Part 2

857 63 0
                                    

Max's P.O.V.

'Aku rasa sudah saat nya untuk pergi.'

Stefan dan aku harus pergi ke pertemuan dengan anggota member 'gang' yang lain. Sudah banyak sms yang masuk ke hpku yang mengatakan kalo 'gang' yang lain sudah mulai mencurigai kalo anggota kelompok kami lah dalang dari pembunuhan yang terjadi selama ini, dan karna itu, mereka mulai mencari masalah. Pihak kepolisian juga mulai curiga. Aku tak bisa menjalankan bisnis dengan baik kalo begini keadaannya.

Aku berjalan ke arah garasi untuk mengambil mobil. Dasar sial, mobil ku tak mau menyala.

"Shit! Stefan bakal marah lagi kalo gini." Aku menghela napas. "Terpaksa harus jalan. Ck."

Sepertinya aku harus memberi tahu Stefan via SMS. 'aku sedikit telat. Mobil gak mau nyala lagi. Sorry. -Max'  Send.

Piip. 'Again?! Hah! Buang saja mobil itu. Fine. Aku akan bilang sama yang lain kalo kau telat. Pertemuan aku mulai saja, nanti inti nya akan ku ceritakan. -Stef'

Jalanan semakin gelap. Agak aneh sebenarnya untuk jalan malam-malam di gang sempit begini. Biasanya aku menggunakan mobil ke tempat pertemuan. Tapi apa boleh buat, karna mobil sialan itu aku harus melewati gang-gang untuk sampai cepat ke tempat pertemuan.

Saat berjalan melalui salah satu gang, aku melihat sesuatu di tanah. Ada tubuh seseorang yang terduduk di dekat tempat sampah besar.

Aku berjalan mendekat. Ternyata itu seorang gadis. Tubuhnya penuh luka dan memar. Pakaiannya basah, pasti dia di sini dari kemarin. Aku mendekat dan memegang pergelangan tangannya untuk memeriksa detak jantungnnya. Syukurlah, ia masih hidup.

'Aku tak bisa meninggalkannya disini.'

Aku mengangkat tubuh gadis itu, 'Ringan.' dan membawanya ke dalam apartmentku.

"hah! Aku harus memberitahu Stefan kalo aku gak bisa datang."

------

Nimaz's P.O.V.

Aku merasa sangat lelah. Tempat tidur ini sangat nyaman... tunggu! Tempat tidur?! Mataku langsung terbuka lebar. Dimana aku sekarang?

Aku duduk di tengah ruangan. Pakaianku tergantung di dekat pintu. 'Pakaian siapa yang ku pakai?' Ada tv di hadapan sofa yang kududuki, ruangan ini bercat warna biru muda. Ada beberapa lukisan dan poster mobil yang tergantung di dinding, dan ada sebuah meja berada di pojok ruangan yang dipenuhi kertas diatasnya.

"Aku gak pernah ke sini sebelumnya. Astaga! Jangan-jangan aku di culik? Gak mungkin...."

"Oh, kau sudah bangun?"

Aku menoleh ke arah suara. Deg! Laki-laki dengan wajah tampan dan tinggi berjalan keluar dari ruangan yang sepertinya kamar mandi, rambutnya masih basah dan berantakan. Handuk melingkar di lehernya. Ia tidak mengenakan baju sehingga memperlihatkan badannya, dan hanya menggunakan celana jeans panjang.

"Iss, tak bisakah kau menggunakan baju?"

"Ini rumahku, jadi terserah padaku mau mengenakan baju atau tidak."

"hah? Kayak bukan rumahnya.. ini terlalu bagus untuk jadi rumahnya." Kataku pelan. Kemudian pikiran itu datang.

"Tunggu dulu, apa Cuma kau yang tinggal di sini?"

"Enggak.. temanku sedang pergi."

"Terus bagaimana kau..."mataku membesar dan aku langsung memeluk tubuhku.

"Tenang saja, lagian gak ada yang menarik buat di lihat."

Dia.... dia yang mengganti pakaianku?! Sialan! Pervert! Dan aku sedang pingsan lagi!

Dia berjalan mendekat ke tempat tidur, dan duduk di pinggir. "Aku Max" katanya sambil mengankat tangan kanannya.

"Ni-Nimaz." Jawabku sambil memukul tangannya yang terulur.

"well, kalo kau gak keberatan." Dia perlahan memegang lenganku. "kenapa kau penuh luka dan memar begini?"

"Ini karna aku kecelaka-"

"Kalo kecelakaan gak bakal membuat luka dan memar begitu. Itu terlihat seperti bekas karna di pukuli."

"well, aku tid-"

Dia menghela napas kasar. "Udahlah. Cerita aja."

"Ish, aku serius!"

Dia mendekat kearah wajahku. Itu membuatku tak nyaman.

"Ku minta kau untuk jujur. Aku bisa mencaritahu yang sebenarnya dengan cepat. Aku punya koneksi."

'Apa aku harus cerita? Jika tidak, apa yang bakal dia lakukan? Bisa-bisa aku dibunuh.. tapi dia kelihatan baik sih. Kayaknya untuk sekarang aku tutup mulut.' Sebelum dia terlalu dekat, aku mundur menjauh.

"Seperti yang sudah ku bilang, ini karna aku kecelakaan."

-----

Max's P.O.V.

Aku melihat lekat wajahnya. Ia memiliki sedikit luka dan memar di pipinya. Sebenarnya dia terlihat cukup manis...tapi karna luka dan memar di wajahnya itu membuat berbeda.

Ia melangkah mundur dan mengatakan kalo itu kecelakaan.

Aku tak mempercayai itu. Dia mungkin termasuk alasan pembunuhan akhir-akhir ini. Karna tempat aku menemukannya tadi aku menemukan sebuah pistol.

'Apa mungkin gadis ini yang melakukan pembunuhan itu?'

Ku amati lagi gadis di hadapanku ini. 'Tapi dia terlihat innocent...' Aku mendesah kasar.

-----


Run Away (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang