EPISODE SATU

222 34 18
                                    

"Geser-geser! Terus mundur lagi sedikit... up ya, pas-pas"

Hiruk pikuk keadaan pasar. Debu jalan, asap kendaraan, rokok dan aroma keringat merupakan wewangian khas tempat para buruh serabutan dan pedagang kecil mengadu nasib mencari pendapatan. Pagi yang sibuk di akhir pekan, teriakkan nyaris memekakkan telinga hingga tawar menawar serta bunyi pukulan daging yang di cincang dengan pisau besar menyempurnakan dari bagian tempat itu sendiri. Sangat sempurna untuk panggilannya, pasar.

Satu anak manusia ikut membungkuk tanpa atasan, hanya berbalut celana pendek berwarna merah dekil bekas pakaian sekolah dasar dengan resleting yang sudah tidak lagi dapat di rekatkan. Punggungnya penuh dengan beras, mengangkut bahan pokok makanan dari mobil menuju ruko tempat mentahan itu akan di pasarkan.

Tubuh kecil yang kuat. Dua tiga karung mampu naik ke atas punggung meski harus jalan tertatih kesulitan. Nyatanya, semua terselesaikan kurang dari waktu yang di prediksikan. Pasar sangat cepat, semua orang berteriak agar tidak ada yang berleha-leha, apalagi kuli panggul yang di tuntut bekerja cepat dan gesit. Mereka mengejar uang dan waktu, sementara satu anak manusia hanya ingin segelas beras untuk bekal tertidur pada malamnya.

Panggil dia Ben.

Anak berusia dua belas tahun yang hidup berdua bersama ayahnya dalam hunian kumuh di pinggiran pasar. Hanya beratap terpal berwarna biru sementara isinya di sekat kain-kain untuk menghijab antara tempat tidur diri dengan milik sang ayah. Di tambah satu ruang dapur, berisi kompor, rak piring dan gentong air. Tidak ada toilet, tidak ada pendingin apalagi kasur yang empuk, hanya beralas tikar dan satu bantal, begitu kehidupannya berlangsung.

Tidak. bukan seperti itu sejak awal. Kepindahan mereka menjadi gelandangan baru di mulai ketika Ben berusia sepuluh tahun. Awalnya pria kecil itu tinggal dalam sebuah kontrakan yang sangat layak bersama ayahnya. Berisi ranjang yang empuk, pendingin yang sejuk, dapur yang bagus serta toilet yang keren. Namun tidak berselang lama setelah entah apa yang terjadi ketika sang ayah yang pada dasarnya adalah pecandu alkohol sejak ia bayi, mulai mengamuk parah dengan sumpah serapah mengatakan bahwa seseorang bernama Jahron adalah bajingan dan berjanji akan membunuh putranya. Ben tidak mengerti, tidak paham apa yang terjadi ketika langkahnya hanya di paksa untuk membuntut dan bekerja mencari penghidupan di usia yang harusnya fokus pada pendidikan dan bermain.

Pukulan, caci maki dan hantaman adalah bagian dari kehidupan. Berkali-kali di lontari kalimat ajaib dengan isi bahwa diri adalah anak haram dengan ibu jalang dan pelacur gila. Pun pria itu mengatakan baik dalam keadaan sadar mau pun mabuk bahwa diri bukan ayahnya serta ocehan tak masuk akal yang tidak layak di dengar oleh telinga mana pun. Ben kebal, rasanya hanya mirip umpatan biasa tanpa mengerti apa maksud dan makna. Ayahnya hanya gila karna alkohol, namun ayah tetaplah ayah. Orang tua itu tetap satu-satunya orang yang di punya, meski nyaris tak pernah berbincang selayaknya manusia, dengan bahasa cinta dari ayahnya adalah pukulan ringan sebagai tanda sayang, pukulan sedang sebagai tanda harus bergerak cepat dan pukulan keras ketika Ben tidak sesuai harapan. Lalu jika sudah memukuli dengan kayu atau balok besar dan sesekali di siram air panas atau di lempar pecahan botol miras, itu baru bagian dari kemarahan. Ben bahkan sudah menghafal siklusnya. Dan sudah beradaptasi pula dengan segala kesakitan.

Hampir dua puluh menit ketika kandi terakhir yang di bawa punggung kecil itu mendarat. Seorang pria berbadan besar sementara perutnya maju kelewat buncit terlihat sibuk menghitung uang sebelum menyerahkan dua lembar sepuluh ribu dan lima ribu pada bocah yang sudah membantu. Ben berterima kasih sedikit meski suaranya tidak di dengar dan terlindas hiruk pasar yang tentu saja ramai.

Hanya cukup membeli satu liter beras. Kepala kecil itu kembali berpikir dengan mata nyalang untuk mencari tambahan agar nasi tidak terlalu hambar di mulut. Agak bosan menyiramnya dengan air panas yang di bubuhi garam

BIG PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang