EPISODE TIGA

75 19 9
                                    

"Masuk sekolah? Gua pikir lu akan beralibi sekarat atau sejenisnya. Jangan cengeng, jangan aleman dan jadi pria perkasa. Kalo masih nangis aja, gua lempar ke kandang anjing."

Memasukkan potongan daging yang di bakar secara sempurna menggunakan saus lezat, pria itu tersenyum yang lebih mirip seringai di tujukan pada pria kecil yang ikut menyuap. Mereka sarapan satu meja, tepat pukul enam lebih sedikit ketika keduanya akan di sibukkan dengan aktivitas masing-masing.

Ben tidak menjawab. Pria kecil itu hanya diam tertunduk dengan mulut penuh. Persetan dengan ocehan Zain, terpenting adalah mengisi perut untuk bekal sekolah.

"Ben" Garpu terlempar tepat di samping piring, mengagetkan manusia yang mirip orang tuli karna tak merespons saat di ajak bicara. Kepalanya kontan mendongak sementara dua netra membulat menatap pria yang khawatir akan kembali meledak. Zain tidak terduga, perilakunya entah di latarbelakangi apa yang sedikit-sedikit memukul atau jika sedang waras akan menunjukkan kepedulian seperti seorang kakak pada adiknya.

"Gua nggak cengeng, gua juga nggak akan beralibi untuk mogok sekolah. Gua nggak akan pura-pura sekarat karna gua pria tangguh" Mirip orang melotot, padahal ingin menangis. Rasanya sangat tidak nyaman sekaligus cemas, seperti itu kehidupannya berjalan. Namun masih tetap lebih baik ketimbang kembali pada kubangan terpal dengan pukulan cuma-cuma dari sang ayah, lebih-lebih tak ada makanan lezat seperti di sini. hanya perlu waktu sedikit lagi agar hati dan segala-galanya beradaptasi. Atau ia paksa saja diri mencintai malaikat dengan tanduk domba itu.

Mendapat timbal bicara, Zain terkekeh. Hari ini perasaannya membaik. Ben hanya berharap seperti itu.

"Selama ini, guru nggak ada nanyain luka-luka di muka lu? Kok gua belum dapet surat panggilan. Ben, gua wali lu mulai sekarang"

Menggeleng sedikit. "Nggak ada, gua bilang ambil kursus tinju dan olahraga lain" Berkali-kali di desak oleh wali kelas hingga guru BK, Ben terpaksa berbohong agar tak mendapat surat panggilan orang tua. Atau lebih mengerikan lagi, mereka menghubungi dinas perlindungan anak. Nasib baik jika Zain dalam kondisi perasaan yang bagus, yang di takutkan pria itu dalam kekalutan, maka habislah ia mati di pukuli.

"Kenapa? Padahal gua kan wali. Gua bisa bikin alasan yang lebih masuk akal dan lu akan berhenti di tanyain. Kita kurang akrab sebagai adik dan kakak. Ke depannya, kita harus lebih akur" Tawa itu kelewat renyah hingga tak nyaman masuk dalam telinga. Zain bangkit mengambil jas sebelum melangkah pergi sembari memijat bahu Ben sekilas.

"Belajar yang rajin, gua kasih banyak protein buat ngejar keterlambatan tumbuh otak lu." Langkahnya besar membawa kunci mobil dalam genggaman, sementara diri sudah di tunggu oleh sopir berikut tas pun di bawakan. Sudah genap setengah bulan Ben merasa seperti anak konglomerat dengan segala pelayanan serta hunian keren, meski tak jarang pula mirip samsak. Meski bertaruh nyawa tiap kali perasaan majikannya tidak beres, namun akan ia tahan demi makanan serta tentu saja perlakuan semacam ini. Ya, Ben menganggap Zain adalah majikan, anggap saja begitu.

Sudah dua minggu.

Menurut hitungannya, hari ini adalah tepat dua minggu ia tinggal dalam istana itu. Teman-teman di kelas banyak mengajukan pertanyaan tentang merek sepatu, tas dan jam tangan yang di berikan Zain padanya. Yang jelas sangat mahal. Pun sedang di gandrungi anak muda jaman sekarang, Ben memiliki apa yang tak dimiliki anak-anak dengan ekonomi menengah. Rasanya tak terlalu membanggakan, barangkali hasrat untuk pamer memang tak pernah ada dalam daftar hidup pria kecil itu. Bukan tak ingin, lebih tepatnya malu.

Kehidupan sekolah berjalan biasa saja. Tak ada sesuatu apa pun yang menarik perhatian kecuali memang pelajaran favorit yang membuat diri kerap di sanjung oleh guru. Sepele, namun sangat menarik. Rasanya mirip menemukan sesuatu yang baru ketika kehidupannya sejak kecil hanya berisi hardik dan pukul. Menemui guru matematika lalu mendapat pujian adalah kebahagiaan yang benar-benar di tunggu. Sampai di situ saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BIG PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang