29 | Menjauh

1.1K 209 79
                                    

Zean
Jan, bantu gue

Fauzan
Apa?

Zean
Nggak usah nanya

Fauzan
Lah? Lo ngechat anjir
Ditanya balik nggak boleh

Zean
Ngikut aja!

Fauzan
Ok!

Zean tak pernah mengira bahwa semua akan serumit ini. Ia tak pernah mengira akan sakit hati dengan semua orang. Ternyata keputusannya untuk menemui Affandra semalam adalah salah. Seharusnya ia tak ada di sana dan mendengar semua perdebatan itu.

Dengan pikiran yang kacau, ia memutuskan untuk pergi ke sekolah. Meredam sedikit ego dan sakit kepalanya. Sebentar lagi ia menghadapi kelulusan. Ia tak ingin menambah pikiran Yesi bila sampai tak lulus hanya karena perceraian ini.

Riuh koridor sekolah pagi ini tak sedikit pun mengusik berisik kepala Zean. Dengan earbudsnya ia berusaha cuek dengan sekitar. Hanya berjalan cepat tanpa peduli panggilan atau tatapan dari orang-orang.

Hingga ia hampir terjungkal saat seseorang menarik keras tasnya.

"Gue panggil dari tadi. Lo budek?"

Zean melepas earbudsnya. Kembali menatap Soni yang terengah setelah mengejarnya. "Sori. Kenapa?"

"Affandra masih sakit?"

"Ya mana gue tahu, Son. Gue, kan, udah nggak satu rumah lagi."

"Gue kira Affandra ada ngabarin lo. Dia nggak ada chat gue atau pun Faiz. Tadi Faiz ke rumah, kata Om Rey, Andra sakit. Cuman gue telepon atau chat nggak dibalas."

Zean sempat terdiam. Affandra masih sakit? Dia sama sekali tak tahu. Anak itu tak ada mengabari lagi setelah batal bertemu semalam.

"Kalau papa udah bilang dia sakit, berarti dia sakit. Gue nggak tahu sama sekali. Sori, ya. Ya, udah. Gue cabut, ya. Ada piket."

"Bentar..." Soni kembali menarik tas Zean. Membuat langkah laki-laki itu terhenti.

"Apa lagi, Son?"

"Lo nggak tahu atau memang nggak mau tahu?"

Butuh beberapa detik hingga akhirnya Zean bisa menjawab pertanyaan sederhana Soni. Ia kembali memakai earbudsnya di sisi kiri. Menepuk pelan pundak Soni, sebelum berlalu.

"Gue nggak perlu tahu," ucap Zean lalu berlalu.

Untuk saat ini Zean tahu, walau tanpa dirinya, hidup Affandra pasti akan aman. Ada Soni dan Faiz yang bisa dia andalakan. Juga Rey yang terlihat cuek, tapi ia yakin pria itu masih menjadi sosok ayah yang pantas untuk Affandra. Setidaknya, untuk saat ini Affandra aman. Tidak akan ada nama Raffa dalam hidup anak itu lagi.

🪨

Terhitung sudah tiga hari Zean menutup komunikasi dengan Affandra. Tak bertanya kabar atau sekadar bertemu dan menyapa sebentar. Setiap kali ia melihat Affandra di depan kelas, ia berusaha menghindar. Meyakinkan diri bahwa anak itu jauh lebih baik tanpa dirinya.

Beberapa kali ia mendapat pesan dari Affandra, juga Soni. Namun tak Zean hiraukan. Bahkan telepon dari anak itu juga hanya ia jawab seadanya. Tidak ada percakapan berarti. Karena Zean juga memang sibuk dengan tugas dan persiapan menjelang ujian kelulusan. Selain itu, pikirannya masih berkelana untuk mencari cara menyelesaikan masalah ini dengan Raffa.

A-ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang