Eps 2. Different

764 82 24
                                    

Marsha pov

Aku membuat sebuah kesalahan fatal yang mengubah segalanya dihidupku. Dimana dulunya kehidupanku seberwarna pelangi, sekarang menjadi keruh seperti air kali.

Dulu kehangatan sering menjumpaiku dengan sendirinya, namun sekarang semua berbalik arah. Tidak mau berjumpa lagi.

Aku, minta maaf.

Telah menorehkan luka yang mungkin cukup besar dibelahan hatimu. Luka yang mungkin tidak cukup hanya dengan kata maaf.

Tapi, aku baru menyadari sesuatu.

Aku merasakan sepi, saat kamu mulai menjauh. Saat kehangatanmu tidak lagi menyentuhku. Dan godaanmu yang terdengar ditelingaku, sekarang hanya menjadi angan angan belaka.

Dimana semua itu pergi?










Malam ini, suamiku baru pulang dari kantornya pukul sembilan, sudah sangat larut malam, tapi sepertinya dia sangat beta berada digedung kotak tempat dia bekerja itu.

Berbanding balik dengannya waktu dulu. Sebelum aku menyakiti dia.

Aku berinisiatif memasakkan dia banyak makanan sebelum dia pulang tadi. Di meja makan sudah ada sembilan macam makanan kesukaan dia. Semoga hal ini bisa membujuknya untuk kembali berbicara denganku lagi lebih panjang.

"Mas..." Panggilku, dia dingin dan sangat membenciku sekarang. Lihatlah bagaimana dia mengabaikan masakanku yang sedari tadi menunggunya pulang. "Makan dulu, aku masakin kusukaan kamu"

Langkah kakinya sempat berhenti di hadapanku sedikit jauh. Tapi matanya seperti sudah menjawab. Dia tidak berminat dengan apa yang aku lakukan untuk mendapat perhatiannya.

"Mas gak laper"

Sesuai dugaanku tadi. Sangat lelah mendapatkan penolakan seperti ini setiap hari. Rasanya sangat sakit, setiap dia menjawab tidak, itu seperti membuatku semakin bersalah setiap detiknya.

Tapi itulah yang dia rasakan dulu, saat menghadapiku.

Air mataku kembali turun setelah dia melangkah pergi, ini sangat sakit sekali rasanya.

Mungkin ini terdengar klasik, tapi jika waktu bisa diputar kembali. Aku tidak akan pernah melakukan hal yang menyakiti dia Sampai begini. Karena aku tau, tingkat tertinggi orang yang sakit hati, adalah mengabaikan. Seperti apa yang dia lakukan padaku sekarang.







"Mas..." Panggilku. Dia baru saja selesai mandi, dia mencari baju bebasnya untuk dipakai tidur.

Seperti yang sudah sudah, dia lebih memilih diam daripada menjawabku. Aku maklum. Akan ku coba untuk meyakinkan dia, kalau aku sangat membutuhkan dia kapanpun itu. Sampai selamanya, aku membutuhkan dia.

"Alana udah tidur mas" kalimat ini dulunya adalah kalimat favorit mas Freya. Dia juga yang sering mengucapkan. Tapi, ini menjadi asing bagi dia sekarang. Sepertinya mas Freya sudah menghapusnya dari daftar kalimat favorit.

"Kamu... gak kangen sama aku mas?" Aku peluk dia dari belakang. Aku rindu sekali dengan wangi sabun mas freya. Aku rindu dia menggodaku duluan. Hal yang tak akan dilakukan lagi oleh mas freya.

Dengan dirinya yang masih bertelanjang dada, aku semakin kuat memeluknya. Aku menghirup leher suamiku untuk menarik hasrat dia agar menyentuhku.

Aku sangat merindukan segalanya tentang dia yang dulu.

Tapi...

Mas Freya tidak bereaksi apa apa, dia hanya menatap tunduk pada kaos yang berada ditangannya, yang belum sempat dia pakai. Lalu dia melepaskan tanganku yang melingkari perutnya. "Mas capek, mau tidur"

Aku merasakan sakit menghantam relung hatiku lagi, untuk yang kesekian kalinya. Mendapat penolakan dari mas Freya adalah daftar baru di kehidupanku.

Walaupun sudah sering, tapi kenapa rasanya malah semakin menyakitkan. Aku pikir semua kebiasaan yang ku terima ini harusnya membuatku menjadi terbiasa bukan?

Tapi ternyata tidak. Rasanya sama menyakitkan seperti penolakan lain.

Mungkin aku sudah keterlaluan melukainya. Hingga dia berada ditingkat kekecewaan yang begini. Mas Freya aku minta maaf, aku baru sadar tentang perasaanku.

======















"Papa" Alana anak kami satu satunya. Anak yang sangat aku sayangi. Dia adalah hasil hubunganku dengan mas freya. Putri ku yang cantik ini baru berusia 4 tahun, meskipun begitu dia sangat pintar karena sudah bersekolah. Dia berada di kelas TK tingkat A sekarang.

"Iya sayang?"

"Kenapa papa jarang pulang sekarang?" tidak seharusnya anak sekecil Alana merasakan sakit hati juga, karena papanya jarang pulang. Aku yang mendengar itu jadi semakin bersalah. Aku tau, mas Freya jarang pulang atau pulang sangat larut. Agar dia tidak bertemu denganku terlalu lama. Maafkan aku.

Mas Freya menatapku saat Alana melontarkan pertanyaan seperti itu. Aku juga menatapnya, tapi aku tidak bisa berbuat apa apa. Aku sudah mencoba memperbaiki semuanya. Tapi mas Freya selalu mengabaikanku.

"Papa... Pulang kok semalam" mas Freya berusaha untuk tetap terlihat senang dihadapan Alana.

"Tapi, akunya sudah tidur papa" alana terlihat sedih. Dia tidak menghabiskan setengah dari sarapannya.

Mas Freya tersenyum mendengar alana. Dia mencoba membuat sebuah alasan Untuk membiarkan pendiriannya tetap berlanjut. "Papakan kerja sayang"

Dengan jawaban mas Freya yang terdengar lebih mementingkan pekerjaan, Alana semakin menekuk bibirnya kebawah. "Papa dulu selalu pulang, meskipun bekerja" jawab putri kami. "Sekarang kok tidak sama. Papa sudah tidak sayang sama aku dan mama"

Aku sangat hancur mendengar hal itu keluar dari mulut anak sekecil Alana. Semua ini tidak akan terjadi jika saja aku tidak melakukan hal bodoh yang membuat mas Freya kecewa.

Aku meneteskan air mataku lagi, namun dengan cepat aku mengusapnya, sebelum Alana dan mas Freya mengetahui.

=======











"Mas nanti pulang kan?" Tanyaku. Berharap sekali mas Freya bisa pengertian pada anaknya, setelah Alana menyinggung tadi.

"Aku belum tau. Nanti pekerjaannya dikit apa banyak, belum pasti" selalu saja alasan yang sama. Pekerjaan lembur yang selalu dijadikan mas Freya temeng. Apakah setiap hari selalu begitu. Aku tidak yakin. Pasti ini hanyalah alasan saja.

Kalimat mas Freya barusan, tentu saja didengar oleh putri kami. Dia menutup wajahnya untuk tidak membiarkan air matanya jatuh. Tapi itu sia sia. Alana tetap menjatuhkan air matanya dengan suara bergetar. Mas Freya menjadi panik "tapi kayaknya sedikit deh, soalnya kemarin sudah banyak" mas Freya dengan daya bujuknya. Berharap putri kami menghentikan tangisan.

Aku sekali lagi merasa kasian dengan Alana. Suasana pagi yang seharusnya dia bersemangat untuk belajar. Menjadi kacau seperti ini. Aku dan mas Freya menghancurkan pagi Alana. Aku minta maaf.

=======














Aku tidak akan pernah menyerah untuk mengembalikan kebahagiaan keluargaku lagi. Aku bisa hancur nanti. Semuanya akan ku perbaiki, mulai dari hal hal sederhana, seperti yang mas Freya inginkan sebelum kami berubah dingin seperti sekarang.

Dengan sepenuh hati, aku membuatkan sebuah bekal untuk mas Freya makan siang nanti, dan aku sendiri yang akan mengantarkannya kekantor. Semua ini adalah keinginan mas Freya diawal awal kami menikah. Maaf baru bisa merealisasikan sekarang mas freya.




Aku berjalan dengan perasaan yang bercampur aduk. Entah bagaimana reaksi mas Freya nanti kalau mengetahui aku membawakan bekal untuknya. Aku tidak sabar ingin bertemu dengan suamiku.
















To be continued.

I'm not that badTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang