605 67 8
                                    

⚠️Cerita berdasarkan imajinasi author, no copy. Beberapa tokoh thor ambil dri dashing youth.Nama panggilan dll itu cma krangan jie ya⚠️

=====

Ruofeng berlari sembari menggendong mengsha di dekapannya "Tabib! Panggil tabib sekarang!"pita ruofeng sembari meletakkan mengsha di ranjang miliknya.

"Hăo"

Tak berselang lama masuklah tabib bersama dengan ye dingzhi di belakang nya "Apa kau tak apa?" tanya dingzhi melihat keberadaan dongjun. Dongjun menggeleng sebagi jawaban.

"Sebenarnya apa yang terjadi?, kenapa lei ge bisa seperti ini"lanjut nya bertanya sesekali melirik mengsha yang terbaring.

"Ada sekelompok orang bertopeng yang menyerang Sekte Lei.. "balas dongjun terpotong, mendengar salah satu pengawal berbicara pada dingzhi.

"Tuan bisakah kau menyalurkan tenaga dalammu untuk tuan lei?"

"Tentu saja"balasnya berjalan menghampiri mengsha dan ruofeng yang setia duduk disampingnya.

"Dingzhi mohon bantuannya" seru ruofeng. Dia hanya menggaguk. Posisi mengsha ruofeng dudukan, kepalanya ia letakan di atas pundaknya. Dingzhi kemudian menyalurkan tenaga dalam nya untuk mengsha.

Sebelum itu..

"Bagaimana kondisi nya tabib?"tanya ruofeng melirik tubuh pucat mengsha.

"Tidak ada yang serius, hanya saja kekuatan tenaga dalamnya sudah habis. Dia butuh tenaga dalam kurang lebih 50% untuk membuatnya siuman"

Sesegera ruofeng ancang-ancang untuk menyambungkan tenaga dalam nya tetapi sesaat tabib berkata "tidak! Tenaga dalammu hanya tersiasa 40% saja. Itu sangat berbahaya jika kau menyalurkan semua tenaga dalammu sendiri"

"Kalo begitu panggil dingzhi kemari"pinta ruofeng pada pengawalnya. Pengawal itu sesegera berlari memghampiri dingzhi di luar kamar.

Sesudah tenaga dalam dingzhi di salurkan pada tubuh mengsha. Kini mengsha di letakan kembali di atas ranjang. Ruofeng tersenyum menatap dingzhi "Xie xie ni"ujarnya.

"Tak perlu sungkan pangeran, lei ge sudah ku anggap seperti kakakku sendiri"balas dingzhi tersenyum melirik mengsha di atas ranjang.

"Pangeran bisakah aku berbicara denganmu sekarang?"lanjut dingzhi menatap ruofeng kemudian beralih menatap dongjun.

"Mn... kau jaga dingzhi"seru roufeng kepada dongjun. Dongjun menggaguk kemudian beralih duduk di samping ranjang mengsha.

Keduanya duduk di paviliun yang tak jauh dari sana. "Maaf pangeran, aku hanya ingin bertanya. Sebenarnya apa yang terjadi dengan lei ge?" tanya dingzhi menatap mata ruofeng yang sedang menyeruput secangkir teh.

"Waktu itu aku sedang bersantai di ke kediaman, karena aku tahu bahwa mengsha sedang berkunjung ke perguruan. Namun sesaat aku mendapat kabar bahwa sekte lei diserang oleh bergerombol orang bertopeng" ucap ruofeng dengan raut sedihnya.

"Orang bertopeng?" Sela dingzhi.

"Shi de, orang itu memakai topeng di wajah nya. Sehingga aku tak dapat melihat wajahnya dengan jelas. Anehnya dia mencari dan menginginkan mengsha"lanjutnya mengepalkan tangan sampai membuat cangkir di tangan nya pecah berkeping keping. Dingzhi terkejut melihat sikap ruofeng yang berubah, apalagi jika itu pasal mengsha.

"Apa karena itu?"seru dingzhi.

"Shenme?"tanya ruofeng.

"Ada yang aneh pada tubuh lei ge, ketika aku menyalurkan tenaga dalam ku, aku merasa ada sesuatu yang menghalangi jalan masuknya tenaga dalam ke inti. Tetapi sesaat aku bisa menyalurkan nya kembali"lanjut dingzhi menatap ruofeng dengan serius.

"Permata Merah.." Seru keduanya saling melirik.

Permata Merah menurut kepercayaan masyarakat dahulu adalah tanda kesucian yang di berikan oleh dewi bulan. Sebagai tanda bahwa orang tersebut adalah orang pilihannya. Konon tak banyak orang yang mendapat permata Merah dalam tubuhnya. Dan beredar dengan Permata Merah itu hanya hoaks atau semata-mata mengelabuhi masyrakat. Karena itulah rumor Permata Merah tak terdengar lagi, tetepi ada sebagian orang yang sengaja menyebarkan rumor ini kepada anak anaknya.

Permata Merah sejak dahulu kala adalah lambang kesucian dan sumber kekuatan, jika Permata Merah sampai ke tangan orang yang salah itu akan berakibat fatal.

"Bagaimana dia memilikinya" seru ruofeng melirik dingzhi. Dingzhi menggelang "mungkinkah dia.."balasnya terpotong ketika mendengar teriakan dongjun. Keduanya segera berlari ke arahnya.

"Apa yang terjadi!"tanya ruofeng menatap dongjun kemudian berlari kearah kamar. Mengsha terbangun mencoba duduk,dengan cepat ruofeng membantunya. Mengsha tersenyum tipis melirik ruofeng dengan wajah yang masih pucat. Ruofeng tersenyum dan memeluk mengsha di dekapannya " kenapa kau sangat keras kepala mengsha"ujarnya memeluk mengsha erat.

Dari kejauhan dingzhi dan dongjun tersenyum melihat keduanya. Dongjun beralih menatap dingzhi begitu pula sebaliknya, dongjun meraih tanga n dingzhi dan berlari kecil "ayo yun ge, biarkan mereka bedua sendiri" ajaknya menarik tangan dingzhi.

"Mn.." balasnya tersenyum mengikuti arah tangan yang di tarik dongjun.

'Point +5'

Seseorang tengah meminum secangkir teh di paviliun "Aku harus menyingkirkan kedua orang tersebut, dengan itu aku bisa dengan mudah melancarkan aksi ku" ucapnya tersenyum miring.

"Panggil adik kemari"pinta nya.

"Hăo"

"Ada apa gege memanggilku?"ujarnya bertanya.

"Gege ingin kau berguru di perguruan li"lanjut nya menatap sang adik.

"Shenme!, perguruan li. Bukankah gege tahu aku membenci murid-murid di sana" balasnya kesal.

"Aku tahu itu, tapi ini menyangkut adanya benda yang kita cari"

"Hăo de, aku akan pergi"balas sang adik.

Dingzhi dan dongjun berlatih pedang bersama di taman belakang ke kediaman ruofeng. Keduanya saling beradu pedang "yun ge tarian mu sangat bagus"ujar dongjun menyerang balik dingzhi. Dingzhi tersenyum "aku tahu itu" dengan bersamaan keduanya berhenti, bunga-bunga yang ada di sekitar mereka ikut berjatuhan. Menciptakan kesan indah. Keduanya tersenyum melihat sekeliling mereka.

"Lihatlah yun ge, indah sekali" ujar dongjun menatap bunga-bunga berjatuhan mengenai rambutnya.

"Mn.. indah sepertimu" balas dingzhi melirik dongjun. Dongjun menaikan alis nya menatap dingzhi. Keduanya saling menatap dan tak berselang lama terdengarlah tawa "hahah..yun ge, liatlah diriimu"ucap dongjun seraya melihat kelopak bunga menempel di atas bibir dingzhi, membuatnya seolah seperti kumis. Dingzhi tertawa melihat dirinya sendiri di pantulan air. Dengan jailnya dingzhi menyipratkan air ke arah dongjun.

"Yun ge!"kesal nya berlari mengejar dingzhi.

"Wleee..tak dapat tangkap, tak dapat tangkap"ejek dingzhi berlari menghindari dongjun. Keduanya saling mengejar satu sama lain. Terlihatlah senyum bahagia terbit di wajah keduanya, tanpa sengaja dongjun terpeleset hampir mengenai tanah, namun dengan cepet dingzhi memegangi pinggangnya.

Keduanya saling menatap satu sama lain cukup lama, hingga beberapa saat kemudian turunlah butiran-butiran salju putih. Dongjun membenarkan posisinya dan mengadah menampung butiran salju putih "Turun salju"ujarnya melirik dingzhi.

"Sebaiknya kita kembali, di sini semakin dingin"ajak dingzhi meraih tangan dongjun untuk mengikutinya.

|
|
|
|

谢谢你再见
Janlup vote & komen yg buanyak ye, biar apa? Biar semangat atuh..

Klo chapter  ini tembus 50+ vote, besok jie tmbh 1 chapter lagi. Bonus aja buat kalean.

Story in The NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang