Prolog

883 119 42
                                    

Park Jisung adalah seorang sejarawan muda, dia baru saja lulus dari universitas sebagai mahasiswa terbaik di fakultasnya. Umurnya baru saja memasuki usia 22 tahun, wajahnya juga indah serta manis. Ketika lulus, Jisung langsung ikut lembaga budaya untuk menjaga barang-barang bersejarah. Sebagai sejarawan Jisung adalah seorang yang banyak menyimpan barang-barang antik serta arsip-arsip berbahaya yang terkadang belum di pecahkan oleh orang-orang.

Seperti saat ini Jisung sedang melakukan penelitian terhadap sebuah batu meteor yang diyakini telah jatuh selama ratusan tahun lamanya, hal itu terbukti dari artefak berupa prasasti yang menjelaskan bahwa batu itu jatuh pada tahun 3 Masehi di jaman kerajaan Gojoseon.

"Jisung, kau sudah mengartikan tulisan itu?" Tanya teman Jisung.

Jisung mengangguk, "Aku sudah mengartikannya, hanya ada sedikit hal yang membingungkan!"

"Apa itu?" Tanya teman Jisung.

"Di sini jelas tertulis bahwa batu energi dari alam semesta yang aku yakini sebagai meteor ini jatuh pada hari Senin. Batu ini jatuh dan terbagi menjadi dua namun, yang satu lagi jatuh pada dunia lain. Kedua batu ini akan membuka gerbang menuju dunia masing-masing, gerbang ini terkadang terbuka dan tertutup secara acak. Gerbang ini akan menyatukan dua insan dari dunia yang berbeda," ucap Jisung, ada sedikit senyum jenaka diwajahnya saat mengartikan tulisan tersebut.

"Woah! Dunia paralel? Bukankah itu keren? Ternyata nenek moyang kita sudah mengerti konsep dunia paralel, aku jadi penasaran apakah nenek moyang kita benar-benar mengalami hal itu?" Ucap teman Jisung dengan semangat.

Jisung mendengus, "Tidak ada hal seperti itu, nenek moyang kita dulunya masih percaya dengan hal-hal seperti itu. Mungkin saja dunia lain itu adalah neraka," jelas Jisung.

"Bagaimana bisa tempat itu disebut neraka? Padahal kau sendiri yang bilang tempat itu akan menyatukan dua insan dari dunia yang berbeda,"

"Mungkin yang dimaksud nenek moyang kita dulu adalah cerita rakyat di mana iblis mencintai manusia dan akhirnya hidup bahagia," ucap Jisung yang kembali fokus dengan hal yang ia teliti.

"CK! Kau tidak asik, ayolah sedikit berimajinasi."

Setelahnya pria itu pergi meninggalkan Jisung yang menggeleng tidak habis pikir dengan isi kepala temannya itu. Saat sedang asik meneliti tiba-tiba fokusnya teralihkan pada pecahan batu meteor yang bersinar terang.

"Apa ini? Haruskah ku bawa pulang? Sepertinya tidak masalah, lagipula ini hanya kepingan kecil!" Gumam Jisung, memasukkan batu tersebut ke tasnya.

°°°
Di malam yang dingin terdengar suara petir yang menggelegar, di kesunyian terdapat suara langkah kaki yang terdengar sangat cepat seakan-akan mereka berjalan diatas udara, langkah kaki itu fokus ke satu titik yaitu paviliun pangeran Jaemin.

Orang-orang itu berpakaian serba hitam dengan wajah tertutup, mereka mengepung paviliun tersebut. Saat sudah dekat mereka membuka pedang mereka dari sarungnya. Sekelompok orang ini siap untuk mengambil nyawa sang putra mahkota yaitu, Na Jaemin.

Paviliun sepi tanpa ada seorang penjaga membuat mereka semakin girang, mereka langsung membuka pintu paviliun tersebut menuju ke ruangan Jaemin.

Dengan langkah mengendap-endap mereka mendekati Jaemin yang sedang asik menulis kaligrafi. Jaemin nampak fokus pada dunianya tanpa peduli bahwa nyawanya bisa saja dalam bahaya.

Saat ingin menyerang Jaemin, secara dramatis seorang dengan pakaian tradisional turun dari atap. Pria itu memegang pedang yang bersinar terang bersiap untuk bertarung menghadapi para pembunuh yang mengancam nyawa sang pangeran.
Pedang bergerak dengan lincah, menghindar menyerang. Tebasan demi tebasan dilayangkan, orang itu dengan pandai menggerakkan tubuh sehingga para pembunuh itu tidak bisa melukai dirinya.

My Another World : JaemSungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang