Eps 2. Different

425 59 12
                                    

[]-[] Past []-[]

Semalam penuh aku harus mendekap diri dengan selimut. Karena ada orang lain selain aku dikamar ini, dan itu sangat asing bagiku. Aku bukannya jahat atau bagaimana. Tapi rasanya berbagi hal yang sebelumnya milikku seorang, dan harus berbagi. Aku merasa aneh.

Sudah empat hari aku tinggal bersama freya. Tapi untungnya kita tidak tinggal berdua saja, kita masih berada dirumah orang tuaku. Penyebab sekaligus penyelamat diriku dari situasi yang tidak aku inginkan.

"Apa susahnya sih nunggu? Tega Lo milih nikah sama dia?"

"Aku udah kasih kamu waktu ya! Kamunya aja yang gak mau gerak. Kamu stay dengan kenyamanan kamu, sama temen temen kamu. Lebih milih ngabisin waktu sama mereka dibanding aku!"

"Ya itu aku lagi bahas bisnis! Aku sama temen temen lagi bikin rencana"

"Bisnis?" Aku jujur meremehkan semua ucapan yang dikatakan pacarku. "Coba aku tanya. Kapan bisnisnya akan dimulai? Bisnisnya bisnis apaan?"

Aku mulai beradu argument dengan pacarku yang mementingkan masa mudanya itu. Sejauh apa dia berubah dan juga sematang apa perubahan yang dia lakukan. Tapi ujung ujungnya tetap sama, dia merasa pendapat dia benar dan aku merasa sebaliknya.

***

Diruang makan, aku dan Freya duduk bersebelahan. Didepan seberang meja sana ada orang tuaku juga. Ritual basi, alias makan malam seperti ini membuatku mengantuk. Ini sangat rutin dan tidak ada perubahan. Diiring guyonan guyonan yang tidak nyambung denganku. Semakin aku sering menguap pula. Semuanya berbicara kecuali aku. Tidak ada yang menarik dengan obrolan mereka, sampai...

Sebuah topik yang sensitif bagiku. Mampu membuat merinding.

"Kamu kapan balik kerja nak Freya?" Ibuku bertanya. Dengan binar, tentu saja bangga karna punya menantu seorang pilot.

"Kebetulan, cuti saya tinggal dua hari" jawab Freya dengan senyum malu, sembari menunduk khas orang yang penuh kesopanan. "Habis itu saya mau ke Jepara"

"Waah, keren lho menantu mama. Eh, tapi kamu jangan lupa ya udah nikah sama Marsha. Jangan genit genit"

"Iya ma"

Mamaku sepertinya sudah tersihir oleh mantra mantra orang berseragam seperti freya. "Berapa hari ke sana?"

"Emmm seminggu ma. Tapi habis itu jadwal aku bakalan normal lagi. Habis ke Jepara nanti terbang lagi ke Bali. Dan terus kayak gitu"

"Aduh... Kok sibuk banget gitu. Kamu kapan bulan madunya?" Papa sialan. Kenapa bicara tentang bulan madu. Aku benci, aku gak mau. Mana mungkin aku bisa menikmati nanti, dengan orang asing seperti Freya.

Perkataan papa tadi membuat Freya menoleh padaku, seakan akan meminta bantuan. Jujur saja aku juga tidak sampai memikirkan hal itu. Ini terlihat dadakan untuk orang asing sepertiku dan Freya, yang kenal saja belum genap seminggu.

***

Dan ya, sehari sebelum Freya berangkat kerja lagi. Itu terjadi. Sebuah pemaksaan dan desakan dari orang tua ku. Aku menjadi wanita Freya seutuhnya. Aku sangat tidak suka dengan semua yang kudapatkan. Hidupku seperti bukan hidupku.

I'm not that badTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang