Pagi hari tiba dengan sinar matahari lembut yang menyinari kamar Ryn. Setelah bangun dan bersiap, Ryn memutuskan untuk menjelajahi kota Asran lebih lanjut dan mulai mempersiapkan diri untuk misi berikutnya. Maria telah menyiapkan sarapan sederhana yang lezat, dan Ryn merasa bersemangat untuk memulai aktivitasnya.
Di luar, kota Asran tampak hidup dengan aktivitas pagi hari. Ryn menyusuri jalan-jalan kota, menikmati suasana yang ramai dan beragam toko yang menawarkan berbagai barang dan perlengkapan. Ketika ia memasuki sebuah toko perlengkapan petualang, ia melihat berbagai senjata, baju zirah, dan peralatan lainnya.
Ryn memutuskan untuk membeli beberapa perlengkapan dasar untuk meningkatkan kemampuannya, termasuk senjata dan peralatan tambahan. Setelah berbelanja, ia kembali ke penginapan untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan penjelajahan.
Saat Ryn duduk di ruang makan, Maria dan Lily bergabung dengannya. Maria memperhatikan senjata dan peralatan baru Ryn dengan penuh minat. "Sepertinya kamu berencana untuk mengambil misi hari ini, tuan Ryn," ucap Maria sambil tersenyum.
"Ya, saya merasa perlu untuk meningkatkan perlengkapan saya menghadapi misi yang datang," jawab Ryn.
Maria mengangguk. "Jika kamu butuh bantuan, jangan ragu untuk mengatakannya."
Lily, yang tampak penasaran, bertanya, "Kakak Ryn, apakah kakak bisa menggunakan sihir?"
"Sebenarnya, aku tidak bisa menggunakan sihir," jawab Ryn dengan senyum ringan.
Lily merasa sedikit kecewa mendengar jawaban itu. "Oh, jadi kakak tidak bisa sihir? Aku kira semua petualang pasti bisa. Bukankah itu agak membosankan dan payah?"
Maria menatap Lily dengan tegas. "Lily, tidak semua petualang harus terampil dalam sihir untuk menjadi hebat. Setiap orang memiliki keahlian dan keterampilan masing-masing."
Lily segera menundukkan kepala, merasa menyesal. "Maaf, Kak Ryn. Aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya menganggap sihir itu sangat keren."
Ryn tersenyum lembut dan berkata, "Tidak apa-apa, Lily. Aku mengerti kalau sihir memang menarik. Meskipun aku tidak bisa menggunakannya, aku yakin aku bisa menjadi petualang yang hebat dengan cara dan keterampilanku sendiri."
Lily tersenyum malu dan berkata, "Aku mengerti. Aku akan mendukung kakak sepenuh hati."
"Bagus. Mari kita semua saling mendukung satu sama lain," sahut Maria dengan penuh semangat.
"Terima kasih, dukungan kalian sangat berarti untukku," jawab Ryn dengan penuh rasa syukur.
Setelah perbincangan di ruang makan, Ryn merasa lebih bersemangat dan siap untuk menghadapi tantangan baru. Ia memutuskan untuk pergi ke guild guna mengambil misi yang sesuai dengan kemampuannya.
Sesampainya di guild, Ryn mendekati papan pengumuman yang dipenuhi berbagai misi. Ia mencari misi yang sesuai dengan peringkatnya sebagai petualang rank E. Setelah beberapa saat, Ryn menemukan misi yang tampaknya cocok:
Misi: "Pembersihan Hutan Belakang"
Deskripsi: Hutan Belakang yang terletak di ujung desa telah menjadi sarang beberapa monster kecil yang mengganggu para penduduk setempat. Tugasmu adalah membersihkan area tersebut dari monster-monster itu dan memastikan jalan kembali aman untuk penduduk.Hadiah: 50 koin perak
Setelah menemukan misi yang cocok di papan pengumuman, Ryn memutuskan untuk mengambil misi tersebut dan melangkah menuju meja resepsionis. Di sana, Shizu sedang sibuk dengan pekerjaannya.
Ryn mendekati meja dan menyapa Shizu. "Halo, nona Shizu. Aku ingin mengambil misi 'Pembersihan Hutan Belakang'."
Shizu menoleh dan tersenyum. "Tentu, tuan Ryn. Misi ini seharusnya sesuai dengan peringkatmu."
Ryn mengangguk. "Ya, ini misi yang cocok untukku. Aku yakin bisa menyelesaikannya."
Namun, Shizu terlihat sedikit khawatir. "Tuan Ryn, meskipun ini misi yang sesuai untuk rank E, Hutan Belakang memang tidak terlalu berbahaya, tetapi tetap ada kemungkinan bahaya yang tak terduga. Aku khawatir kamu mungkin mengalami kesulitan seperti terakhir kali."
Ryn tersenyum menenangkan. "Terima kasih atas perhatianmu, nona Shizu. Aku sudah mempersiapkan diri dan akan berhati-hati."
Shizu mengangguk, masih dengan ekspresi khawatir. "Baiklah. Semoga sukses dengan misimu. Jangan ragu untuk meminta bantuan jika kamu mengalami kesulitan. Kembalilah dengan selamat."
Setelah urusan administrasi selesai, Ryn meninggalkan guild dan menuju Hutan Belakang.
Setibanya di lokasi, Ryn mendapati bahwa monster-monster yang mengganggu adalah beberapa goblin kecil. Meskipun berusaha dengan penuh semangat, Ryn yang kurang berpengalaman dan tidak memiliki keterampilan bertarung dasar, mulai kesulitan. Goblin-goblin tersebut dengan mudah memanfaatkan kelemahannya.
Satu per satu, Ryn mulai terkena serangan dari goblin-goblin tersebut. Meski berusaha keras, Ryn tidak mampu menghindari serangan mereka dan akhirnya jatuh ke tanah dengan luka-luka parah. Dalam keadaan lemah, Ryn merasakan kematian menghampiri dan terpaksa mati di medan perang.
Namun, Ryn terbangun kembali dengan tekad yang tak tergoyahkan. Dengan penuh determinasi, Ryn berusaha memperbaiki tekniknya dan memanfaatkan lingkungan sekeliling untuk melawan goblin-goblin dengan lebih efektif. Setelah beberapa kali kebangkitan dan kegagalan, Ryn akhirnya berhasil mengalahkan sisa goblin yang tersisa.
Pertarungan sengit ini mengajarkan Ryn banyak hal tentang kemampuan dan keterampilan bertarung. Dengan usaha keras dan ketahanan mental, Ryn akhirnya menyelesaikan misi dan memastikan area tersebut aman kembali.
Ketika hendak pergi tiba-tiba ia mendengar suara misterius, seolah-olah berbisik di telinganya. Ryn yang tidak menghiraukan suara itu pulang meninggalkan hutan belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternity
FantasySynopsis "Aku... hidup kembali?" Apa ini awal dari perjalanan baru Ryn?. Petualangan yang penuh dengan bahaya, konflik, pertemuan dan pertarungan menegangkan.