Tanya (2)

30 5 0
                                    

Terlalu pagi.

Ini lah yang Ten rasakan di kantornya saat ini. Ia datang terlalu pagi. Bahkan Ia belum menemukan satu makhluk pun di kantornya ini.

Ten memilih untuk pergi ke pantry.

Langkahnya masuk ke sana. Berniat untuk membuat sebuah kopi. Namun, hal itu justru terhenti.

Ada satu manusia di pantry. Dan entahlah, rasanya seperti kebetulan.

Sosok mungil yang selalu menghantui isi kepalanya, yang memenuhi isi hatinya. Rambut sebahu lewat sedikit, si hitam pekat dan juga sedikit curly.

Ten tentu tahu betul siapa gadis itu.

"Ru--"

"Mau kopi, Ten?"

Ten sedikit terkejut.

Gadis itu, Hikaru, bahkan belum menoleh ataupun melihat dirinya yang berdiri di belakangnya. Namun Ia sudah mengetahui siapa di sana.

"Run kok tahu aku di sini?"

"Wangi mu. Aku sudah sangat mengenalinya, Ten."

Tak disangka, ucapan Hikaru barusan berhasil meluncurkan sebuah senyum manis dari bibir Ten.

"Duduklah di sana. Akan aku buatkan."

"Tolong buatkan yang terbaik yaa."

Hikaru menoleh dan menatap Ten tajam, "Kau meremehkan ku?"

Ten tersenyum tipis. "Dimana letak kalimat aku meremahkan mu, sayang?"

Hikaru tak lagi menjawab pertanyaan Ten. Sengaja Ia biarkan, alih-alih itu bisa sedikit menenangkan jantungnya yang sejak tadi berdetak kian mengencang.

Rasanya sesak.

Namun, Hikaru benar-benar menikmatinya.

Dengan telaten, kopi yang sudah Ia buat di mesin kopi ini sudah mulai jadi. Dengan tambahan sedikit caramel sebelum kopinya selesai. Hikaru juga sudah melakukan steam terhadap susu yang sudah dituangkan di gelas khusus.

Dibandingkan kopi hitam seperti americano Ten justru menyukai yang lebih creamy.

Sudah menuangkan susu tersebut, menyatu dengan kopi dan sedikit caramel tadi ala-ala barista di coffee shop. Hikaru pun datang mengantarkan segelas kopi hangat ke tempat dimana Ten duduk.

"Silahkan."

"Woah! Run pandai buat kopi? Sejak kapan?"

"Sejak aku membuatkan untuk mu."

Ten meminta Hikaru untuk duduk di kursi hadapannya. Tangannya dengan lancangan menggenggam satu tangan Hikaru, yang kemudian Ten usap lembut punggung tangannya.

Belum berniat meminum kopinya, Ten malah terus menatap Hikaru yang sudah ngefreeze tubuhnya. Berusaha untuk terlihat biasa saja. Padahal jantungnya sudah tidak bisa di kondisikan.

Sungguh, kalau boleh jujur, Hikaru benar-benar lemah jika sudah ditatap seperti ini oleh Ten.

"Jadi, kenapa tumben sekali kau datang pagi, Hikaru?"

"Tidak boleh?"

"Bukan tidak boleh. Hanya sedikit tidak biasa aja." sahut Ten lembut.

Tangannya masih menggenggam tangan Hikaru, sedangkan satu tangan lainnya mulai meminum kopi buatan Hikaru sedikit demi sedikit.

"Ten."

"Yaa, Run?"

Hikaru diam. Menatap gadis yang lebih muda darinya itu. Menelisik masuk ke dalam netranya. Sedangkan pikirannya berselancar pada kejadian entah sudah beberapa minggu lalu.

"Kau ingat ketika makan ramen di tempatku?"

"Hmm. Iyaa, aku ingat. Kenapa, Run?"


Hikaru menatap Ten semakin dalam.



"Jadi, siapa orang yang kau sukai di kantor?"

SituationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang