"huft capeknya, istirahat dulu yuk gaes." Ucap Dimas yang terlihat kelelahan.
Kami pun menepi, meletakkan tas carier yang sangat menyiksa punggung ini. Kami berhenti di tempat lapang yang cukup teduh oleh rimbun pepohonan, tak jauh dari tempat kami beristirahat terlihat beberapa batu yang diukir seperti arca jaman kerajaan, berdampingan disisi kiri dan kanan jalan. Risky dan Dimas yang sudah selesai melepas penat langsung berfoto di arca - arca tersebut dengan kamera yang Dimas bawa. Sedangkan Yoga tampak sibuk dengan kompas dan peta miliknya.
Gimana Yog? Masih jauh gak puncaknya?" Tanya sambil mengamati peta milik Yoga.
"Emm ma... masih Di masih." Wajah Yoga tampak panik.
"Ada apa Yog? Kok kayak panik gitu?"
"I... Inii kompasnya gak fungsi Di." Ucap Yoga sambil menggerak - gerakkan kompasnya.
Dimas dan Risky mendekat kearahku dan Yoga. Tampak ada raut kepanikan diwajah mereka. Dimas dan Risky bergegas memakai ranselnya lagi.
"Udah ilang capeknya? Yuk lanjut!" Ajak Risky sambil berjalan.
"Eh bentar Ky!" Cegah Yoga.
"Kompasnya masih gak fungsi ini, beresiko kalo kita lanjut!" Lanjut Yoga.
"Itu kan ada peta, ikutin aja udah jalur yang udah kamu buat semalem. Simple kan? Udah ayok, keburu malem ini." Jawab Dimas yang berjalan mengikuti Risky.
Ada beberapa kejanggalan yang aku rasakan di tempat ini. Pertama, kompas Yoga yang tiba - tiba tidak berfungsi, kedua, sikap Risky dan Dimas yang seolah ketakutan akan suatu hal. Sedangkan diriku merasa ada orang lain mengamati kami sedari awal kami datang di tempat ini. Aku dan Yoga segera menyusul Dimas dan Risky yang berjalan lebih dulu tapi masih terlihat dari pandangan mata kami. Kali ini aku yang menjadi sweeper, sesekali aku menoleh kebelakang untuk memastikan tidak ada siapapun diantara rombongan kami yang tertinggal di belakang. Alangkah terkejutnya diriku, saat melihat ada sesosok makhluk besar, mata menyala dengan bulu hitam disekujur tubuhnya, berdiri diantara arca tempat Risky dan Dimas berfoto. Mungkinkah makhluk itu yang membuat Dimas dan Risky ketakutan?
Kompas Yoga kembali berfungsi, ada sedikit kelegaan dalam diriku mengetahui Navigator kami kembali percaya diri. Aku yakin kami tak akan tersesat, karena setahu ku Yoga sangat mahir dalam hal navigasi darat. Namun keanehan kembali terjadi, jam tanganku menunjukkan pukul empat sore tapi matahari bersinar layaknya tengah hari. Dalam hati aku berkata, apakah kami disesatkan oleh penunggu hutan? Ku abaikan pikiran abstrakku itu. Aku berharap hanya masalah teknis, entah jam ku rusak atau baterainya habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lali Jiwo "Penjara Sukma Di Puncak Arjuno"
Mistério / Suspense"Siapapun yang datang kesana, sangat mustahil untuk bisa kembali! sekiranya mitos itu yang kami percaya sampai saat ini." Arjuno, Salah satu gunung yang menjadi destinasi favorit para pendaki di Jawa Timur, tak terkecuali bagi Ardi dan kawan kawanny...