Kematian Shin Ye Chan

24 3 0
                                    

"hyung.. jaehan hyung..."

Kudengar dia mendengkur agak keras. Kududuk tepat disampingnya. Kuangkat kepalanya dan menaruhnya di bahuku. Kulepas perangkat jemala yang menempel di telinganya. Aku sempat mendengarnya. Ada lagi lagu-lagu sedih mengalun di dalamnya. Aku taruh di bukunya. Kututup novel dan menaruh didepannya. Kusandarkan kepalanya di pundakku. Aku menikmati momen berdua bersamanya. Angin berhembus dengan lembut. Musim panas kali ini suhu dingin masih menyisakan beberapa pengaruhnya. Matahari bersinar dengan terang tapi angin dingin meniup seirama.

"Yecha~~~aaaan, Shin Yechan.. bogoshiptagooo.. wae??"

Hyung sepertinya bermimpi bertemu dengan kekasihnya yang telah tiada itu. Kadang ketika mabuk dia sering menganggapku kekasihnya. Kebiasaan yang buruk juga membuatku kerepotan. Pernah suatu malam, ketika itu para mahasiswa baru harus memenuhi undangan penyambutan mahasiswa yg diadakan oleh senior di setiap jurusan. Karena kami satu jurusan, di tempat itu ada hyung, Jaehan hyung minum soju banyak sekali. Dia seperti melepas semua stresnya, sampai dia tertidur lemas tak sadar.

"Hyung.. apa kau bisa berjalan. Ayo kita pulang."

"ouuh.. yaa,, Yechan~~~aaaa... kau hidup lagi. Aku merindukanmu." Dia memelukku dengan erat, terus mengatakan jika dia merindukan YeChan. Menekan pipiku ke arah yang sama, membuat bibirku seperti paruh bebek. Dia seperti akan menciumku, tinggal satu sentimeter lagi, "aaah,, ini diruang terbuka, kau akan membencinya. Kaja.. kau dan aku, ayo kita pulang kerumah."

Brukkk...
dia menjatuhkan dirinya lagi ke meja yg penuh dengan makanan dan beberapa botol Soju. Para mahasiswa senior dan junior bersenang-senang bersama. Aku membawa Jaehan hyung pulang kerumahku, aku tidak tahu dimana rumah hyung, aku jadi mengajakknya kerumah. Untunglah bibi dan Ju Hee sudah tertidur. Aku jadi leluasa membawa hyung yang mabuk kedalam kamarku.

Piip.. piip...piip..

Rumah dalam keadaan sepi, beberapa lampu dimatikan, hanya lampu dapur yang masih menyala. Ada tudung saji yang menutupi sisa makan malam untukku. Ak dudukkan Jaehan hyung di selasar dekat pintu, melepas sepatu dan kaos kakinya, mengangkatnya kembali ke kamarku, menaruhnya di ranjangku. Melepaskan jaketnya dan menyisakan kaos dan celana jeansnya. Menaruh tasnya dekat meja belajar dibelakang pintu kamar.

Aku menuju kamar mandi, mandi alakadarnya dan mengganti bajuku. Sudah menjadi kebiasaan jikahabis dari berpergian aku harus mencuci kaki dan mencuci mukaku. Tapi karena hari ini aku terlalu berkeringat, aku memutuskan untuk mandi. Aku menuju ke dapur dan mengambil semangkuk nasi. Menyendokkan nasi dari penanaknya dan menaruh di mangkok kesukaanku yang bewarna hitam dengan garis merah di bagian bibir mangkoknya. Kutarik kursi meja makan, sambil manatap kearah dinding, menengok sekilas jam yang menggantung disana. Pukul satu dini hari. Aku tidak bisa tidur, aku terlalu bingung dengan kejadian yang tidak sengaja terjadi di tengah jalan tadi.

"Yechaaaan~~~aaaaaa... kau mau membawaku kemana?"
"hyung, ini bukan Yechan, Na... Kim Jung Ha.."

Hyung memelukku, membuatku terdiam. Memelukku dengan erat. Aku bingung dan mengangkat kedua tanganku keatas.

"aku merindukanmu Shin Ye Chan, kau kembali lagi ya."

Aku dan hyung saling berhadapan, aku hanya bisa melihat ubun-ubun hyung, dia sedikit lebih pendek dariku.

"hyung... lepaskan, ayo kita segera kembali kerumahku, kita harus berjalan sedikit lagi. "

Aku mencoba melepaskan pelukannya yang begitu erat. Bukannya terlepas, dia malah makin mengeratkan pelukannya. Jaehan hyung mengangkat wajahnya, sambil memejamkan matanya dan tersenyum, sampai-sampai gingsulnya menyembul di ujung bibirnya. Melepaskan pelukannya dan memegang kedua pipiku, berjinjit, menempelkan bibirnya ke bibirku. Aku terkejut, semua alat indraku berhenti bekerja, tidak bisa berbuat apa-apa, belum sampai disitu, dia mulai mengulum bibirku. Aku hanya terdiam sambil melamun menghadap lurus kedepan. Dia sibuk memainkan bibirku. Dia menarik daguku dan membuat kedua bibirku sedikit terbuka. Menyasap bibirku dalam-dalam. Aku terdiam sangking otakku tidak bisa mencerna ini dengan benar. Dia melepaskas cimannya dan kembali bersandar padaku. Dia gontai kehilangan keseimbangannya. Aku terpaksa menggendongnya karena, dia benar-benar sudah tidak sadar.

Tiramisu CakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang