Vote = Update!
....
"Demi Tuhan, ini bukan anak saya." Sangkal Galang, berusaha melepaskan tangan kecil yang memeluk kaki jenjangnya.
"PAPA, HUWA!!" Galang menggeleng panik saat anak itu malah menjerit keras, membuat mereka semakin dikerumuni banyak orang.
Beberapa saat yang lalu,
Saat Galang tengah memilih parfum untuk dirinya dan juga Putra tunggalnya, dia dikejutkan dengan pelukan erat di kakinya. Dan semakin terkejut, saat dia melihat di kaki jenjangnya, ada balita gemuk nan menggemaskan menatapnya dengan mata bulat penuh binar harapan. Memeluk kakinya erat, menekan pipi tembamnya yang semakin membuatnya terlihat menggemaskan.
Galang terdiam beberapa saat, terpesona akan binar di mata indahnya serta kelucuan alami si balita yang baru pertama kali dia lihat. Galang tersenyum, mengacak surai si balita dan melepaskan pelukan sikecil di kakinya. Menyamakan tinggi badan mereka, oh lihat, Galang semakin terpesona saat melihatnya lebih dekat. Galang yakin, pabrik yang membuat anak selucu ini adalah pabrik terbaik karena bisa membuat balita kecil di depannya ini dengan takaran yang pas.
"Adek, ada apa?" Tanya Galang, yang membuat si kecil memandangnya bingung dengan kepala yang di tenglengkan ke kiri. Jangan lupakan bibirnya yang dimanyunkan, menambah kesan menggemaskan.
Entah sudah berapa kali, Galang menyebutkan kata 'gemas' hari ini. Tapi, anak ini benar-benar menggemaskan, bahkan lebih menggemaskan dari pada Edgar, Putra tunggalnya itu. Dan kalau boleh jujur, Galang bukan lah orang yang tahan dengan kegemasan di depannya ini. Kalau saja dia tidak memikirkan bahwa balita ini bukanlah anaknya, mungkin sekarang, balita ini sudah dia cium habis-habisan.
"Papa sama Mana kamu kemana, nak? Kok, kamu sendirian di sini?" Tanya Galang sekali lagi, barang kali anak kecil ini terpisah dari kedua orang tuanya, mengingat Mall hari ini sangat padat.
Jawaban si balita menggemaskan ini, justru membuat Galang terkejut dengan kedua mata yang membola.
"Kamu, Papa-ku?" Katanya, menunjuk Galang dengan jari gemuknya yang penuh dengan air liur.
"Bukan nak, Om engga punya anak balita lucu begini." Adanya kucing garong, yang sayangnya jadi anak Om. Batinnya.
Namun, seakan mengerti keseluruhan kalimat yang keluar dari mulut Galang, balita kecil itu menjerit tak terima. Anak kecil itu menggeleng keras, menurunkan senyumannya dengan air mata yang tergenang di pelupuk mata. Membuat semua pasang mata melirik ke arah mereka berdua dengan penasaran.
"KAMU PAPA KU, POKOKNA!" Jeritnya sekali lagi, bahkan air matanya ikut menetes.
"Bukan nak, Om engga punya balita." Sanggah Galang yang semakin membuat balita itu menngis seraya berteriak bahwa dia lah 'Papa' nya.
Galang menggeleng panik saat mendengar desas-desus yang keluar dari mulut orang-orang di sekitarnya. Lelaki tua yang usianya sudah memasuki angka 35 itu, mengelus tangan si balita. Memberi pengertian, bahwa dia sungguh-sungguh bukan orang tua biologis anak itu. Jangankan punya balita, punya partner yang bisa diajak untuk mencetak anak selucu ini saja dia tidak punya.
"Ta-tapi, kata Mami, kamu Papa-ku, hiks." Mami? Siapa pula Mami dari balita manis, ini?
"Nak, Om gak kenal sama Mami kamu. Mau Om bantu carikan, hm?" Tawar Galang, mencoba menarik perhatian anak itu dengan tawarannya. Bukannya mendapat jawaban, Galang justru semakin dibuat panik kala si balita menangis keras.
Bisa Galang dengar beberapa kalimat pedas yang keluar dari mulut para pengunjung yang sudah mengerubuninya.
"Halah! Bilang aja Mas nya mau buang anak, pakai alasan begitu lagi!"
Siapa yang alasan, maemunah! Galang beneran engga tau ini anak siapa, mana pakai ngaku dia ini Papa nya pula.
"Ih, kasian istrinya, apalagi anaknya ya Yank, punya suami sama Bapak kayak gitu."
Dih! Lebih kasian Galang lah, udahlah istri engga ada, dapat fitnah kayak gini pula.
"Ngaku aja lah Mas, sebelum saya lempar tas saya!"
Ogah!
Mending di lempar batu, dari pada tas Gucci kawe begitu.
"Kalau gak mau punya anak mah, gak usah buat Mas! Kasihan anaknya engga tau apa-apa, malah mau dibuang di sini."
Kata siapa, engga mau? Buktinya dia punya satu di rumah, yang kelakuannya lebih mirip kucing garong dari pada mirip manusia. Lagian siapa yang mau buang anak di sini, balita ini maksudnya?
DIA AJA ENGGA TAU INI BOCAH DATANG DARI ARAH MANA. APAKAH DARI ARAH BARAT, TIMUR, SELATAN ATAU UTARA?
"Ini kalau masih begini, mending telpon Polisi aja deh."
Anjing!
Galang memejamkan matanya, ini orang-orang hobi banget menjudge orang lain tanpa tau kenyataannya. Mau menyangkal sekali lagi, tapi dia bisa melihat tatapan wanita-wanita berumur yang menatapnya dengan tajam. Badan Galang merinding, tatapan tajam itu seolah bisa mengulitinya hidup-hidup.
Ditatapnya balita gemuk yang masih menangis di depannya ini. Ingus anak itu mengalir keluar, turun ke bibir si kecil. Lucu, sih. Tapi, apa boleh dia bawa pulang balita ini ke rumahnya? Karena, balita menggemaskan ini beneran bukan anak biologisnya.
Main perempuan?
Seingat Galang, dia tidak pernah melakukannya, tak tau kalau putra tunggalnya itu, semoga saja tidak. Galang menghela nafas, mau tak mau dia harus membawa pulang balita menggemaskan ini ke rumah kalau tak ingin dihabisi oleh massa.
Menghela nafas, Galang menggendong balita itu degan tangan kirinya. Menghapus jejak air mata serta yang masih menetes di pipi tembam si balita
"Ya udah, ayo ikut Om pulang ke rumah."
Untuk sekarang, lebih baik dan aman, kita bawa balita lucu nan menggemaskan ini pulang. Sisanya, mari kita pikirkan nanti di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nunu And Two Hero
FanfictionNunu, anak kecil yang tiba-tiba hadir di kehidupan Galang. Si duda anak satu itu, dilanda kebingungan kala si kecil bernama Nunu itu memanggilnya Papa. Galang tak bisa menyangkal lagi, kala melihat semua tatapan wanita mengarah kepadanya dengan taja...