[]-[] Past []-[]
Aku bingung, kenapa masih saja mencintai pacarku yang jelas jelas mempunyai sikap semena mena padaku. Sebenarnya aku sendiri sudah lelah dengan hubungan gelap ini. Tapi, hatiku enggan berpisah dengannya. Rasa sakit ini tidak ada apa apanya, dibanding dengan kehilangan dia.
Pilihan yang menjengkelkan, kadang bisa terjadi tanpa kemauan otak, tapi kemauan hati.
"Bi, jagain Alana ya. Saya hari ini kayaknya pulang agak lambat" alana putriku sudah tumbuh besar. Dia sudah berusia satu tahun sekarang. Aku sangat menyayanginya, buah hati yang dulu pernah kubenci dan tidak ku harapkan.
"Non? Non gak apa apa?" Aku tersenyum miris mendengar pertanyaan itu. Dimana aku harus menjawabnya dengan berbohong dan juga tersenyum.
"Udah bi. Saya gak apa apa... Makasih ya.. bi" setiap kebohongan yang terucap dari mulutku bagai kebiasaan yang mengakar setiap detik. Entah sampai kapan aku bisa menghentikannya.
Dan satu satu tempat ternyamanku saat ini adalah kantor tempatku bekerja. Hanya disinilah aku bisa bernafas lega semauku. Aku bisa menghilangkan semua beban pikiranku yang jelas jelas membebani.
"Astaga Marsha! Muka Lo kenapa? Are you ok?" Kekhawatiran sahabatku yang selalu ada. Aku sangat ingin memberi tahu semuanya pada Katrina, tapi aku tidak bisa! Aku lah pendosa dalam kisah ini. Tidak pantas jika aku yang merasa tersakiti.
"Freya Kdrt?" Tuduhnya pada suamiku yang lembut itu. Semua memandang Freya buruk hanya karena aku yang terlihat terluka disini. Sampai kapan aku akan mengakhiri tuduhan tuduhan itu. Aku tidak tahu caranya ya tuhan.
"No... Gue cuma kejedot pintu mobil aja kath, bukan seperti yang Lo pikirin kok"
"Kejedot pintu? Ini! Ini? Ini lagi. Orang bodoh mana yang kejedot pintu beda beda tempat gitu lebamnya Marsha? Gausah bohong sama gue. Gue tau gerak gerik Lo, kalo Lo bohong atau enggak" Katrina sangat peka dengan keadaanku, meskipun tak satupun yang ku ceritakan. Dia bahkan tau jumlah lebam lebam di wajahku ada berapa, padahal aku sudah menutupinya dengan make up yang tebal.
Dengan cepat aku memeluk sahabatku itu. Air mataku pun tumpah ruah di pundaknya. Aku tidak tahan lagi membendungnya sendirian. Aku butuh tempat pulang untuk bercerita. Tapi pada Katrina juga bukanlah tempat yang tepat menurutku, karena aku tidak mungkin menceritakan hubungan gelapku padanya. Bagaimana hubungan ini sudah berjalan satu tahun tanpa sepengetahuan siapa siapa. Aku tidak ingin Kathrina kecewa mempunyai sahabat seperti aku.
"Kalo dia bukan orang yang baik buat Lo, gue dukung Lo buat pisah. Gue lelah denger cerita Lo tentang Freya. Dia pergi kerja, dan pulang cuma dua hari aja sebulan. Dan... Sekalinya pulang, dia ngelakuin kdrt kayak gini?"
Aku semakin terisak, saat apa yang seharusnya tidak perluh disalahkan, malah menjadi samsak tuduhan tidak disertai bukti seperti yang Katrina bilang tentang Freya.
***
"Astaga dek... Kamu yang hati hati kalo mau ngapa-ngapain" lembut suamiku seperti biasanya. Dia tampak khawatir, wajahnya yang selalu tersenyum itu, kini berubah menjadi khawatir yang berlebihan. Kita berdua duduk diranjang, dengan dia yang menyeka air hangat untuk menyembuhkan lebam lebam dimukaku "kalau mau ngapa ngapain, pelan pelan aja, asal selamat ya" tutur mas freya. Dimatanya aku seperti orang yang ceroboh. Nyatanya aku lebih dari itu, aku sangat ceroboh. Dan ini bukan tentang kejedot pintu mobil.
"Diem! Gue belom selesai anjing" melihat kelembutan mas Freya yang betah, bahkan sampai setahun usia Alana. Aku jadi teringat dengan bagaimana kasarnya pacarku memperlakukan aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not that bad
ФанфикCerita pendek tentang Freyana (>O<) Kadang B x G, Kadang G x G Untuk membedakan genre... [A] - Adult [S] - Sad