gede pun masih lengket aja. Dipikir kemana-mana Jina sendiri? Gak! Ada Rendy yang selalu ngintilin dia. Dari TK-SMA ada aja Rendy yang ngintil, bahkan kuliah keknya tuh cowok bakal ngintil terus.
"Buka WA lo! ada lo bales chat gue?" dengan wajah cemberut Jina membuka aplikasi hijau nya dan terlihat chat yang memang dia sematkan masih belum terbalas sejak pagi.
"Perasaan udah dibales deh. Ih, gue yakin udah bales kok."
"Dalam hati lo balesnya kunti!" keadaan berbalik, sudah bukan Jina yang ngambek tapi Rendy yang kini ngambek
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Our Dreams [ON GOING]
Ficção AdolescenteWho don't know about them? A group with consisting 7 girls. Jinara as a leader with a firm aura, Fey the oldest member with a golden voice and wise nature, Rani a Olympiad holder and a thousand miraculous acts, Rea The busiest woman in the world - c...