IV

148 52 5
                                    

"Selamat datang."

Sapaan kaku tersebut keluar dari laki laki dengan bet nama HADDEN. Laki laki tersebut adalah Hadden Nova El Harits. Cicit laki laki tertua Tacenda family, cucu laki laki pertama untuk jenderal purn Adimas Tacenda dan cucu laki laki ke 4 dari Andika Harits. Anak laki laki satu satunya petinggi Andrew Kale Harits dan Eleanor Cyra Tacenda. Tak ayal dirinya dipanggil 'nepotism baby' karena nama nama besar dibelakangnya. Tapi, hal itu sudah ia terima sejak masih dibangku pendidikan tentara. Bisik bisik dengan cepat menyebar bak tak ada penghalang kalau dirinya bisa sampai sekarang karena nama Tacenda bahkan Harits.

Untuk itu, dirinya selalu berdoa ditugaskan dipedalaman atau tempat yang jauh saja. Jujur muak, dirinya muak selalu dihubungkan dengan nama dibelakangnya. Selama pendidikan sampai dirinya berposisi setinggi ini pun beberapa kali masih ada yang mengatakan itu. Tapi satu sisi dirinya juga bangga akan adanya nama nama itu. Dengan berada ditempat terpencil, susah sinyal dia kan jadi tidak melihat pemberitaan tentang Tacenda atau siapapun yang menyangkutkan namanya. Tau tau juga karena pesan dari kakak nya Nola atau adik asuhnya yang masih curi curi waktu untuk melakukan itu.

"Anda pemimpin disini?" saut perempuan yang 1 hari ini menjadi bahasan di asrama. Perempuan titipan dari petinggi negara yang sedang berproses mendirikan sarana pendidikan.

"Iya."

"Pelayanan sampah." ucap Kala sembari menatap tepat di mata Hadden. Sembari tangan bergetar nya menunjuk tepat di dada Hadden.

"Pelayanan sampah atau kamu yang tidak mampu dikondisi seperti ini?" saut Hadden menghentikan pergerakan Kala yang akan berjalan menjauh. Tersinggung? jelas Hadden tersinggung, mendapatkan jemputan oleh adik asuhnya adalah fasilitas terbaik milik daerah ini. Kenapa bisa disebut sampah?

"Nggak mampu? ngaca coba. Anda yang nggak mampu menyambut tamu, etika mana?" saut Kala tak terima. Dirinya juga butuh pelampiasan karena sudah menahan hampir seharian.

"Terus? saya harus kasih kamu mobil dengan fitur terbaru? saya harus jemput kamu dengan jet pribadi? inilah kondisi yang ada. Seharusnya sebelum kesini kamu sudah riset dan sudah tau keadaan aslinya bagaimana." balas Hadden. Hal itu 100% benar, seharusnya Kala paham.

"Setidaknya kasih saya mobil yang lebih baik, kasih saya penjemput yang kompeten. Bukan pemula seperti itu!" tegas Kala didepan Hadden. Hadden memang sedari tadi menatap tajam Kala dan berjalan pelan mendekat.

"Wah, saya tidak pernah bertemu orang setidak tau diri ini. Pemula? hanya mereka didaerah sini yang bisa mengendarai mobil itu hingga sampai perbatasan. Hanya mereka yang hafal track menuju kesini, apa yang kamu harapkan dengan alam yang kurang mendukung?" saut Hadden tidak terima.

"Permisi Mbak, Pak, koper sudah siap." ucap Aruni memutus tatapan tajam 2 orang tak mau mengalah ini. Bahkan dia sudah melihat kilatan dalam mata atasannya, kalau untuk tentara didepan Kala dirinya tak berani menatap. Aura galaknya sangat menguar.

"Saya sarankan untuk berganti sepatu, bentuk itu sangat tidak disarankan digunakan ditempat seperti ini." ucap Hadden melihat bentuk heels Kala yang jelas malah terlihat menjeblos tanah. Cocok untuk ditanami kacang itu bolongan bekas heels.

"Peduli? urus anak buah biar lebih baik." balas Kala.

"Tentu, itu adalah urusan saya."

"DZAKI!" seru Hadden.

"Siap. Ndan."

"Antarkan Nona Kala Namari ke kamar mandi, sepertinya dia membutuhkan waktu untuk bersih diri." ucap Hadden kepada Dzaki didepannya yang langsung mendapatkan pelototan tajam Kala.

"Saya bisa sendiri." ketus Kala.

"Yakin? sudah tau dimana lokasi kamar mandi?"

"Bisa cari sendiri."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 11 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Of CadencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang