Menjenguk Sang Kakak

161 21 6
                                    

"Kamila di rumah sakit, dia mencoba bunuh diri."

Itu kalimat pertama yang Damar dengar dari balik telepon genggam pada Jumat malam pukul 21.00 waktu Jakarta. Suara itu terdengar dari seorang wanita yang belum pernah ia kenal. Tenang dan jelas. Seakan kata-kata itu keluar dari mulut wanita terlatih yang terbiasa memberikan informasi secara mengejutkan. Sayangnya, Damar tidak terkejut. Tidak sama sekali bahkan dalam keadaan yang barangkali darurat.

Damar menoleh ke kiri, memandang Anggun dengan lirikan yang mampu membuat gadis itu penasaran. Anggun mengerutkan kening, mengisyaratkan kata "Siapa?" dengan kedua bahu setengah naik.

Bersama kekasihnya, Damar berada di dalam mobil yang dikemudikan dengan kecepatan sedang di atas jalanan basah. Hujan yang mengguyur kota Bandung setelah dua jam tanpa henti masih menyisakan gerimis. Udara terasa dingin. Begitu pun Anggun mampu menyetel pendingin mobil dengan suhu terendah tanpa merasa bersalah. Damar belum merespon pertanyaan isyarat Anggun saat wanita di seberang telepon masih bicara. Ia mendengarkannya, berusaha mencari-cari kata yang tepat untuk menanggapi kabar tiba-tiba ini.

"Tolong segera ke sini, Damar. Kamila butuh keluarganya."

"Saya nggak bisa sampai ke sana dalam waktu dekat, Mbak. Mungkin Mbak .... maaf, siapa nama Mbak?" Penyakit lupanya kambuh. Padahal wanita itu baru saja memperkenalkan dirinya satu menit yang lalu.

"Maya," jawabnya cepat.

Damar mengangguk sambil melirik Anggun yang tengah melihat situasi luar dari balik kaca mobil yang berembun.

"Ya, Mbak Maya. Saya nggak bisa ke sana sekarang."

"Kamila adalah kakak kamu dan dia sangat butuh kamu, Damar. Kondisinya sangat memprihatinkan sebab bukan hanya fisiknya saja yang terluka, tetapi psikologisnya juga terganggu. Harus ada seseorang yang membantunya untuk ... setidaknya memberikan dukungan terhadap apa yang selama ini dia alami."

Kenapa? Memangnya Kamila kenapa? Damar sama sekali tidak tahu apa yang kakaknya itu alami selama lebih tiga bulan ini. Jangankan bertemu, mendengar kabar tentang Kamila saja ia tidak pernah. Jarak di antara mereka sangatlah jauh sejak kedua orang tua mereka berpisah di usia Damar masih tiga tahun, tepatnya 21 tahun yang lalu. Entah mereka dipisahkan secara sengaja atau memang hak asuh dibagi melalui kesepakatan yang konstitusional. Ayah Damar mengasuhnya sedangkan ibunya mengasuh Kamila yang saat itu sudah terbilang remaja di usia lima belas tahun.

Dua tahun pertama perpisahan mereka, ibunya sering menjenguk Damar. Kamila dan ibunya melakukan perjalanan dari Cianjur ke Bandung, meminta izin pada ayahnya. lalu membiarkan Damar dan Kamila bercengkerama berdua. Setidaknya itu yang ayahnya pernah ceritakan sebelum beliau meninggal tiga tahun yang lalu. Tidak ada satu memori pun tertinggal tentang kedekatan mereka berdua kecuali saat suasana duka atas meninggalnya sang ibu atau kebaikan Damar saat menjenguk Kamila di beberapa kesempatan.

Garis darah Kamila dan Damar sebagai kakak beradik tidak terlalu kentara. Di hari-hari besar perayaan umat Islam pun, Damar hanya sekali mendatangi kediaman Kamila di Cianjur. Ia begitu canggung. risih, dan asing. Ada banyak hal lain yang membuat mereka-mungkin menurut Damar sendiri-membentangkan jarak itu semakin jauh. Terlebih mengingat sikap Kamila yang terlalu membela suaminya saat peristiwa pertengkaran waktu itu.

Lalu entah mengapa, ketika mendengar kabar seperti ini, rasa iba Damar lumayan tersentuh walau hanya sebesar kelereng.

"Memangnya Mbak Kamila kenapa?" tanya Damar sembari mengaktifkan mode pengeras suara agar Anggun juga bisa mendengar.

"Seseorang yang mencoba mengakhiri hidupnya dengan cara menenggak racun artinya ia berada dalam fase depresi parah. Semenjak suaminya meninggal dua minggu lalu, mental Kamila down banget. Mungkin dia butuh seseorang untuk berbagi tapi dia tidak punya itu. Sedangkan saya hanya berperan sebagai psikolog sekaligus teman lama yang kebetulan bertemu kembali dalam konseling."

Akal Sehat Terancam PunahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang