Lift

45 6 0
                                    

"Ten!"


Tap!



Berhasil.

Hikaru mempercepat langkahnya setelah Ia berhasil melakukan tap in agar Ia dapat masuk dan menggunakan lift guna menuju lantai dimana kantornya berada.

Tepat saat Ia berhasil melakukannya, Ia sedikit berlari, dan melihat sosok Yamasaki Ten yang sedang menunggu lift. Panggilannya pada Ten tidak begitu keras, namun suara Hikaru yang sudah melekat untuk Ten, tentu sangat Ten kenali.

"Run?"

"T-tunggu, aku lelah."

Bola mata Ten melirik ke sekitar. Ah, Ia merasa ini waktu yang tepat untuk menjahili Hikaru. Tidak akan ada yang melihat, pikirnya.

"Pagi, Run." ucap Ten penuh senyuman hangatnya.

Muncul sebuah kerutan di dahi Hikaru melihat tingkah Ten yang mendadak berubah. Sebelah alisnya terangkat sebelah, "Ada apa? Kau bertingkah aneh."

"Apa, Run?"

Tidak ada jawaban apapun dari Hikaru, tangan Ten beralih melingkar di pinggang Hikaru, berhasil menarik Hikaru untuk mendekat dan lebih menempel dengannya.

Tentu saja hal tiba-tiba itu membuat Hikaru sedikit terkejut. Ia bahkan tidak mendapatkan aba-aba apapun ataupun sedikit kode dari Ten.

"Ten!"

si empunya nama tentu hanya tertawa. Karena Ten menang dalam tinggi badan sedangkan Hikaru hanya ada tepat kurang dari bahu Ten, hal itu justru mempermudah Ten untuk melakukan sesuatu.

"Run?"

"Yaa, Ten? Kau sejak tadi terus mengatakan Run Run Run, sebenarnya ada apa?"

"Hey, bukankah itu nama mu?" tanya Ten dengan satu tangannya yang beralih menggenggam satu tangan Hikaru untuk mengikutinya masuk ke dalam lift.

"Menjengkelkan sekali." ucap Hikaru pelan, bahkan nyaris berbisik.

Ten yang mendengar itu hanya tertawa.

Setelah Ia menekan salah satu tombol lantai agar mereka bisa sampai ke tujuan, Hikaru yang berada tepat di belakang Ten kini sedang bersandar. Ten pun berjalan mendekat, bahkan lebih mendekat sampai membuat Hikaru mundur satu langkah dan mengubah posisi berdirinya menjadi sedikit lebih tegak.

"A-ada apa, Ten?"

Tidak ada jawaban apapun dari Ten, Hikaru menelan salivanya sendiri.

Jantungnya kini sudah berpacu lebih cepat, bahkan sangat cepat dibandingkan Ia berlari tadi.

"T-ten?"

Lucu sekali wajahnyaa, begitulah yang dipikirkan Ten saat ia berhasil menggoda Hikaru.

Tangan kanan Ten terangkat lalu berhasil pula Ia meletakannya tepat di atas kepala Hikaru, membuat Hikaru sedikit sulit untuk bergerak.

Perlahan, wajah Ten menunduk. Sedikit demi sedikit pula Ia mendekat. Hingga membuat Hikaru harus menahan nafasnya sendiri. Dan mampu merasakan deru nafas Ten yang menyapa wajahnya.

Ting!

Tepat saat wajah Ten berada satu centi meter sangat dekat dengan Hikaru, pintu lift pun otomatis terbuka. Membuat Hikaru yang sadar akan jalan keluar, lalu menepis tangan Ten yang berada di kepalanya.

Berhasil melewati tubuh Ten, namun tidak dengan tangannya. Ten berhasil menarik kembali Hikaru yang kini sudah sangat dekat dan sedikit menempel dengannya.

Sampai satu hal terjadi.

Satu hal yang sejak tadi berusaha Ten tahan dan Hikaru sudah tahu apa itu.

Ten kembali menarik tangan Hikaru, dan tanpa menunggu apapun lagi, Ia pun meninggalkan satu ciuman.

Tepat di bibir Hikaru.

"Ten?"

"Bekerjalah dengan nyaman hari ini dan jangan berlari lagi. Hubungi aku jika butuh sesuatu dan jika ingin dijemput olehku, agar kau tidak terlambat seperti tadi. Pergilah sekarang, jangan lupa absen. Kau masih memiliki dua menit lagi sebelum jam masuk dimulai."

"Ten, a-ada apa?"

"Ingin ku cium lagi?"

"Ti- ahh, kaupun. Semangatlah hari ini."

Ten tersenyum.

Hikaru tidak menjawab. Ah, lebih tepatnya Ia menahan diri untuk tak menjawab tidak.

Hikaru sudah memutar langkahnya, keluar dari lift, begitupula dengan Ten yang sejak tadi tangannya yang lain menekan tombol untuk menahan pintu lift agar tidak tertutup.

Rasanya pagi ini Ia akan semangat bekerja.

Berkat Hikaru.

"Ah, Ten!"

"Yaaa, Run?"

Jarak mereka yang sudah terpaut lumayan jauh, membuat keduanya harus sedikit mengeraskan suaranya.

"Terimakasih!"

"Untuk apa?"

Hikaru tersenyum. Begitu manis, bahkan sangat manis, sampai membuat jantung Ten rasanya ingin melompat dari tempatnya.












"Sudah membuatku kembali hidup."

SituationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang