15. Lelah

57 6 0
                                    

Sekembalinya Dika dan Avy ke rumah sakit Aga dan Gyan langsung bersiap-siap untuk berangkat kuliah, Avy sudah pergi begitu selesai membantu Dika membawa barang milik yang lain.

"Gy, nih bawa mobil gua aja lagian gua ga kemana-mana hari ini"

"Oke bang" Gyan menerima kunci mobil dan segera berangkat bersama Aga.

Sekarang diruangan berbau obat itu hanya tinggal Dika yang sibuk dengan skripsi di laptop nya dan Nadi yang masih terus melihat kearah luar jendela.

Tidak ada pembicaraan diantara keduanya hanya ada suara ketikan laptop, sampai pintu ruang rawat di ketok oleh seseorang.

Dika yang terkejut langsung berjalan ke inti untuk memastikan siapa yang datang.

"Siapa? Oh, bang Zaidan" Melihat sosok yang dikenalnya itu Dika mempersilahkan masuk. Nadi yang mendengar nama abangnya disebut langsung mengalihkan pandangan nya ke arah pintu.

"Sendi-ri-an bang?" Suara Dika memelan karena begitu masuk Zaidan tidak menyapa nya dan langsung menghampiri sang adik.

"Nadi, kamu gapapa kan? Mana yang sakit? Astaga ini lebam semua" Zaidan terkejut dengan lebam yang ada di wajah adiknya dan mengecek kondisi badan Nadi yang lain.

"Gapapa"

"Dia kan? Dia lagi? Bangs*t manusia satu itu keluar dari penjara malah berulah"

"Dek yakin masih mau disini? Abang bisa temenin kalau kamu mau pindah dari sini"

"Abang ssttt stop, udah Nadi gapapa" Nadi berusaha menenangkan abangnya dan menyuruh nya tidak bicara lagi, pasalnya mereka tidak hanya berdua tapi ada orang lain disini.

"Gapapa apanya nanti mphhh" belum selesai berucap mulut Zaidan ditutup paksa oleh Nadi berharap abangnya itu tidak berisik lagi.

"Ga semua orang jahat jangan disamain sama dia" ucap Nadi pelan tapi masih terdengar oleh Dika.

"Hadeh"

Karena mereka masih diruangan yang sama dan jarak nya dekat Dika masih mendengar semua percakapan kakak-beradik itu, tapi dirinya hanya diam dan perlahan pergi dari ruangan itu untuk memberi waktu kepada Nadi dan abangnya.

-✿-

Setelah keluar dari ruang rawat Nadi, Dika berencana untuk mencari makan siang untuk dirinya. Saat sudah menemukan restoran kecil terdekat Dika langsung masuk kesana dan mencari tempat yang nyaman untuk makan.

Namun saat ia sedang melihat sekitar matanya menangkap wajah seseorang yang ia kenal, orang itu terus melambaikan tangannya kepada Dika. Tapi Dika tidak menggubris nya dan masih mencari tempat lain belum sempat lanjut berjalan tangannya ditarik oleh orang tadi ke tempat duduk orang itu.

Akhirnya mereka berdua duduk berhadapan, Dika memilih melanjutkan memesan dan makan di meja yg sama dengan orang itu.

"Mau ngapain di sini?" Tanya Dika tidak bersahabat.

"Mau liat adek sendiri ga boleh?"

"..."

"Adek?"

"..."

"Dikara..."

"..."

Dika hanya dan fokus pada makanan miliknya, sedangkan pria di hadapannya terus melihat Dika tanpa menyentuh makanan milih nya yang sudah dingin.

Setelah selesai makan pun Dika langsung bangkit dan keluar dari restoran tersebut, dengan orang tadi yang masih mengikuti Dika keluar.

IGNOSCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang