▷Selamat Membaca◁
△
○
○
○
○
○
▽
☼
"Greesel!"
Greesel terkejut dengan kedatangan Cynthia yang tiba-tiba. Cynthia langsung memegang tangan Greesel dan menariknya keluar dari perpustakaan, tanpa menghiraukan siswa yang sedang mengobrol dengan Greesel.
Siswa itu juga terkejut dengan kemunculan Cynthia. Ia menatap Cynthia yang dengan cepat membawa Greesel pergi. "Cynthia? Menarik," gumamnya pada diri sendiri, sembari tersenyum penuh makna. Nampaknya ia tertarik akan sesuatu.
—
"Cynthia," panggil Greesel. "Cynthia." Ia memanggil lagi, namun tetap tidak ada tanggapan. "Cynthia," akhirnya Greesel memegang bahu Cynthia agar ia berhenti menarik-narik dirinya.
Cynthia menatap Greesel dengan tidak suka. "Kamu kemana sih?" tanyanya dengan nada marah.
"Aku—"
"Aku apa? Kan udah dibilangin sama Kak Manda jangan pisah dari kelompok! Kamu malah ke perpustakaan gitu aja. Orang nyariin kamu, tau! Kalau ketahuan kamu ninggalin kelompok, gimana? Kan aku yang kena juga," marah Cynthia, suaranya penuh kekecewaan.
Greesel berusaha tetap tenang, meskipun hatinya berdebar. Ia mencoba menjelaskan, "Aku tadi nggak sengaja bawa buku yang aku baca keluar. Baru inget pas mau masuk ruang musik. Aku takut kena masalah karena nggak ada tanda ijin pinjamnya. Jadi daripada kena masalah, aku langsung balik buat balikin bukunya," jelas Greesel dengan senyuman kecil yang berusaha meyakinkan.
Cynthia memicingkan mata. "Terus kok lama banget?"
Greesel menggaruk punggung kepalanya yang tidak gatal, sedikit canggung. "Tadi masih ngobrol sama—" lagi-lagi ucapannya terpotong oleh Cynthia.
"Lain kali kalau mau pergi, ijin dulu ke Kak Manda atau ngomong ke aku, Anin, atau Alya. Jangan main pergi aja. Kamu beneran mau kena masalah?" omel Cynthia lagi, kali ini dengan nada yang lebih rendah tapi tetap tegas.
Greesel hanya mengangguk kecil, merasa sedikit lebih tenang tapi tetap bersalah.
Keduanya pun berjalan kembali menuju ruang musik dan mengikuti kegiatan hari ini dengan lancar.
—
Greesel, Cynthia, Anin, dan Alya duduk berhadapan di kantin, tidak hanya berempat. Ada Gracie yang mengajak dua orang lain, yakni Chelsea, seorang blasteran Australia, dan Jean, gadis pendiam.
"Kira-kira kamu bakal ambil olahraga apa, Sel?" tanya Alya. Mereka tengah membahas pilihan olahraga yang akan mereka ambil untuk nilai wajib di raport.
"Basket, sih," jawab Greesel tanpa ragu.
Alya setuju. "Setuju, sih, apalagi postur badan kamu lebar banget. Bisa buat halangin lawan buat masukin bola ke gawang."
"Kok gawang, sih, Al?" protes Anin, "Ring basket, kali! Gawang buat sepak bola."
"Sama aja lah, sama-sama buat masukin gawang," paksa Alya.
"Beda, Alya," kini Cynthia yang berkomentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Diary Of Greesel
Short StoryHai! Namaku Greesel. Anak ketiga dari dua kakak laki laki. Kedua kakakku sangat mandiri, hal itu membuatku iri. Oleh karena itu aku memutuskan untuk masuk sekolah asrama. Akan aku ceritakan hari hari yang telah ku abadikan dalam buku Diary milikku...