Kabar duka

35 5 6
                                    

Pagi yang cerah. Langit membiru dengan awan putih yang menghiasinya. Hujan semalam meninggalkan udara yang dingin.

Suasana ramai. Kendaraan keluar masuk nyaris tanpa jeda. Ambulan dan kendaraan pribadi datang dan pergi silih berganti membawa pasien dan keluarga pengantar dan penjenguk.

______________________________________

Pukul 23:56 malam aku mendapat kabar bahwa kak Kaizo kecelakaan saat hendak pulang ke rumah, dan kini ia telah dirawat di rumah sakit.

Aku segera video call kakak sepupuku yang sedang mendampingi kak Kaizo. Aku sangat terkejut melihat kondisi kak Kaizo sekarang, hampir seluruh tubuhnya terluka parah, apalagi di bagian kepala hingga dadanya.

Suasana rumah sakit begitu sepi, detak jantung kakak berpacu lebih cepat dari biasanya. Wajahnya pucat penuh luka, matanya tertutup rapat, lehernya basah karena keringat dingin.

Melihat keadaannya yang tak wajar membuatku bergegas ke bandara untuk segera pergi ke kota Etara. Malam itu juga, aku memesan mobil online untuk menuju bandara, mobil itu pun bergerak menembus kemacetan kota Hian.

Begitu tiba di bandara, aku berlari menuju pesawat yang akan terbang ke kota Etara. Saat berada di dalam pesawat, jantungku berdetak kencang dan pikiranku berkeliaran memikirkan hal yang bahkan belum tentu terjadi.

Tapi, pada akhirnya pikiranku dikalahkan oleh rasa kantuk, kelopak mataku terasa berat untuk dibuka, perlahan aku pun tertidur pulas.

______________________________________

Cahaya menyilaukan memasuki retina mata, aku pun terbangun dari tidurku dan mengusap-usap mataku.

"Hoam.." Aku menguap dan menggeliat, badanku terasa pegal.

"Ha, kakak!" ucapku yang tiba-tiba teringat akan apa tujuanku berada di dalam pesawat ini.

Aku melihat orang-orang yang berlalu lalang menuju pintu keluar, aku segera bangkit dan menggendong tas yang ku bawa. Aku ke luar dari pesawat itu dan langsung memesan mobil online untuk langsung pergi ke rumah sakit tempat kakakku dirawat.

Kini, aku berada di depan rumah sakit yang begitu besar dan luas. Aku memasuki rumah sakit itu dan menanyakan ruang kakakku dirawat.

Aku berlari ke ruangan kakakku dirawat. Kini, aku berada di depan pintu ruangannya.

"Huhh, kok aku gugup ya?"

Aku membuka pintu itu dan seketika dokter dan perawat yang berada di dalam ruangan itu bergegas ke luar ruangan dengan raut wajah yang panik.

Mereka mendorong sebuah brankar yang di atasnya terdapat seseorang yang terbaring kaku, yang terlihat hanyalah ujung kaki yang sudah memucat.

Melihat kejadian itu membuatku lemas, kakiku tak dapat menopang tubuhku, dadaku terasa sesak, sakit, begitu sakit rasanya. 

Penglihatanku mengabur, dan hal terakhir yang ku lihat adalah mereka (dokter dan perawat) membawa seseorang yang entah mengapa firasatku mengatakan itu adalah kak Kaizo.

______________________________________

Pada pukul 2 dini hari, tiba-tiba terdengar suara tangisan yang memecah kesunyian kamar. Aku terkejut. Kali ini bukan terdengar seperti tangis karena kesakitan oleh penyakit, tetapi tangisan kesedihan karena ditinggalkan oleh orang tersayang. Suara itu terdengar sungguh menyedihkan.

Mataku berkeliaran mencari sosok yang sedang menangis itu. Tapi, aku tidak dapat menemukannya. Tak lama setelah itu, terdengar suara lengkingan yang sangat nyaring.

"Argh.. Sakit!" telingaku berdengung dan mengeluarkan darah.

"Aku mengharapkan agar Kaizo sembuh tapi, ternyata malah terbebas sepenuhnya dari penderitaan dunia."

"Semoga tenang di alam sana ya."

"Jangan lupakan kami."

"Tunggu kami."

"Ka-k Kai-zo..." Lirihku.









-Waktu sudah habis untuk berbuat baik, kesenangan yang membuat semua berakhir, tenang dalam kehampaan. Beristirahatlah, kamu hanya makhluk biasa, jangan terlena, jangan terlalu terbuai dalam mimpi-











Bersambung....
Jangan lupa divote yaa^_^
Terima kasih 🌼

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BALUTAN KESEMPURNAAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang