"Seandainya dunia dan seisinya dapat ku pertaruhkan untukmu, Ibu. Maka akan aku dapatkan lalu ku persembahkan di bawah kakimu."
- Edward Macenno
♡♡♡
Norah mengeluarkan lentera yang sudah dipersiapkannya untuk membantunya menerangi jalan menuju Ubel sambil mengepakkan sayapnya sekaligus membaca peta yang dibuat oleh Alano.
Matanya lalu menangkap bayangan Uzazel yang sedang berpatroli keliling desa-desa peri. Norah meniup api di lenteranya, kemudian turun perlahan bersembunyi di balik pohon besar agar tidak terlihat oleh Uzazel.
Jantung Norah yang resah terpacu dengan cepat. Wanita itu takut akan ketahuan oleh salah satu Uzazel yang sedang berpatroli. Ia menahan napasnya saat Uzazel lewat dengan jarak dua pohon pada tempat persembunyian yang ia tempati.
Setelah Uzazel sudah cukup jauh darinya, Norah mulai akan menyalakan lentera yang ia bawa.
GREKKK! SETTT!
Dengan tiba-tiba sebuah akar pohon hidup melilit kaki mungil Norah saat akan mulai terbang. Tanpa aba-aba, akar pohon yang melilit itu menariknya dengan sangat kuat.
"WHOAAA!" Norah berteriak saat tubuhnya ditarik oleh akar pohon hidup itu.
Wanita itu tanpa henti terus berteriak sepanjang tertarik oleh akar pohon hidup. Lentera yang semula dipegangnya sudah hilang terjatuh saat awal ditarik oleh akar pohon itu.
Untungnya, Norah mengantongi belati kecil di samping kantong ranselnya. Dengan sangat kesusahan tangan kecilnya meraih belati kecil.
BUG! BUG! BUG!
Kepalanya terbentur beberapa batu akibat tarikan tanpa arah dari akar pohon hidup itu. Terasa pening di sekitar kepalanya menyeruak, Norah memegang kepalanya yang terbentur oleh batu tadi, ia memegang seperti cairan keluar dari sela-sela rambutnya. Karena tidak terlihat akibat malam yang gelap, Norah mencium aroma cairan yang ada di kepalanya, ia mencium bau anyir dari tangannya, ya benar dugaannya, kepala wanita itu berdarah.
Tetapi hal itu tidak membuatnya menyerah untuk kembali mengambil belati yang ada di kantong ranselnya. Dengan susah payah karena badannya terus terseret, akhirnya belati itu ia dapatkan.
Kali ini kondisinya tidak berubah, Norah tetap berada dalam keadaan sulit. Kini ia harus menjangkau kakinya dengan tangan mungil yang ia miliki agar dapat memotong akar pohon hidup yang terus melilit kakinya.
SPLASH! SPLASH! SPLASH!
Akar pohon hidup itu hampir terputus karena sayatan belati yang digunakan Norah.
Ayo Norah, sedikit lagi. Bisiknya dalam hati menguatkan kesadarannya karena hampir hilang akibat benturan yang semula ia dapatkan. Lama-lama peningnya terasa sangat berat. Ayo bertahanlah sedikit lagi, Norah. Kau pasti bisa.
SPLASH!
BLASSS!
Akhirnya akar pohon hidup itu terputus. Badan Norah tertinggal di sebuah tanah lembek. Dengan napas yang tersegal, Norah membalikkan badan, menghadap ke langit. Sedikit cahaya rembulan menerangi malamnya yang kacau.
Lama-lama kepalanya makin pening dengan hebat. Kemudian, cahaya rembulan yang semula ia pandangi, kini mulai meredup dan terus meredup hingga menjadi gelap gulita. Mata wanita itu terpejam rapat. Norah kehilangan kesadarannya.
☆☆☆
Sinar matahari membangunkannya, mata Norah mendapati dirinya kini sedang berada di dalam pohon besar. Tiba-tiba kepalanya terasa pening lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Callistoz Fairy
FantasyBagaimana jika selama ini kehidupan yang kamu jalani penuh dengan ketidak sesuaian kepercayaanmu? Leo seorang pria dengan ketampanan nyaris abadi, dipenuhi tanda tanya akan parasnya yang seakan tidak pernah menua. Konon selain vampir, peri juga mem...