Prolog

1 0 0
                                    

   Di sebuah basecamp, terdapat seorang laki-laki yang tengah tertidur pulas. Seorang gadis cantik dengan pakaian seksi mulai mendekatinya. Gadis itu memegang dada laki-laki itu dengan tangannya.

Merasa terganggu, laki-laki itu terbangun dari tidurnya. Dia langsung menjauhkan dirinya dari gadis yang berpakaian seksi dan terbuka itu. "Lo siapa anjirr? Ngapain Lo pegang-pegang dada gue?."

Gadis itu berdecak kesal mendengarnya. Sudut bibirnya melengkung menghasilkan senyuman. Dia bertingkah seperti orang mabuk berat. Aroma alkohol membuat laki-laki itu menutup hidungnya. "Sayang...bukankah kamu menyukainya?."

Laki-laki itu menggelengkan kepalanya tidak percaya. Dia beranjak pergi meninggalkan ruang tersebut. Kenapa gue di sini? Bukannya di kamar?

"Bos!." Panggilan seorang laki-laki menghentikan langkahnya. Matanya membola sempurna melihat wajah laki-laki itu.

"Lo mau pulang dengan keadaan mabuk gini? Sama gue aja dah!." Kini mereka berdua berdekatan.

Laki-laki itu mengernyitkan dahinya tidak mengerti. Dia tahu siapa yang ada di depannya sekarang ini. "Han, gue minta maaf karena nggak sengaja jatuhin motor Lo waktu itu. Gue beneran gak sengaja. Maafin gue ya?."

Han mengernyitkan dahinya tidak mengerti. Dia menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal. Bosnya bersikap aneh. "Lah, bos! Bukan Lo yang jatuhin motor kita tapi Jovita. Yang ada motor Lo jatuh gara-gara Jovita!. "

Laki-laki itu melongo mendengarnya. Dia tidak mengerti kenapa Han mengatakan hal itu. Lalu dia mengangguk kepala mengerti. "Iya itu gue yang jatuhin motor kalian. Makanya gue mau minta maaf sama yang lainnya. Termasuk Cakra si OSIS kutub itu."

Han seketika tertawa mendengarnya. Membuat laki-laki itu kebingungan. Setelah dirasa cukup tertawanya, dia mengulurkan tangannya menepuk-nepuk pundak laki-laki itu dengan lembut. "Lo kan Cakra Bekti Wicaksana. Wah, Lo amnesia ya?."

Han tidak percaya dengan ucapan Cakra sekarang. Dia menggelengkan kepalanya.

"Cakra!." Laki-laki itu berseru lagi. "Gue Jovita Cecilia Chandra bukan Cakra kutub es itu. " Tidak habis pikir dengan Han yang mengatakan hal yang tidak masuk akal.

"Sejak kapan tuh cewek ke sini?." Teman laki-laki yang lain datang.

"Gak tau gue. Kayaknya bos kita lagi ngimpi deh!." Han bingung sendiri melihat dan mendengar sahabatnya ini.

Berdecak kesal. Dia pun melipat kedua tangannya di atas dada. Matanya turun melihat kearah dada yang rata. Memeganginya. Ternyata hanya mengenakan kaos oblong dan jaket saja. Sejak kapan dada gue rata kaya gini?

Han dan Vino memandang aneh kearah Cakra.

"Bos! Lo cari apaan sih? Ribut banget!." Vino bertanya untuk mewakili perasaan Han.

"Bukannya dada gue montok? Kok jadi rata begini?."

Han menjitak kepala Cakra. Dia tidak habis pikir dengan ucapan bosnya yang aneh-aneh. "Dari dulu dada Lo juga rata bosku. "

"What?." Heboh sendiri. Dia pun membuka sedikit kaos yang menutupinya. Rata. Kok? Kini mulai menyadari sesuatu yang ganjal. Menatap kearah Han dan Vino secara bergantian.

"Oke. Gue pulangnya pake motor kan?."

Vino mengangguk kepala. "Ya iyalah pake motor. Sekarang kita pulang secepatnya. Gue gak mau Lo diapa-apain lagi sama nyokap Lo. "

Jovita menghela nafas panjang dan gusar. Dia tidak menyangka jiwanya masuk ke dalam tubuh Cakra. Astaga! Kenapa harus dia sih? Terus, tubuh gue yang asli dimana? Jangan bilang tubuh gue dibungkus sama orang?

Jovita menggelengkan kepalanya. Matanya melihat kearah motor sport milik Cakra. Terlihat besar dan mahal. Memandanginya dengan takjub. "Ini motor gue? Besar banget kaya harapan orang tua."

Vino tertawa kecil mendengarnya. "Bos, Lo bisa bercanda juga rupanya." Menggelengkan kepalanya tidak percaya.

Jovita tersenyum kecil. "Oh ya, rumahnya Cakra dimana sih?."

Vino menghentikan aktivitasnya saat mau memakai helm. "Kok Lo nanya gue sih? Yang tahu kan elo bukan gue. " Amnesia beneran bos kita.. pikirnya.

"Masa sih? Ah, pokoknya Lo kasih tahu gue rumahnya. Oke?."

Vino menghela nafas gusar. Dia tersenyum. "Iya nanti gue tunjukkin rumah Lo. Ayo naik ke motor Lo!."

Jovita mengangguk kepala. Dengan mudah dia menaiki motornya karena tubuhnya yang juga tinggi. Tidak lama kemudian motornya melaju sedang mengikuti Vino. Nyaman banget sih motornya. Untung gue udah bisa belajar sendiri sebelumnya.

Sekitar setengah jam lebih lamanya mereka sampai. Rumah mewah nan megah dengan nuansa modern tradisional. Gerbang rumah terpampang jelas di depan matanya. Gila! Kaya banget kutub ini!

BERSAMBUNG

Exchanged SoulsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang