Empat

309 64 10
                                    

Jisung membuka pintu kamarnya, dia melihat kearah kanan dan kiri kemudian berjalan mengendap-endap takut ketahuan tetapi itu hanya sebentar karena setelahnya dia berlari dan langsung membuka pintu kamar Jaemin.

Jisung kembali menutup pintu kamar Jaemin, dia melihat ke sekeliling kamar Jaemin yang dipenuhi oleh barang-barang kuno, jika Jisung hidup di dunianya maka dia akan bahagia karena Jisung telah berhasil menemukan kehidupan kerajaan yang lebih tua daripada masa 3 kerajaan di Korea. Tapi sekarang dia harus fokus pada nyawanya terlebih dahulu dan lupakan soal barang-barang antik yang benar-benar memanjakan matanya itu.

Jisung menyusuri seluruh kamar Jaemin mencoba menemukan sesuatu yang aneh yang dapat membuat dirinya kembali ke masa depan, "Kenapa tidak ada hal yang aneh?" Gumam Jisung frustasi.

Jisung berjalan ke meja kerja Jaemin, dia melihat ada begitu banyak lukisan wanita cantik yang akan dijodohkan dengan Jaemin guna menjadi calon putri mahkota yang akan menjadi ratu ketika Jaemin sudah diangkat menjadi raja.

"CK, putra mahkota adalah orang yang brengsek! Aku kasihan dengan para gadis ini saat mengetahui bahwa putra mahkota adalah seorang yang tidak punya hati!" Ucap Jisung kesal mengingat semua yang Jaemin lakukan padanya, itu benar-benar mengesalkan.

"Sudahlah, kenapa aku membahas hal itu? Sekarang sudah saatnya aku mencari jalan keluar! Aku tidak mau mati di sini! Huwee! Mama, Jie mau pulang!" Rengek Jisung dengan begitu manja.

Kamar Jaemin itu begitu luas bisa dibilang kamar ini terdiri dari beberapa ruangan yang ditutupi dinding tipis, saat pertama kali masuk ke kamar Jaemin maka akan terlihat meja kerja sederhana sang putra mahkota setelahnya ada ruang membaca yang dipisah dengan dinding tipis lalu ruangan terakhir adalah tempat tidur sang putra mahkota.

Jisung langsung berlari menuju kasur Jaemin, dia mengacak-acak kasur Jaemin mencari sesuatu di sana, setelahnya dia merengek karena frustasi, dia tidak menemukan apapun di tempat tidur itu.

"Huhuhu, tuhan! Apakah kau ingin menghabisi diriku? Aku minta maaf karena jarang berkunjung ke rumahmu, jika aku selamat dari sini aku berjanji akan rajin mengunjungi rumahmu!" Ucap Jisung penuh putus asa.

"Mama, aku tidak akan pernah bisa memakan masakan mu yang sangat asin itu lagi! Aku juga tidak bisa lagi bermain game di ponsel, Papa, tidak akan ada lagi yang mengingatkan aku untuk membawa payung karena cuaca sedang mendung, huhuhu aku tidak akan bisa bernyanyi bersama papa lagi, huhuhu!" Jisung merengek dengan sangat putus asa.

Tetapi beberapa saat kemudian dia terdiam, "Bernyanyi? Putra mahkota itu bisa mendengar suara nyanyian ku kan? Itu artinya kamar ini dan kamarku saling terhubung, artinya aku masih bisa berkomunikasi pada keluarga ku kan?"

Jisung langsung berdiri di atas ranjang Jaemin, "PAPA! MAMA! INI AKU JISUNG, PUTRA KALIAN YANG PALING MENGGEMASKAN SEDUNIA! APAKAH KALIAN BISA MENDENGARKAN AKU?"

Jisung berteriak sekuat tenaga tetapi tidak ada yang menjawabnya, sedangkan Jaemin dia sebenarnya sudah ada dikamar sejak awal Jisung masuk, Jisung sama sekali tidak menyadari hal itu karena asik dengan dunianya sendiri. Jaemin akui untuk seukuran pembunuh bayaran, Jisung sama sekali tidak waspada.

"Papa! Huhuhu, selamatkan Jie! Jie sedang dalam masalah besar sekarang!" Jisung berteriak dengan sedikit rengekan.

Jaemin yang berada di belakang Jisung masih asik mendengar teriakan Jisung, Jaemin menangkap beberapa bahasa yang agak aneh tapi untungnya dia mengerti seperti kata 'Papa' yang berarti ayah dan 'Mama' yang berarti Ibu, bahasa aneh yang sedikit bagus ditelinga. Ah lalu, pria manis itu memanggil dirinya sendiri dengan sebutan 'Jie' bukankah itu sebutan yang sangat manis?

"PAPA! Dengarkan Jie! Jie tidak bisa kembali! Jie tadi tidur dengan nyenyak di kamar, lalu tiba-tiba saja Jie jatuh di tempat yang aneh! Jie jatuh ke jaman kerajaan yang menakutkan! Mereka menganggap Jie adalah seorang pembunuh bayaran, padahal Jie saja tidak berani dengan serangga yang terbang, mereka juga bilang akan membunuh Jie, Papa! Jie takut sekali! Papa tolong selamatkan Jie, huhu!" Teriak Jisung sekali lagi, pemuda Park ini sangat pantang menyerah.

Jaemin yang mendengar itu sedikit mendengus geli, sungguh Jisung sangat lucu ketika mengoceh seperti itu, Jaemin jadi membayangkan bagaimana jika Jisung merengek meminta Jaemin membelikan dirinya sesuatu, pasti sangat menggemaskan bukan?

Di sisi lain, papanya Jisung baru saja kembali dari dapur untuk mengambil segelas air karena haus, besok pagi dia harus pergi bersama istrinya menuju rumah orang tuanya, dia akan pergi selama beberapa hari meninggalkan putra kesayangannya seorang diri di rumah.

Papanya Jisung berjalan melewati kamar Jisung, dia mendengar suara tangisan Jisung.

"Huhuhu, papa tolong Jie! Papa!"

Papanya Jisung langsung berjalan berhenti di depan kamar Jisung, dia mendekatkan telinganya ke pintu kamar jisung.

"Papa! Tolong Jie! Papa, Jie tidak bisa kembali ke rumah, Papa! Papa! Papa! Tolong Jie, huhuhu!"

Papa Jisung akan membuka pintu kamar jisung jika saja kamar itu tidak terkunci, papa Jisung menghela napas seperti anaknya hanya bermimpi buruk.

"Lagi-lagi putra kecilku bermimpi buruk ya?" Gumam papanya Jisung.

"Tenang saja, sayangku! Papa akan menelpon polisi lalu menyuruh mereka untuk masuk ke dalam mimpimu dan kemudian menangkap seluruh orang jahat yang menyakiti mu," setelahnya dengan langkah kilat dia berjalan menuju ke kamarnya kembali.

Jisung tersenyum senang saat mendengar suara sang papa.

"Papa! Papa! Papa! Jie ada di sini papa!" Teriak Jisung frustasi saat ayahnya tidak lagi membalas dirinya.

Jisung kini berjongkok di kasur Jaemin, "Huhuhu, Papa sudah tidak sayang Jie lagi!! Huhuhu, Jie sudah tidak bisa kembali, Jie juga ketemu orang jahat! Jie akan dibunuh! Padahal tampangnya seperti orang bener ternyata dia psikopat yang jahat, psikopat yang membunuh orang tanpa alasan!" Pekik Jisung sedikit kesal.

Jaemin yang mendengar itu mendorong Jisung dengan sarung pedangnya, membuat Jisung yang tidak ada persiapan akan serangan menjadi menungging, Jisung kemudian langsung berbalik dan menemukan Jaemin yang menatap dirinya dengan mata menggeleng karena Jaemin sempat melihat kaki mulus dan pantat sintal itu di balutan celana pendek Jisung saat menungging tadi.

"Eh? Putra mahkota! Putra mahkota, kau harus dengarkan aku! Aku itu bukan pembunuh seperti apa yang kau tuduhkan. Mungkin saja kamarmu dan kamarku saling terhubung hingga bisa membawaku ke tempat ini. Jika kau tidak percaya maka coba pikirkan bagaimana bisa kau mendengar suara nyanyian diriku? Benarkan?" Jisung memberikan pembelaan yang sangat logis.

Jaemin sebenarnya sadar apalagi saat mendengar suara papanya Jisung, hanya saja Jisung terlalu menawan untuk dilewatkan.

"Dalang yang berada di belakang mu, telah memberikan mu apa hingga kau tidak ingin jujur!"

"Aku bukan pembunuh tahu! Aku sudah jujur, lagipula untuk apa aku mendapatkan hal berharga dari sini? Toh di tempatku lebih penuh dengan teknologi!" Ucap Jisung kesal.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Another World : JaemSungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang