8 - Living Together (3)

77 8 1
                                    

Blaise mengantarkan Draco kembali ke apartemennya. Theo yang memberikan janji-janji pada temannya itu malah tertidur dan tidak mau bangun lagi sehingga Blaise yang mengurus keduanya.

"Drac, berjanjilah kau membayarku setelah ini" Blaise menyapa beberapa karyawan yang sedang berjaga di lobby. Membuat beberapa karyawan mulai menawarkan bantuan dengan halus dan sedikit paksaan membuat Blaise sedikit kebingungan. Pria itu mulai berfikir keras apa yang disembunyikan sehingga karyawan Draco terlihat sedikit ketakutan.

Blaise menolak semua bantuan karena lebih baik untuknya memastikan Draco benar-benar selamat sampai ke dalam kamarnya. Blaise meraih kartu apartemen Draco dan lift mulai menuju ke arah rumahnya. Draco beberapa kali menyenandungkan nama Hermione. Apa sebegitu berpengaruh Hermione dalam hidup temannya ini? Padahal menurut Blaise sendiri, mereka hanya bertemu untuk berkelahi.

"Lain kali akan kurekam dirimu menyebut nama Hermione berulang kali" Ucap Blaise masuk ke apartemen Draco. Membaringkan Draco di lantai dan membantu pria itu membuka sepatu. Blaise membuka lemari sepatu Draco dan pria itu terkejut hampir pingsan karena ada sepatu dan sandal wanita disana. Tidak, ini bukan milik Narcissa. Narcissa tidak mungkin memakai sepatu lucu berwarna merah muda dan biru muda.

Blaise mulai benar-benar memikirkan kemungkinan terburuk bahwa mungkin saja Drac benar-benar bersama Hermione. Tetapi tidak mungkin, mereka tidak pernah bertemu.

"Mine?" Panggil Draco bingung. Draco tampaknya sedikit sadar. Draco mendorong Blaise ke arah lift.

"Hei, Drac, aku Blaise" Ucap Blaise sedikit berteriak kebingungan membuat Draco makin mendorong temannya itu.

"Kau berhutang penjelasan kepadaku, teman" Ucap Blaise menekan tombol menuju Lobby. Draco melambaikan tangan kepada temannya itu dan menuju kamarnya dengan kepala sempoyongan.

"Mine?" Tanya Draco lagi. Pria itu tidak bisa berfikir jernih. Kepalanya benar-benar berputar sekarang dan dia tidak bisa memikirkan apapun. "Ugh, kepalaku sakit" Ucap Draco membuka pintu kamar. Lupa bahwa Hermione di kamarnya tertidur pulas.

"Mine?" Tanya Draco sambil masuk ke dalam selimut dan masih berpakaian lengkap. Pria itu tidak memikirkan apapun dan tertidur disebelah Hermione. Melihat samar ke arah Hermione yang lelap di dalam selimut miliknya. "Kena kau, Granger" Ucap Draco sebelum tertidur.




Meskipun sudah pagi, tidak setitik cahayapun masuk ke kamar Draco. Keduanya masih tertidur lelap, tenang. Ini hari Sabtu, waktunya bersantai dan tertidur sepanjang hari bagi Draco. Tidak untuk Hermione, dia ada janji hari ini dengan Harry. Hermione membuka matanya dan melihat ke arah langit-langit kamar pria itu gelap. Mungkin Draco belum pulang, membuatnya lega. Hermione berusaha duduk dan bersandar di kepala tempat tidur. Matanya membulat sempurna ketika sebuah tangan berukuran besar memeluk pinggangnya.

Hermione berteriak membuat Draco terbangun kebingungan. Rambut pirang kusutnya dan kemeja Draco yang berantakan, membuat Hermione sedikit kaget. Draco punya sisi berantakan.

"DRAC? KAU JUGA TIDUR DISINI?" Tanya Hermione dengan nada berteriak.

"Apa maksudmu, Granger? Ini kamarku. Gadis aneh" Omel Draco dengan memegang kepalanya. Pengarnya belum hilang. Inilah maksudnya untuk tidak terlalu mabuk di pesta temanmu.

"Kau gila? Kau bilang akan pulang di pagi hari" Ucap Hermione kesal. Siapa yang tidak kesal melihat seorang pria tertidur disebelahnya dan Draco tidak membangunkannya.

"Kenapa aku di kamarku?" Tanya Draco bingung. Hermione menarik nafasnya lelah. Tidak ada gunanya mengobrol pada pria yang baru saja mabuk.

Hermione menggelengkan kepalanya menatap ke arah Draco. Hermione turun dari kasur dan melemparkan selimut ke arah pria itu.

"Tunggu disini, ku buatkan air jahe" Ucap Hermione kembali menggelengkan kepalanya dan mulai pergi ke arah dapur. Draco terperangah pada perempuan itu dan menatap punggungnya. Mungkin fikirannya benar, di masa depan dia akan memaksa Hermione untuk menikah dengannya.

Hermione tiba-tiba kembali ke kamar Draco dengan membawa air putih. Meletakkannya dengan kasar dan menatap kesal ke arah Draco.

"Cepat sadar, bodoh" Ucap Hermione kesal memaksa Draco meminum airnya. Draco minum air putih dengan tatapan bingungnya. Masih bingung siapa yang mengantarnya tadi malam.

"Aku akan menghidupkan air hangat. Mandi sana" Ucap Hermione berjalan ke arah kamar mandi dan diikuti oleh Draco. Draco mengikuti Hermione dari belakang membuat Hermione berdecak kesal.

"Aku memintamu untuk mandi, bukan mengikutiku" Ucap Hermione menghidupkan keran ke arah air hangat dan mengisi bak mandi Draco. Hermione melihat ke arah Draco dengan berkacak pinggang. Draco mendekat ke arah gadis itu membuat Hermione mundur ke arah bak mandi pria itu.

"Drac, kau ini kenapa sih?" Tanya Hermione kesal. Draco masih mendekat ke arah Hermione membuat Hermione terjatuh ke arah bak mandi yang membuat bagian pinggangnya basah.

"KAU INI GILA YA?!" Tanya Hermione kebingungan karena Draco masih mendekatinya.

"D-drac?" Tanya Hermione menahan badan Draco. Membuat tangan kiri Draco menahan badannya agar tidak jatuh ke arah Hermione sedangkan tangan kanannya memegang dagu Hermione. Hermione kebingungan serta tidak tau apa yang akan dilakukan Draco, pria ini tidak bisa ditebak.

"Menurutmu, bagaimana jika aku memaksamu menikah denganku di masa depan?" Tanya Draco menatap ke arah Hermione tajam. Pria itu tampak serius membuat badan Hermione panas dingin dan nafasnya tertarik cepat.

"Kau sudah benar-benar gila. Apa yang temanmu masukkan dalam minumanmu?" Tanya Hermione sedikit takut. Wajah Draco benar-benar dekat sekarang.

"Di masa depan aku tidak akan melepaskanmu, Mine. Meskipun stalker gila itu mengancamku untuk menjauhimu. Akan kucari kau ke seluruh dunia meski itu mempertaruhkan semua aset yang aku miliki. Akan kuhabiskan uangku untuk mencarimu" Ucapan Draco membuat Hermione membulatkan matanya bingung. Gadis itu kembali ke akal sehatnya setelah mendengar air panas berbunyi.

"A-air panas" Ucap Hermione bangkit dari jatuhnya. Sedikit memeras bajunya yang sudah basah. Hermione berlari keluar dan menutup pintu kamar mandi Draco. Berlari ke arah dapur dan mematikan kompor serta menuntaskan air jahe untuk Draco, meletakkannya di meja makan.

Hermione berjalan ke kamarnya dan mengganti baju tidurnya. Dia terduduk di atas kasur, masih terbayang ucapan Draco. Apa pria itu benar-benar sudah gila? Hermione menetralkan detak jantungnya sambil memilih baju untuk dipakai bersama Harry. Hermione harap Draco terlalu sibuk hari ini sampai mereka tidak bertemu. Hermione segera berlari untuk mandi dan bersiap-siap menuju jemputan Harry. Tidak lupa Hermione menuliskan notes kecil di sebelah minuman Draco agar pria itu mengetahui bahwa Hermione akan keluar sebentar untuk berjalan-jalan.

Hermione segera memakai sepatu biru mudanya dan merapihkan rambutnya sebentar. Pujilah kehebatannya untuk berdandan cepat atau betapa lamanya Draco berendam. Mungkin Draco sudah pingsan disana dan Hermione dapat membayangkan mata Draco berbentuk silang. Hermione tersenyum simpul dan segera berlari keluar apartemen Draco.

Hermione menyapa semua karyawan Draco di lobby apartemennya dan segera berjalan menuju ke arah halte bis agar mereka dapat pergi bersama. Butuh waktu 5 menit bagi Hermione untuk berjalan. Lebih baik begini, agar Harry tidak terlalu mencurigainya. Dia juga tidak ingin membuat bibi dan pamannya khawatir, apalagi dengan adanya stalker gila tersebut.

Hermione melihat ke arah Halte dan menyadari Harry berdiri menunggunya disana. Hermione melambaikan tangannya pertanda bahwa dia sudah sampai. Membuat Harry tersenyum senang membalas lambaian tangan Hermione.

"Hei, aku sudah mengatur jadwal kita untuk hari ini. Persiapkan kakimu, Nona Granger" Ucap Harry tersenyum manis. Jarang sekali Hermione mengiyakan ajakannya.

"Ay Ay Captain" Hermione mengarahkan sikap Hormat ke arah Harry dan keduanya duduk bersantai menunggu bis. Tanpa sadar sebenarnya keduanya diikuti.

Rival! [Dramione]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang