Eight

323 29 0
                                    

Jeno memasuki mansion yang sangat besar ini dengan langkah santai. Ia merasa lelah sekarang. Mereka baru saja pulang dari makan siang, walau sedikit terlambat.

Dan sekarang Jeno bisa mendengar mansion ini lebih hidup. Ada banyak suara di dalamnya, walaupun hanya sedikit orang yang terlihat. Tapi Jeno yakin, bahwa memang mereka semua sudah berada di sini.

Niat Jeno yang tadinya ingin mampir di sofa ruabg tengah ia urungkan, karena sudah ada beberapa orang disana— Donghyuck, Mark, Jaehyun, Winwin, dan beberapa orang lainnya. Mereka nampak serius dengan urusan masing-masing, namun juga masih berbincang.

"No! Sini temenin," Donghyuck yang melihat Jeno hendak menaiki tangga langsung memanggilnya. Karena kebetulan juga sejak tadi Donghyuck hanya main game di tengah-tengah orang sibuk.

Jeno malas. Tapi, mau tidak mau, Jeno tetap menghampiri Donghyuck. Duduk di sisinya, lalu memfokuskan pandangan ke depan— tepat pada layar lebar yang menunjukkan iklan.

Merasa tidak ada juga yang menonton, Jeno mengambil remot lalu memindahkan siaran, mencari film yang setidaknya bisa ia tonton.

Tiba-tiba saja Donghyuck menyenderkan kepalanya pada bahu Jeno, yang membuat pemuda manis itu terkejut sesaat. Namun ia tetap bersikap biasa. "Udah makan?"

Jeno mengangguk pelan, "udah tadi, bareng Ten hyung, Yangyang sama Hendery."

"Humm.." Donghyuck hanya bergumam pelan menanggapi. Walaupun kepalanya sedang miring, tapi ia tetap bisa memainkan gamenya dengan hebat, seperti tidak ada hambatan sama sekali.

Selang beberapa menit, Jeno melirik ke arah Donghyuck, ia sempat heran karena telinganya sudah tidak menangkap suara-suara berisik dari ponsel Donghyuck.

"Jen.. aku haus," kata Donghyuck dengan suara dalamnya. Okay.. Jeno tau haus seperti apa yang di katakan Donghyuck. Tubuhnya sempat menegang beberapa detik, tapi ia langsung menoleh ke arah Donghyuck saat pemuda itu sudah mulai mengendusi lehernya.

Sial. Baru tadi Jeno bersenang-senang dengan Ten, Yangyang, dan Hendery. Sekarang ia malah harus membagikan darahnya pada makhluk aneh yang berada di sampingnya saat ini.

Jeno malas, sangat malas. Tapi, sementara ia mencari celah untuk pergi dengan cara mulus dari sini, ia harus bersikap baik.

"Emh.. jangan di sini, Chan."

Donghyuck langsung menegakkan tubuhnya dan memeluk Jeno, sedetik kemudian, Jeno membuka mata dan mereka sudah berada di kamar yang minim cahaya. Dengan cat berwarna merah dengan dominan hitam.

Dan lagi, mereka sudah berada di atas kasur.

Donghyuck langsung membaringkan Jeno dan menindih tubuhnya. Sekarang, lelaki Gemini itu sudah memfokuskan atensinya pada leher putih Jeno.

Donghyuck mulai melakukan persiapan, mulai dari mengendusi, menjilat, dan mengecup lembut. "Tarik rambut aku kalau sakit."

Selanjutnya, Jeno kembali mengerang kesakitan, kala kembali merasakan lehernya seperti di tusuk dengan benda tumpul yang seperti memaksa ingin merobek bagian lehernya.

"Ahkk, Chan..!" Jeno berusaha mati-matian meredam suaranya, tangannya sudah menarik rambut Donghyuck dengan keras, matanya sudah terpejam erat hingga terasa sakit, giginya bergelematuk kuat menahan sakit.

Tapi Donghyuck malah semakin mengeratkan pelukannya pada Jeno, mulai menghisap cairan kental berwarna merah itu dengan rakus. Bisa dibilang ia kehilangan kewarasannya.

Cairan manis itu malah membuatnya semakin haus meski ia sudah kenyang, seperti ia ingin terus menghisap cairan itu hingga ia tidak bisa menghisapnya lagi.

Tapi, Donghyuck berhasil melawan pikiran gilanya. Dirasa sudah cukup, ia melepaskan giginya, menatap leher Jeno yang sudah ternodai darah. Ia kemudian menjilat bekas yang masih keluar, kemudian sedikit menekan bekas luka itu hingga kembali mengeluarkan darah.

"Sshh, sakit, Chan."

Donghyuck terkekeh, menampilkan taringnya yang tajam dan panjang. Ia kembali merunduk dan menjilati bekas luka itu. Kemudian, hal yang paling tidak masuk akal menurut Jeno terjadi. Luka yang begitu lebar itu kembali menghilang.

Belum sadar dari pikirannya, tiba-tiba ia kembali dikejutkan karena Donghyuck langsung menciumnya. Bahkan sedikit melumat bibirnya.

"Makasih."

Seperti tidak ada yang terjadi barusan, Donghyuck langsung pindah ke samping Jeno dan langsung mendekapnya. Berniat mengajak pemuda manis itu untuk tidur, walaupun sudah sore

.

.

Mata sipit indah itu perlahan terbuka, Jeno terbangun dengan nuansa yang berbeda. Putih. Jeno kenal ini, ini kamarnya. Tapi, seingat Jeno tadi ia tertidur di dekapan Donghyuck. Di kamar pemuda itu.

Ia mengedarkan pandangan dan mendapatkan Renjun yang mendekat ke arahnya. Okay.. Jeno seperti kembali ke masa lalu. Renjun kemudian mebgambil obat dan segelas air di atas nakas.

"Tadi ga sampai pingsan, kan?" Ia bertanya sambil menyerahkan segelas air itu kepada Jeno.

"Hum.." Jeno bergumam, lalu mengambil obat pil kecil di tangan Renjun dan langsung menelannya. Ia sudah terbiasa dengan obat. Jeno tau ini adalah obat penambah darah, mau tidak mau, tapi Jeno mau mengambil dan memakan benda bulat itu. Karena Jeno juga tidak mau mati kehabisan darah.

Renjun mendudukkan dirinya di sisi kasur Jeno, kemudian kembali mengambil gelas yang sudah minum habis oleh Jeno.

"Bagus deh."

Selanjutnya hening kembali datang, Renjun hanya membaringkan tubuhnya, masih dengan kaki menapak di lantai.

Tiba-tiba Jisung muncul di depan pintu, "bang, makan malam."

Renjun tidak menjawab, ia menoleh ke arah Jeno yang juga menatap Jisung. "Ayo ke bawah." Ia meraih tangan Jeno dan menuntunnya agar berdiri. Jisung sudah tidak ada di sana. Renjun menggenggam tangan Jeno lalu membawa pemuda itu ke arah lantai bawah— tepatnya di dapur.

.

Okay... Sekarang Jeno berasa sedang berada di tengah-tengah ribuan orang yang memperhatikannya. Padahal, saat ia melirik, semua fokus untuk makan makanan masing-masing. Tidak ada yang melihatnya sama sekali.

Jeno takut, tapi ia kembali membuang perasaan tak enak itu jauh-jauh. Fakta yang beberapa hri ini berusaha ia tepis kembali terlintas di kepalanya. Bahwa belasan orang yang berada di sekelilingnya ini adalah Vampire, Vampire.

Oke, Vampir itu tidak nyata. Itu Jeno ucapkan dengan lantang, setidaknya sebelum bertemu dengan makhluk-makhluk yang berkedok menjadi Idol ini.

Ah,mengingat Idol... Jeno jadi berpindah haluan bahwa mereka akan kedatangan enam orang serta sub unit baru akan di buat, sayangnya itu masih ada empat bulan. Meski begitu, Jeno akan sabar dan antusias menunggu, Jeno berpikir dia akan mempunyai teman manusia di antara Vampir ini, kan?

Jeno sadar dari lamunannya. Ia kemudian mulai melirik ke sekeliling lagi, semuanya masih lengkap, juga masih fokus dengan makanan masing-masing.

Ah, entah kenapa, tapi otak Jeno lebih sering berpikir akhir-akhir ini. Bahkan, sekarang pun ia mulai berpikir, padahal belum sampai lima detik ia tersadar dari lamunannya.

Jeno sadar, selama ia mengetahui rahasia tentang anggota NCT ini... Aura mereka berubah, aura yang dulunya ramah dan baik kini menjadi gelap dan suram. Juga setiap Jeno dekat dengan mereka, pasti ia merasa terancam.

Ya— kecuali kalau Jeno sudah benar-benar bahagia, atau ia melupakan fakta satu itu.

"Jen, cepetan makannya. Ngaret banget," Donghyuck— yang berada di samping Jeno berceletuk pelan dengan nada biasa. Hanya sekedar untuk menyadarkan pria manis yang sedang melamun itu.

Jeno melirik dan mengangguk samar, kemudian ia kembali melanjutkan makannya yang sudah hampir habis. Bersyukur walaupun ia melamun, Jeno tetap menyendokkan makanannya, walaupun gerakannya menjadi lambat.

NCT Vampire [Jn Harem]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang