BismillahKoreksi typo
Selamat membaca :)
🍂🍂🍂
"Latar belakang proposal kamu di perbaiki dulu saya bingung bacanya." Ada jeda sebentar, "Saya paham fenomena yang mau kamu bahas tapi ini terlalu berbelit. Di awal sudah benar pembahasannya, tapi di akhir enggak nyambung."
Mengangguk, Lavanya mencatat poin yang dikatakan oleh pembimbing di buku kecil. "Baik, bu. Akan saya perbaiki."
"Untuk sekarang itu saja revisi dari saya. Bab satu sudah bagus tapi tambahin lagi teori pendukungnya. Dan pelajari lagi metode penelitiannya ya."
"Baik—"
"Astaga!"
Lavanya dan dosen pembimbingnya sama-sama dibuat terkejut oleh kaca jendela yang tiba-tiba pecah. Belum usai mencerna apa yang tengah terjadi pintu ruangan terbuka.
"Bu, pak, kalian ayo semua keluar! Bahaya! Ada mahasiswa yang ngamuk!"
Lavanya terdiam di tempatnya melihat sosok pria—si pembuat onar yang baru saja memecahkan jendela tersenyum senang di tengah kekacauan yang diperbuat.
"Lavanya ayo kita keluar. Cepat nak jangan bengong!"
Lavanya tersentak oleh tarikan tangan dosen pembimbingnya. Berikutnya Lavanya berlari keluar setelah mengambil berkas proposal serta tas dari kursi.
Lavanya sudah bergabung dengan orang-orang yang berkerumun di depan gedung fakultas. Melihat sosok pria pembuat onar yang berlari dari kejaran sekuriti. Kondisi di sekitar sama kacaunya, banyak fasilitas yang rusak dan taman yang terbakar.
"Anya, kamu di sini?" Lavanya menoleh kepada seseorang. "Kirain kamu enggak ke kampus hari ini."
"Aku ada bimbingan sama Bu Febri." begitu jawaban Lavanya berikan kepada Senja—temannya.
"Oh, aku ada kelas sih. Tapi syukur enggak jadi masuk gara-gara tuh kating. Eh mau ke mana?" Senja mengikuti Lavanya yang keluar dari kerumunan.
"Aku masuk shif pagi tadi izin telat karena mau bimbingan dulu."
"Oh, aku ikut kamu ya?"
"Boleh."
Keduanya berjalan melewati setiap kekacauan yang ada. Tidak lagi memedulikan sosok pembuat onar yang kini berdiri di atas gedung.
"Harsa Permana Bramatya kamu sudah tidak bisa kabur lagi! kepolisian sudah mengepung gedung ini!"
"Harsa jangan bergerak!"
Sayangnya, peringatan itu tidak diindahkan oleh pria pembuat onar. Setelah membuang tongkat baseball. Tindakan Harsa selanjutnya berhasil menciptakan riuh pekikan dari orang-orang yang terkejut melihatnya melompat ke bawah.
Hal tersebut pula yang membuat Lavanya dan Senja yang sudah berada di parkiran urung pergi. Melihat sosok Harsa yang terjun dari atas gedung tetapi pria itu tidak jatuh begitu saja ketika parasut mengudara membawanya terbang.
"Wah gila banget tuh cowok hampir aja mati."
Lavanya menganggukkan kepala, menyetujui perkataan Senja. Pria itu benar-benar tidak waras.
"Yuk, pergi aku sudah telat nih."
"Ayo."
Namun, Lavanya dan Senja kembali berhenti di tempatnya ketika mereka mendengar teriakan peringatan dari orang-orang di sekitar untuk menjauh dari tempat mereka berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayo Jatuh Cinta!
RomansaLavanya adalah seseorang yang tidak pernah jatuh cinta, ia juga tidak mempercayai cinta. Baginya cinta hanyalah omong kosong belaka. Sedangkan Harsa sangatlah mempercayai kekuatan cinta. Baginya cinta adalah warna yang wajib ada dalam kehidupan ses...