310 47 2
                                    

⚠️Cerita berdasarkan imajinasi author, no copy. Beberapa tokoh thor ambil dri dashing youth. Nama panggilan dll itu cma krangan jie ya⚠️

=======

Malam bersalju menampilkan keheningan yang memikat. Cahaya bulan memantulkan sinar lembut di atas permukaan salju yang menutupi tanah, menciptakan lanskap yang berkilau. Suara langkah kaki di atas salju yang lembut terdengar samar, sementara udara terasa segar dan dingin. Pepohonan yang tertutup salju tampak bagaikan lukisan, menambah suasana magis.

Ruofeng duduk tak jauh dari ranjang sembari memainkan guqin, alat musik tradisional china. Sementara itu mengsha tengah terduduk menyila dengan kedua matanya yang terpejam, untuk memulihkan tenaga dalamnya.

Terlihat butiran-butiran salju kini turun dengan lebat diiringi angin malam yang dingin. Menciptakan suasana yang awalnya dingin  menjadi lebih dingin, membuat semua yang ada di sekitarnya bergetar kedinginan.

Ruofeng berhenti memainkan guqin, kini arah matanya menatap mengsha. Dia berjalan kearah lemarinya mengambil jubah yang serasanya lebih hangat. Ruofeng memakaikannya di tubuh mengsha, sementara mengsha tidak terganggu sama sekali. Ruofeng tersenyum tipis, dan berjalan ke arah jendela kamar.

'Uhkk..uhkk'
Mengsha tiba-tiba terbatuk, dengan darah yang keluar dari mulutnya. Ruofeng menoleh kemudian sesegera menghampiri mengsha.

"Mengsha.. mengsha sadarlah"ucapnya panik melihat mengsha terus memejamkan matanya, dengan darah yang keluar dari mulutnya. Sesaat kemudian hanfu putihnya berubah menjadi merah karena noda darah. Ruofeng menggoyangkan tubuh mengsha tetapi tak ada hasil sama sekali, kini arah matanya menatap hanfu dada mengsha yang bernodakan merah darah.

Sementara itu mengsha kini berada di sebuah taman, banyak pohon sakura yang berguguran mengenai tubuhnya. Mengsha tersenyum  dan mengambil beberapa tangkai bunga sakura yang ada di bawahnya.

"Mengsha"

Mengsha menoleh kebelakang  mendengar namanya di sebut. Terlihat  sosok perempuan berhanfu putih tengah tersenyum  menatapnya. Mengsha tersenyum melihat siapa yang ada di depannya itu, "a niang" ujarnya  berlari.

"A-niang.. apakah ini kau?"tanya nya menggenggam tangan sosok di depannya. Sosok itu tidak menjawab melainkan mengelus pelan rambut mengsha, lalu tersenyum. "Kamu sudah besar mengsha"ujarnya tersenyum sembari mengelus pipi mengsha.

"A-niang aku sangat  merindukanmu"ujar mengsha memeluk ibunya. "Aku ingin terus bersamamu"ujarnya dengan bibir bergetar.

"Maafkan a-niang, tapi a-niang harus pergi. Kau kembali lah, masih ada banyak orang yang menyayangimu" balasnya tersenyum, dan perlahan-perlahan tubuhnya memudar.

"A-niang! A-niang!"isaknya mencoba memeluk tubuh ibunya yang perlahan menghilang.

Ruofeng duduk di belakang mengsha, dirinya terus menyalurkan tenaga dalam miliknya untuk mengsha. Sampai sesaat kedua bola mata mengsha terbuka "Ruo.."ucapnya lirih yang masih bisa di dengarnya . Ruofeng membuka kedua matanya, dengan sigap menopang tubuh mengsha.
Ruofeng membaringkan tubuh mengsha lalu memanggil seorang tabib.

Dongjun duduk memandang danau di paviliun, sembari minum satu kendi arak. 'Mengapa jalan cerita novel ini tidak sesuai dengan yang ku baca?'batinnya di tengah lamunannya.

'Aku lupa memberitahumu. Jadi ketika kamu memasuki dunia novel satu langkah perubahan pada novel itu akan berdampak ke alur cerita berikutnya, menyebabkan alur yang tadinya persis seperti novel aslinya berbalik sesuai langkah yang kamu lakukan'

'Berarti kemungkinan besar aku bisa mengubah ending cerita ini, dan keluar dari novel ini' balas dongjun.

'Ya kau benar, tetapi tidak semudah yang kau bayangkan. Kini tokoh utama menuju kepada Lei mengsha jadi kau harus lebih berhati hati'

Dongjun terdiam mendengarkan sistem berbicara, sembari minum setenggak arak. Tanpa ia sadar, seseorang tengah berdiri di belakang dan bersiap untuk mengejutkannya.

"Buaaa..."

Kejut dingzhi terhadap dongjun. Sedetik kemudian dongjun menendang kecil kaki dingzhi, kesal. "Yun ge"ujarnya menggeram kesal. Dingzhi tersenyum melihatnya lalu duduk di sisi dongjun.

"Kau sedang apa? Kenapa melamun" tanya dingzhi, sembari  menenggak arak milik dongjun.

"Ah.. tidak ada"balasnya tersenyum kikuk sembari menggaruk rambutnya yang tak gatal.

"Yun ge.."lanjut dongjun mengalihkan topik pembicaraan.

"Mn.."balasnya menatap dongjun.

"Sebenarnya apa yang terjadi pada lei ge waktu itu? Sehingga kau dan pangeran berbicara empat mata" tanya dongjun  menatap bola mata dingzhi dengan wajah lugu.

"Sesuatu yang berharga"balas dingzhi dengan tatapan serius.

"Hah? Berharga, apa maksudnya lei ge adalah.." celtuk dongjun.

"Duì.. aku pun terkejut waktu itu, mendapati bahwa lei ge mempunyai permata yang sudah sekian lamanya menghilang" lanjut dingzhi.

"Jadi itukah yang membuat sekte lei di serang"seru dongjun. Dingzhi menganggukkan kepala nya sebagai jawaban.

"Saat ini kita perlu berbicara dengan lei ge dan juga pangeran terkait permata itu, jika masalah ini terus di biarkan akan berakibat fatal" ucap dingzhi melirik dongjun.

"Mn.."angguk dongjun.

Dua hari setelah kondisi mengsha membaik, mereka memutuskan untuk mengunjungi kekediaman pangeran.

"Dongjun.. "seru mengsha tersenyum,  berjalan menghampiri ketiga pria di paviliun.

"Lei ge.."balasnya berlari kecil dan memeluk tubuh mengsha. Mengsha tersenyum membalas pelukan dongjun.

"Bagaimana kondisimu sekarang lei ge?, apa ada yang sakit"celtuk  dongjun memapah pelan mengsha untuk duduk.

"Tidak ada, aku baik-baik saja" balas mengsha sembari mencoba meraih teko teh yang tak jauh darinya. Melihat itu ruofeng dengan  cepat  mengambil teko di depannya dan menuangkan teh di cangkir milik mengsha.

"Xiè xie.." ujar mengsha tersenyum kecil, kemudian meneguk teh di depannya. Dongjun dan dingzhi saling menatap, melihat perilaku pangeran terhadap mengsha.

"Jadi kalian ingin membicarakan apa?"ucap ruofeng berhasil  membuyarkan tatapan keduanya.

"Ah..itu persoalan lei ge"balas dingzhi. Mengsha terkejut dan hampir tersedak teh, dengan cepat ruofeng membantu mengsha mengelus punggungnya.

"Wo?"ujar mengsha menunjuk dirinya sendiri. Dingzhi, dongjun mengganguk sebagai jawaban.

"Wèishēnme wo"lanjutnya lagi, tetapi kini menatap satu persatu mata ke tiga pria di sampingnya, terutama ruofeng.

"Hăo de, lagi pula aku juga harus memberitahumu" balas ruofeng.

"Duì a, aku juga harus tahu"angguk mengsha yang masih menatap ruofeng penasaran.

Ruofeng menjelaskan semuanya yang terkait tentang mengsha di bantu dingzhi. Mengsha mendengarkan penjelasan ruofeng dengan rasa bersalah yang amat mendalam. Mengsha merasa bahwa ini semua terjadi karenanya. Semua murid sekte lei dan tetua sekte lei mati karena nya, penyesalan dalam hidupnya  adalah melihat semua orang terdekatnya mati di hadapanya sedangkan  dirinya tidak bisa menyelamatkannya.

"Mengsha.. kau baik-baik saja"ucap ruofeng  yang berhasil  membuyarkan lamunan mengsha.

"Mn.. aku baik-baik saja"

|
|
|
|

谢谢再见
Janlupa  vote yg buanyak yeee..
Btw pd kangen gk nih sma thor 🧝‍♀️🤭.

Story in The NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang