1. Anak Kucing

550 49 4
                                    

1. Anak Kucing

"Tante sukanya yang minimalis, Yan. Gak perlu desain yang rumit, yang penting fungsional sama estetikanya dapet. Poinnya di foyer sama kitchen aja nanti. Di foyer harus ada artwork. Tante punya beberapa karya seni yang ingin dipajang di sana. Lalu kitchen-nya dibuat jadi wet sama dry kitchen aja. Depan untuk dry kitchen. Belakang, dekat halaman, untuk wet kitchen. Maklum, kolega sama temennya suami Tante itu banyaknya .... ck, jadi harus well served banget."

Abian mendengarkan penuturan Tante Firda sambil sesekali mengetiknya di laptop. Tante Firda adalah wanita berusia 58 tahun, adik tingkat sang papa saat kuliah dulu, dan kini melalui koneksi sang papa, Tante Firda menggunakan jasanya untuk merancang hunian impian.

"Karena nanti ada dua bangunan. Yang satu lagi dibuat bentuk double ceiling gitu ya, Yan."

Abian menanyakan lebih detail lagi desain yang diinginkan Tante Firda secara keseluruhan. Ini pertemuan pertama mereka. Abian baru mulai memetakan konsep untuk mengumpulkan data dan informasi terkait desain hunian yang akan dia rancang.

"Padahal dulu kamu masih SMP loh pas Tante main ke Jakarta. Eh sekarang udah jadi arsitek profesional aja."

Abian tertawa ramah. "Waktu cepat berlalu ya, Tan."

"Hooh. Cepet banget kamu tumbuh." Tante Firda menekan pipinya sendiri. "Dan Tante juga jadi makin menua. Ah, gak like."

Abian tergelak. "Gak keliatan ah! Senyumnya masih kenceng—" Dia gerakkan dua tangannya untuk menarik senyuman di sudut bibir. "dan manis."

"Bisa aja kamu." Tante Firda tergelak sembari tersipu malu. "Bener-bener anaknya Matin ya? Pinter gombalin."

Abian lagi-lagi hanya tergelak. Pembahasan mengenai desain hunian impian Tante Firda pun berlangsung menyenangkan.

Ini Malang. Dan sudah tiga bulan sejak Abian meninggalkan Jakarta untuk menangani beberapa proyek besar di kota ini. Bukan tanpa alasan, sebab papa langsung yang mengirimnya. Satu dari tiga klien mega proyek yang dia emban adalah teman baik sang papa. Dan ibarat pepatah 'sekali mendayung dua-tiga pulau terlampaui, Abian pun mengambil beberapa proyek kecil seperti mendesain gedung-gedung kecil, rumah ibadah, bahkan rumah impian bagi beberapa klien yang menginginkan jasanya.

"Konsep keseluruhannya udah saya dapatkan. Nanti saya hubungin Tante lagi untuk proses kelanjutan ya."

"Oke deh. Makasih loh, Yan. Beruntung banget Tante pas tau kamu di sini. Dari seminggu lalu nyari arsitek yang bisa dipercaya, untung Om Surya ada kontak sama papa kamu."

"Iya, sama-sama, Tan. Papa juga udah ultimatum saya biar gak kecewain Tante. Titip salam buat Om Surya ya."

Pertemuan berakhir usai tiga jam lebih mereka berbincang diselingi obrolan ngalor ngidul. Abian merapikan laptop dan barang lainnya ke dalam tas. Jika biasanya  klien lah yang datang ke kantor untuk berkonsultasi mengenai desain bangunan, maka untuk Tante Firda, Abian menyempatkan waktunya bertemu di salah satu lounge ternama di Malang.

Pukul tiga sore ketika Abian melihat arlojinya. Maka bergegas meninggalkan lounge, Abian menghampiri mini cooper birunya di parkiran, menuju satu kafe. Ada satu  anak kucing yang tak sabar ingin segera dia temui.

*

"Oreo fortress satu, stroberi slice cake satu, es americano dua. Atas nama siapa?" Seorang gadis kasir sedang memproses pesanan dari balik konter. "Baik. Ditunggu ya, Kak." Masih ada tiga antrian sebelum Abian sampai di konter tersebut.

Ini Nuna Kafe. Salah satu kafe milik kerabat teman insinyur-nya di Malang. Ada tiga pegawai di sana. Satu laki-laki dan dua perempuan. Dengan seragam berupa kaus dan topi hitam, juga celana baggy abu-abu, gadis yang standby di konter kasir itu begitu ramah melayani pembeli.

Ketika Kuhadirkan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang