2

149 25 1
                                    

Galang berdecak, menatap seonggok buntalan lemak yang tengah bermain air di kamar mandinya. Air terciprat keluar, membasahi lantai kamarnya karena perbuatan anak itu. Nasution yang ditatap sang Papa gadungannya, bukannya merasa takut, justru anak itu kesenangan.

"Nasution, mandi yang benar, nak." Katanya, beranjak dari tempatnya guna menarik sebuah kursi untuk ia duduk di depan pintu, mengawasi Nasution yang tengah bermain air.

Tawa khas anak kecil memenuhi ruang kamarnya yang bernuansa biru gelap. Suara tawa yang sudah lama tidak memenuhi ruangannya, tentu saja, karena Putra semata wayangnya itu sudah beranjak remaja. Dimana, remaja itu sudah tidak ingin dimanja terlalu intens olehnya. Padahal, Galang tidak masalah apabila anak itu butuh pelukan kecil dari nya. Namun pada dasarnya anak remaja itu tumbuh dengan rasa gengsi tinggi, jadi dia biarkan saja.

Bolehkah, Galang sebut bahwa hal yang menimpanya ini bukan sebuah musibah?

Rumah ini, sudah lama kehilangan suara tawa riang anak kecil. Jadi, saat ini, rasanya Galang dibawa terbang menuju pintu dejavu yang ternyata membawanya kembali ke masa lalu. Dimana, Edgar, Putranya semata wayangnya saat itu berusia 5 tahun. Suara tawa Putra semata wayangnya, yang selalu Galang rindukan beberapa tahun belakangan. Senyum cerah diiringi suara khas anak kecil serta tatapan polos yang sudah lama tidak ia lihat dan dengar.

Mata Galang menatap teduh Nasution yang masih bermain air di dalam sana. Anak kecil itu, tampak polos dan percaya bahwa dia lah 'Papa' yang anak itu cari selama ini. Tak pernah Galang duga, bahwa dia akan mendapat kesempatan memiliki anak selucu Nasution. Galang seratus persen yakin, bahwa dia bisa mendidik bahkan merawat Nasution dengan baik, sebagaimana dia merawat anaknya.  Walau anaknya itu berkepribadian kucing garong.

Galang tersenyum kecil, melihat kebahagian kecil yang dirasakan Nasution. Balita itu tersenyum lebar, bahkan tawanya terdengar nyaring hanya karena bermain air dari keluar dari shower. Membiarkan si kecil tenggelam di dunia yang dia ciptakan sendiri. Anak kecil itu penuh imajinasi, jadi Galang membiarkan Nasution bermain dengan imajinasi yang ada di otaknya, sampai ia puas.

"Papa, dingin." Galang berdiri dari duduknya, kala anak itu bersuara.

Dengan telaten Galang membersihkan tubuh Nasution. Memegang lembut tubuh si kecil, takut sentuhannya menyakiti tubuh Nasution. Galang tertawa kala anak itu menggoyangkan tubuhnya, seperti kucing yang mengibaskan bulu-bulunya dari air. Sesekali gigi si kecil bergemelatuk tanda kedinginan.

"Papa, Nunu ada belalai gajah na loh." Katanya, sambil memamerkan 'belalai' nya, membuat Galang tertawa dengan kepolosan si kecil.

"Papa juga punya belalai gajah, nda?" Tanya Nasution, membiarkan Galang mengeringkan tubuh basahnya.

Anak itu menatap penasaran Galang, seolah pertanyaan itu telah lama singgah di dalam otaknya. Galang menggelengkan kepalanya, tak tau akan menjawab apa. Anak kecil dan rasa ingin tahunya yang tinggi, benar-benar bisa membuat Orang Tua sepertinya sedikit kewalahan. Galang tau, ketika dia akan menjawab rasa pemasaran si kecil, Nasution pasti akan melemparkan pertanyaan lainnya.

"Kalau punya, bagaimana?" Tanya Galang balik, membuat Nasution mengkerutkan keningnya.

"Kalau puna, Nunu mau liat." Katanya, membuat Galang menghentikan kegiatannya mengeringkan tubuh Nasution.

Benar, kan. Jawabannya pasti akan selalu mendapat pertanyaan atau perkataan tak terduga. Kalau sudah begini, lebih baik Galang tidak menjawab. Salah sedikit, anak itu pasti akan menyimpulkan yang melenceng dari apa yang dia katakan. Belajar dari pengalamannya terdahulu, saat Edgar masih seusia Nasution.

"Nunu, main sendiri dulu ya di kamar. Papa mau mandi sebentar, boleh?" Tanya Galang, merapikan rambut Nasution yang sudah kering.

"He'em. Janan lama-lama, Papa." Katanya, duduk di kasur lantai yang sengaja Galang letakkan untuk balita menggemaskan ini.

"Oke. Main yang pintar ya nak, Papa mandinya cuma sebentar kok." Galang berdiri dari duduknya setelah menyampirkan selembar handuk ke bahu lebarnya.

Melangkah masuk ke kamar mandi dengan perasaan gundah, karena takut meninggalkan anak kecil itu sendirian di kamarnya. Karena merasa resah, Galang memutuskan untuk membuka sedikit pintu kamarnya agar dia bisa melihat sedikitnya apa yang dilakukan Nasution.

Nasution atau yang kerap dirinya memanggil diri sendiri dengan nama panggilan Nunu. Memiringkan kepalanya ke kiri saat melihat mainan toddlernya. Anak itu fokus bermain, total mengabaikan suara air mengalir dari kamar mandi. Larut dalam permainannya, Nunu menggerakkan satu persatu bebek-bebeknya dalam satu barisan. Kekehan kecilnya keluar saat merasa lucu dengan permainannya sendiri.

Dan semua itu disaksikan oleh Galang yang telah selesai dengan mandinya. Handuk yang hanya menutupi area pinggangnya, menampilkan bahu lebarnya serta tubuh atletisnya yang selama ini dia jaga dengan baik. Jangan lupakan pahatan roti sobek yang menempel sempurna di area perutnya. Menambah kesan mengagumkan dari seorang Galang Tri Wiratama.

Galang tersenyum kecil saat mendengar celotehan-celotehan Nasution yang tak dia pahami. Anak kecil ini, benar-benar mempunyai dunia imajinasi yang luar biasa. Galang benar-benar penasaran, apa yang tengah anaknya bayangkan saat bermain dengan mainannya. Bahkan suara langkah kakinya yang tegas di dekat si kecil, tak membuat Nasution terganggu. Anak itu tenggelam lebih dalam di imajinasinya sendiri.

Ngomong-ngomong soal anak, rencananya Galang akan mengadopsi atau mengangkat si kecil mejadi anaknya, setelah merundingkan semuanya bersama Keluarga besarnya. Sebelum mengetahui isi surat dari Mami Nasution, Galang dilanda rasa ragu. Banyak pertanyaan, jawaban serta sanggahan yang berlalu-lalang dipikirannya. Membuatnya dilanda kebingungan layaknya bocah abg, yang dilanda mabuk asmara.

Apakah dia bisa, mengadopsi Nasution dan mencantumkan nama bocah itu ke dalam Kartu Keluarganya? 

Bagaimana, kalau Nasution akhirnya akan diambil oleh Keluarga Papa biologisnya?

Lalu, bagaimana caranya dia menghadapi itu?

Namun semua itu akhirnya tersingkirkan saat dia membaca suratnya.

"PAPA, ADIK PULANG."

Lamunan Galang tersadarkan saat mendengar suara teriakan dari lantai bawah. Putra sulungnya sudah pulang dari kegiatannya. Sementara itu, Nasution terperanjat ditempatnya karena kaget mendengar suara teriakan seseorang. Matanya mengerjap lucu, membuat Galang tak tahan untuk tidak mengecup wajah lucu itu.

"PA?" Teriaknya sekali lagi, kala Galang tak menyahuti teriakannya.

"Kita ke bawah sebentar ya, nak." Nunu mengangguk, mengalungkan kedua tangannya ke leher Galang.

Galang membawa buntalan lemak itu digendongannya. Galang yakin, Putra semata wayangnya itu pasti akan sangat terkejut dengan apa yang dia bawa. Paling tidak, Galang berharap Edgar menyukai kehadiran Nasution diantara mereka berdua.

Ya, semoga.






....






Sumpah ya, ini aku nulisnya cekikikan banget, ngebayangin Sunoo yang badannya segede itu berubh menciut di cerita enih 😭  chaptwr selanjutnya sumpah sih, aku naksir berattt arghhhh, kalian jangan lupa vote biar updatenya cepat ya luvv.

Inget, VOTE = UPDATE!

Nunu And Two HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang