Chapter 24 - Absurditas

83 21 11
                                        

Happy Reading🏹

Pagi sudah menyapa dengan lembut, namun di dalam kamar Theodore, suasana masih begitu tenang dan damai. Caspian dan Theodore seolah tidak terganggu oleh dunia luar, meski suara kokok ayam mulai mendominasi pagi dan sinar matahari dengan perlahan merayap masuk melalui celah-celah kecil jendela. Theodore sudah terbangun lebih dulu, matanya mengamati langit-langit kamar sejenak sebelum beralih ke arah Caspian yang masih diam di sebelahnya. Apakah Caspian masih tertidur? Theodore bertanya-tanya dalam hati.

Tak lama, suara Halfoy terdengar dari balik pintu, memanggil mereka berdua dengan ketukan yang cukup keras, diikuti oleh suara gagang pintu yang berputar. Caspian bergerak sedikit, menunjukkan ketidaknyamanan dengan panggilan itu, namun bukannya bangun, ia malah menggulingkan tubuhnya hingga kini matanya bertemu dengan Theodore.

"Aku kira kau masih tidur," ucap Theodore dengan nada lembut.

"Aku memang berniat untuk tidur lagi," jawab Caspian, lalu kembali memejamkan mata seolah ingin melarikan diri dari kenyataan pagi itu.

Namun, rencana tidur nyenyak Caspian tak bertahan lama. Kini bukan hanya suara Halfoy yang memanggil, tetapi Savior juga ikut-ikutan mengetuk pintu kamar dengan lebih keras. Theodore, yang penasaran, bertanya, "Kau yang mengunci pintu?"

Caspian mengangguk pelan. "Sudah ku katakan, aku tidak ingin keluar kamar," jawabnya dengan nada malas, sebelum kembali menutupi wajahnya dengan selimut.

"Demi kesehatan jantung, kita memang seharusnya tetap di sini," ujar Theodore setengah bercanda, namun kalimat itu sukses membuat Caspian tersenyum simpul di balik selimutnya.

Mereka tertawa bersama, menertawakan kebodohan diri sendiri yang sebenarnya dipicu oleh rasa gugup dan canggung mereka sejak semalam. Namun, Theodore tahu bahwa pagi ini mereka tidak bisa terus-terusan bersembunyi. Dengan langkah ringan, ia berjalan ke arah jendela dan membukanya, membiarkan sinar matahari yang cerah masuk sepenuynya ke dalam ruangan.

Sinar itu langsung menerpa wajah Caspian, tetapi ia tetap bertahan, menutup matanya lebih erat seolah sinar tersebut hanyalah gangguan kecil yang bisa diabaikan. Di luar kamar, suara Halfoy dan Savior semakin tidak sabar, ketukan mereka semakin kuat, seolah-olah mereka sedang menggedor pintu penjara. Bercanda, itu sangat berlebihan. Tapi sungguh, ketukan itu semakin lama senakin memburu.

Theodore akhirnya menyerah. Ia berjalan ke pintu, memutar kunci, dan membuka pintu kamarnya. Wajah Halfoy tampak sedikit kesal, jelas menunjukkan bahwa ia sudah menghabiskan waktu terlalu lama hanya untuk menunggu pintu terbuka dan si penghuni kamar sudah terbangun.

"Kalian ini manusia atau kerbau? Susah sekali dibangunkan," gerutu Halfoy, sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

“Kalau aku kerbau, berarti kau kembarannya kerbau,” balas Theodore tidak bisa menyembunyikan senyum tipisnya.

Namun, tampaknya itu hanya membuat rasa kesal Halfoy semakin naik. “Tidak lucu.”

"Aku tahu kalian malas, tapi setidaknya jangan tunjukkan itu ketika ada yang sedang bertamu," ujar Savior dengan nada lembut, tapi ada sedikit teguran dalam ucapannya.

“Iyaaa,” balas Theodore dengan nada yang sengaja dipanjangkan, seolah ingin menggoda kembarannya.

Savior nampak tidak peduli dengan itu. Ia lantas menyelinap masuk ke dalam kamar, melihat Caspian yang masih bergelung di atas ranjang. Dengan tangan bersedekap, ia mendekati ranjang, menyindir Caspian yang masih terpungkur, "Rajin sekali manusia satu ini."

𝐀𝐫𝐫𝐨𝐰 𝐨𝐟 𝐕𝐞𝐧𝐠𝐞𝐚𝐧𝐜𝐞 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang