7

151 31 25
                                    

Hinata berjalan menuju lokernya, mengambil buku binder dan sebuah kipas tangan. Sepanjang perjalanan, dia banyak disapa, diperhatikan dan dilirik. Gadis itu merasa aneh. Dia yang biasanya berjalan tenang tanpa hambatan, kini sudah seperti selebriti naik daun. Semua mata tertuju padanya, mengamatinya mulai dari atas sampai bawah, memindai setiap sisi dari penampilannya.

Di dalam lokernya masih banyak surat yang disemprot parfum, dimasukkan ke dalam amplop warna dan diberi pita tanda hati, namun dia tidak memerdulikannya. Hinata berlalu sambil menunduk karena malu diperhatikan. Dalam hatinya menerka-nerka ucapan para siswa, kira-kira, apakah gosip yang lebih buruk lagi yang mereka bicarakan?

Langkahnya terhenti seketika saat seseorang menghalangi jalannya. Sepertinya adalah siswa laki-laki, karena memakai sepatu jordan yang umum dipakai laki-laki seusianya. Hinata mendongak, melihat senyum manis siswa tinggi di depannya.

"Maaf." Hinata berjalan ke arah samping, mencari jalan lapang namun, dia dihadang lagi.

"Kamu Hinata?" siswa itu mengamati wajah Hinata. "Cantik, seperti rumornya."

Hinata menatapnya malas, sangat terganggu. Anak manis sepertinya, dihadapkan dengan pemuda jamet sok asik. Bahkan, caranya mendekati pun seperti remaja 80-an; sok ganteng mengahadang, kemudian memasang wajah menggoda dengan sedikit rayuan jadul.

INGIN MUNTAH, SUMPAH!

Gadis itu hanya mengangguk sebagai jawaban, kemudian ingin segera mangkir karena sudah tidak tahan. Siswa di depannya itu terlalu detail dalam mengamati, dari atas sampai bawah. Untung tidak sampai mengintip dari bawah seperti sedang memilih motor.

"Hyuga Hinata..."

Hinata mendengarkan namun tidak berpikir untuk berhenti dan tetap berjalan menjauh dengan perasaan sedikit gusar. Laki-laki itu seperti mata keranjang, tidak sopan.

"I got you."

Dan pada akhirnya.

Sejak saat itu, semenjak Hinata bertemu dengan siswa yang menurutnya jamet pro max, Hinata merasa tidak ada ketenangan lagi. Gadis itu bercerita dengan teman temannya jika harinya seperti sedang diintai.

...

[Tungkak purun? 😑]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Tungkak purun? 😑]

Saat memandang Hinata, setiap kata yang terlintas di pikiran Naruto adalah kelembutan dan kehangatan. Seperti matahari yang menyentuh lembut bunga di pagi hari, begitu juga remaja bongsor itu merasakan cinta yang tumbuh untuk Hinata; hangat, pelan, namun kuat. Setiap kali Hinata tersenyum, dunia Naruto seakan membeku, dan dia merasa semuanya sempurna hanya karena ada Hinata di sana.

Saat mereka berdua melangkah memasuki pusat perbelanjaan itu, Naruto bisa merasakan dunia mulai bergerak sedikit lebih lambat. Suara derap langkah sepatu di lantai marmer bergema, mengiringi setiap langkah mereka yang ringan tapi penuh percaya diri. Mata Naruto tak bisa lepas dari Hinata-dari cara gadis itu memeriksa rak-rak kosmetik dengan teliti, sesekali mengangkat body care dan parfum yang menarik perhatiannya. Naruto tersenyum sendiri, merasa seolah-olah hanya ada mereka berdua di tempat ini.

KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang