Mempelajari evolusi tidak bisa meninggalkan fosil. Dahulu teori evolusi banyak diuji dengan melihat fosil-fosil yang merupakan peninggalan makhluk hidup pada masa lalu. Bahkan ada kasus pemalsuan fosil (piltdown case), karena saking pentingnya fosil dalam pengujian teori evolusi ini. Tetapi perlu diketahui juga bahwa Charles Darwin ketika membuat buku “the origin of species” tidak diawali dengan fosil namun lebih banyak memanfaatkan fenomena burung-burung di Galapagos. Perkembangan teori evolusi saat ini sudah menggunakan bermacam-macam metode mutahir, tetapi jelas tidak hanya ke arah masa kini dengan memanfaatkan DNA saja. Fosil masih merupakan alat terbaik dalam mempelajari, mengkaji, dan menguji teori evolusi.
Apa sih sebenernya fosil itu? Apa saja jenisnya, bagaimana terbentuknya?
Paleontologi adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari fosil. Seluk beluk fosil dipelajari oleh seorang paleontologist. Fosil sendiri adalah jejak kehidupan masa lalu.
Banyak yang mengira kalau ketemu fosil dinosaurus itu berupa tulang yang utuh, namun sebenernya yang sering ditemukan itu hanyalah bagian dari tulang, atau tulang-tulang yang berserakan.
Menurut paleontologist (ahli paleontologi) ada macam macam fosil tetapi secara umum ada tiga macam jenis fosil yg perlu diketahui: – Yaitu bagian dari organisme itu sendiri, Sisa-sisa aktifitasnya, juga ada fosil palsu (yaitu bentuknya mirip fosil tetapi sebenarnya bukan).
1. Organisme itu sendiri
Tipe pertama ini adalah binatangnya itu sendiri yang terawetkan/tersimpan. Dapat berupa tulangnya, daunya, cangkangnya, dan hampir semua yang tersimpan ini adalah bagian dari tubuhnya yang “keras”.
Dapat juga berupa binatangnya yang secara lengkap (utuh) tersimpan. misalnya Fosil Mammoth yang terawetkan karena es, ataupun serangga yang terjebak dalam amber (getah tumbuhan).
2. Type kedua adalah sisa-sisa aktifitasnya
Secara mudah pembentukan fosil ini dapat melalui beberapa jalan. Fosil sisa aktifitasnya sering juga disebut dengan Trace Fosil (Fosil jejak), karena yang terlihat hanyalah sisa-sisa aktifitasnya. Jadi ada kemungkinan fosil itu bukan bagian dari tubuh binatang atau tumbuhan itu sendiri.
Penyimpanan atau pengawetan fosil cangkang ini dapat berupa cetakan. Namun cetakan tersebut dapat pula berupa cetakan bagian dalam (internal mould) dicirikan bentuk permukaan yang halus, atau external mould dengan ciri permukaan yang kasar. Keduanya bukan binatangnya yang tersimpan, tetapi hanyalah cetakan dari binatang atau organisme itu. Jadi tentu saja dapat berasal dari tumbuhan juga kan?
Gambar diatas menunjukkan bagaimana sebuah cangkang dapat terekam. Pada gambar paling atas menunjukkan sebuah cangkang dan potongan dari sebuah cangkang doble (bivalve) dipotong melintang.
Waktu kecil dulu saya suka sekali main “wass” atau plasticine, itu tuh lilin yang dapat dipakai untuk membuat bentuk aneh-aneh. Nah plasticine atau lilin ini bisa dipakai untuk mencetak atau bermain membuat fosil buatan 😀 …. Caranya ?
Buat cetakannya dengan wass atau lilin ini. Kemudian cetakan ini dapat dipakai untuk mencetak lagi, dan seterusnya. Dengan demikian kita dapat belajar bagaimana fosil-fosil tercetak, tersimpan, dan terawetkan.
Nah, tahukah mengapa kita sulit menemukan fosil ubur-ubur (jely fish) ?
Jejak lintasan kakinya yang melangkah juga menunjukkan bagaimana binatang ini beraktifitas, apakah suka berlari ataukan suka berjalan pelan-pelan. Nah siapa yang paling ahli dalam melihat fosil jejak ? Jawabnya pemburu atau hunter. Para pencari jejak ini sering diajak oleh paleontologist untuk melihat jejak-jejak kaki binatang untuk memperkirakan bagaimana cara binatang ini bergerak.
Coba sekarang tengok dibawah ini bagaimana aktifitas dari binatang yang memiliki jejak seperti ini ?
Ada yang tahu? Gambar no 2 ini dijumpai pada batuan berumur 505 juta tahun yang lalu. Bagaimana gerakan binatang yang jejaknya terekam ini?