02 ES

1 0 0
                                    

   "Maksud Lo apa sih, Jo?." Vino bertanya dengan heran. Sembari menautkan kedua alisnya. Jovita mengatakan sesuatu yang aneh pagi-pagi ini. Dia beneran tidak mengerti maksudnya sama sekali.

Cakra menatap sekilas kearah Vino. Dia benar-benar bersyukur sekaligus kesal karena penuturan dari mulut tipis laki-laki itu. "Jawab!." Kini tatapan menajam pada wajahnya sendiri.

Jovita berdiri. Melipat kedua tangannya di atas dada. "Ya mana gue tahu. Bangun-bangun jiwa gue ada di tubuh Lo. " Berdecak kesal. Sialan... Membatin sembari berkacak pinggang.

"What? Jiwa?." Gara menggaruk tengkuknya.

"Anjay! Jiwa kalian dituker gitu maksudnya?." Vino langsung menebaknya dengan tepat.

"Gimana rasanya bos punya gandulan?."

Cakra menjitak kepala Han geram. Dengan tatapan tajam. Beralih kearah Jovita namun dia hanya diam. Dengan malas menuju kearah bangku Jovita dulu. Menggaruk-garuk kepala gusar. Entah apa yang terjadi dengannya.

"Gue gak tau. Yang jelas gue ada di tubuh ini. "

Jovita berdecak kesal. Dia juga tidak suka berada di tubuh OSIS terdingin ini. "Cih! Mana punya Lo kecil."

Vino, Han dan Gara tertawa mendengarnya. Namun mereka terdiam saat melihat seorang pria paruh baya masuk ke dalam kelas mereka untuk memulai pelajaran pertama.

"Lo ngapain di sini sih?!." Ivana menarik tangan Jovita menuju kearah bangkunya. Dan Cakra hanya mengikutinya saja. Dia melakukannya dengan terpaksa.

Vino, Han dan Gara semakin cekikikan.

"Enak ya Lo bisa lihat punyanya bos kita. " Gara melirik kearah Jovita dengan wajah tengil.

Jovita mendengus. Duduk dengan perasaan kesal sekaligus senang sekali. "Iya gue bisa lihat punya Cakra dan dia bisa lihat punya gue. Cih!." Menatap sengit pada Cakra yang juga menatapnya dengan tajam.

"Woi! Kok Lo diem aja sih? Ngomong apa kek!." Ivana Elvira Pradana sahabat Jovita.

Cakra mendengus dingin. Dia sungguh tidak ingin berada di tubuh seorang gadis. Apalagi gadis yang selalu menyebalkan. "Diem!." Ketus dan dingin itulah yang terlihat sekarang.

Kimberly Salsabila membalikkan setengah badannya kearah Cakra. "Lo lagi menstruasi? Ah, mungkin itu Van. Lagi mens. Makanya cuek dan dingin kaya noh..."

Ivana mengikuti arah pandang Lily pada wajah Cakra yang tampak kesal dan marah. "Iya mungkin. Secara Jo itu benci banget dicuekin sama orang. Apalagi kutub itu. Ish!."

Bukan gue ini. Cakra benar-benar tidak percaya dengan dua sahabat Jovita yang mengatainya dengan santai. Namun dia terlalu malas untuk bertengkar karena sungguh tidak berguna.

Jam pelajaran telah selesai. Murid-murid berhamburan keluar dari kelas menuju ke kantin. Sedangkan Jovita berdecak kesal saat melihat ponsel milik Cakra berbunyi. Pesan baru muncul.

Adis (ketos)
Dateng ke ruang OSIS sekarang!

Menghela nafas gusar. Beranjak dari kursinya menuju kearah Cakra yang sedari tadi diam. Langsung duduk di depannya seraya menunjukkan pesan tersebut.

"Sana ke ruang OSIS!." Cakra langsung mengusirnya.

Jovita menatapnya dengan sengit. "Kok gue sih yang kesana?."

Cakra menatapnya dengan malas. "Ya Lo!." Menjawab dengan singkat dan ketus.

Jovita menarik nafas dalam-dalam dan hembuskan perlahan. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi di ruang OSIS nantinya. Dan dia benar-benar kesal karena tubuhnya. "Ahh, kenapa bisa jadi gini sih?!."

Cakra menghentikan langkah gadis itu. "Salah Lo!." Beranjak dari kursinya menuju kearah sahabatnya berada sekarang. Tidak lagi memedulikan teriakan heboh dari gadis itu lagi.

Jovita mencoba untuk menenangkan dirinya yang begitu panik. Karena dia tidak pernah minat dengan OSIS yang kerjaannya rapat, rapat dan rapat saja. Dengan kaki gontai, keluar dari kelas menuju ke ruang OSIS berada.

Beberapa murid menatap tubuh Jovita yang berjalan selayaknya laki-laki. Begitu juga dengan tubuh Cakra sekarang.

Cakra dengan santainya duduk di samping Vino. Laki-laki itu terkejut namun dia ingat sekali. Yang ada di sampingnya sekarang adalah bos mereka. Harus terbiasa mulai sekarang.

"Jo!." Ivana dan Lily menatap heran pada wajah dan diri Jovita yang begitu berbeda.

Cakra tidak menjawabnya. Menatap punggungnya yang mulai mengecil. Entah kenapa dia merasa tidak terbebani oleh rapat OSIS. Menghela nafas berat.

Lily menyenggol bahu Jovita yang membuatnya terkejut. Ketika hendak berbicara, Han langsung menghentikannya.

"Ini pacar baru gue. Namanya Jovita Cecilia Chandra. Jo bilang kalau dia mau temenan sama kita di sini. Ya kan ?." Han menatap kearah Gara dan Vino bergantian. Mengedipkan sebelah matanya.

"Iya temen kalian baru aja jadian sama Han." Vino berusaha untuk menyakinkan Lily dan Ivana. Agar mereka tidak curiga.

Lily dan Ivana melongo mendengarnya. Terutama Lily merasa sangat shock berat. Namun kemudian dia mengerti dan tersenyum. "Jadi sebenarnya Lo suka sama Han, Jovita? Ya udah kita pergi aja. Jangan lupa nanti malam. "

"Jaga diri Lo baik-baik. Gue takut Lo di cipok sama Han." Ivana bercelatuk dengan sengaja. Melambaikan tangannya menuju ke bangku mereka berdua.

Han mengepalkan tangan l mendengarnya. Dia melepaskan diri dari tangan Jovita saat Cakra menatapnya dengan sinis. Jantungnya saja berdegup kencang. Aura bos masih kuat aja!

"Di rahasiakan nggak sih?." Vino menatap kearah Cakra dengan berhati-hati dengan suara lirih.Takut orangnya kesinggung.

Cakra sedikit bingung karena hal ini yang tiba-tiba terjadi pada dirinya. Menundukkan kepalanya untuk melihat rok yang dipakainya sekarang. Dia tidak percaya sama sekali. CK! Entah bagaimana caranya kembali pada tubuhnya sendiri.

"Harus!." Menjawab dengan penuh keyakinan. Dia terlalu malas untuk menjawab pertanyaan dari orang-orang kedepannya saat jujur dengan mereka. Yang ada timbul kehebohan besar.

Han menepuk pundak Jovita pelan. Rasanya sungguh berbeda dengan yang sebelumnya. "Gue yakin kalau Lo bisa kembali ke tubuh Lo yang maco itu. Setidaknya Lo duduk kaya gitu lah!."

Cakra menaikkan sebelah alisnya bertanya. Han berpikir sejenak. Lalu dia mencontohkan bagaimana cara duduknya seorang gadis pada umumnya. Barulah Cakra mencobanya.

"Nah gitu!." Vino berseru. "Mau makan apa? Ini pertamanya kita makan di kantin bareng kaya dulu. Ya walaupun.."  Tahulah maksud laki-laki itu selanjutnya.

"Tubuhnya Jovita sih!." Gara menimpalinya.

Sedangkan disisi lain, Jovita memijat pelipisnya pelan. Menjadi anggota OSIS benar-benar sibuk dan dia tidak terbiasa akan hal itu. Hari-hari santainya berubah menjadi sibuk di sekolah.

"Jangan lupa latihan basket hari ini!." Seorang laki-laki menepuk pundak Cakra dan berlenggang pergi.

Jovita menatap kearah papan tulis yang penuh tulisan itu pusing. Dia memilih untuk memotretnya saja. Senyum. Lalu dia pun beranjak dari kursinya menuju ke kantin. Dan sialnya bel berbunyi nyaring.

Aaaa, gue laper!

Saat berlari, Jovita hampir menabrak seorang gadis. Langkah kakinya begitu panjang dan cepat. "Sorry ya. Gue gak sengaja..."

Gadis itu tersenyum dan tercengang. "Nggak papa kak. Gue pergi duluan ya!." Berlari dengan perasaan bahagia dan senang mendapatkan senyuman yang merekah.

Jovita meraih saku celananya. Uang berwarna merah muda terlihat. Lalu menyerahkan pada penjual dan menerima kembalian. Tidak lama bungkusan makanan diberikan. "Terima bik!." Tersenyum hangat

BERSAMBUNG

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 19 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Exchanged SoulsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang