3

134 24 2
                                    

Edgar mengernyitkan keningnya, kala sang Ayah tak menjawab teriakannya.

"Itu Duren kemana, dah?" Gumamnya sambil menatap anak tangga, setelahnya Edgar menghendikkan kedua bahunya.

Biarlah, paling sebentar lagi Galang, Ayahnya itu turun ke bawah. Edgar memilih merebahkan dirinya dilantai keramik, setelah menghidupkan kipas angin. Dia baru selesai latihan Pramuka dari jam 13.00 Wib dan baru selesai latihan sekitar jam 16.25 Wib. Rasa lelah yang dia rasakan membuat mata kucingnya terpejam. Nyaris hanyut terbawa arus yang mengantarkannya ke dunia mimpi.

Dalam pejamnya, sayup-sayup Edgar mendengar suara cekikikan balita di rumahnya. Mendadak bulu kuduknya merinding, segala asumsi mistis menggerogoti hati serta tubuhnya. Masih diposisi yang sama, Edgar merapalkan doa-doa berharap suara cekikikan itu pergi dari sekitarnya. Tubuh Edgar melemah, tak bisa bergeser barang sedikit pun karena terlalu takut.

Tiba-tiba teringat kata temannya, kalau suara itu terdengar jauh berarti dia ada didekat kita. Dan, kalau dia terdengar dekat, berarti dia berada jauh dari kita. Tapi bagi Edgar, baik jauh atau pun dekat, itu sama saja. Sama-sama membuatnya takut dan mendadak mules. Edgar terus berdoa dalam hati, berharap sang Ayah ada di lantai yang sama dengannya.

"Ya Allah, jauhkanlah Edgar dari gangguan-gangguan mistis Ya Allah. Edgar anaknya rajin beribadah, 24434 engga pernah Edgar skip." Katanya, mengeratkan pejaman matanya. "Edgar juga rajin bersedekah walau pakai uangnya Papa, Edgar juga jarang berkata kasar." Lanjutnya.

Sementara itu, Galang memiringkan kepalanya saat melihat tingkah Edgar yang tak biasa. Diliriknya Nasution, yang kini juga menatap Edgar dengan mata yang memancarkan rasa penasaran. Dengan langkah pelan, Galang mendekati Edgar. Nyaris mengeluarkan suara tawanya kala mendengar si kucing garong ternyata tengah berdoa. Mendapat sebuah ide, Galang meletakkan tubuh Nasution didekat Edgar.

Anak kecil itu masih menatap Edgar dengan rasa penasaran. Jemari gemuknya dia arahkan untuk meraba permukaan wajah Edgar. Hal itu membuat Edgar yang sedari tadi merapal doa dibuat membeku. Berdehem kecil, Edgar berusaha menggeserkan badannya walau tubuhnya benar-benar melemas. Padahal dia sudah berdoa, kenapa setannya masih ganggu dia?

Nasution yang melihat Edgar bergseser menjauh dari sisinya, mengikuti langkan yang tua. Sepertinya dia benar-benar merasa penasaran dengan kehadiran Edgar di rumah 'Papa' nya. Edgar menepis tangan kecil yang tengah meraba wajah serta telinganya. Di tengah rasa takutnya, Edgar berpikir, kenapa tangan si hantu terasa nyata bak tangan manusia. Namun tak lama, hidung mancungnya seperti dikulum sesuatu.

"YA ALLAH, SAKIT!" Mata Edgar, terbuka lebar dan betapa terkejutnya dia saat melihat balita kecil yang ternyata sumber dari rasa sakit di hidungnya.

Galang yang menyaksikan semua itu, tak kuasa menahan tawa. Sementara Nasution, balita itu masih asik mengulum hidung mancing Edgar sembari menatap mata bulat Edgar. Yang digigit terdiam, mencerna situasi yang sebenarnya. Ditatapnya Galang yang sibuk tertawa, menyeka air mata yang keluar. Lalu mata kucingnya, menatap balita kecil yang masih kini mengulum hidungnya.

"Bwaahhh." Nasution menganga lebar, melepaskan kulumannya pada hidung mancung Edgar, yang sudah disebut entah berapa kali.

Bocah itu tertawa pelan, memukul wajah Edgar pelan, seolah mencoba menyadarkan sang empu yang masih terbengong. Galang mendekat, lalu duduk disamping Edgar, memangku Nasution yang terkikik geli sendiri.

"Papa, Nunu lapal. Mau mam emih, boleh Papa?" Tanya Nunu, suara cadelnya berhasil menyadarkan Edgar dari lamunannya.

"Papa?" Kini Edgar terduduk tegap, menatap tajam Galang dengan mata kucingnya. Seolah siap mengeluarkan cakaran mautnya, persis seperti kucing yang merasa ada bahaya disekitarnya.

Nunu And Two HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang