Titik Terendah

43 11 0
                                    

Damar melihat ekspresi tanpa duka di wajah Kamila. Ia menceritakan semua hal tentang Tio dengan nada lugas, seakan-akan kehilangan suaminya bukan lagi sumber kesedihan seperti yang diceritakan Maya. Kamila mungkin sudah move on, sudah tidak lagi merasa sendiri. Atau mungkin sesuatu telah terjadi sebelum kepergian suaminya itu.

"I ... itu gimana kejadiannya, Mbak?" Kening Damar mengerut hampir sempurna ketika pertanyaannya digandrungi rasa penasaran yang tinggi.

Kunyahan di mulut Kamila perlahan berhenti. Ia membiarkan sendok setengah tenggelam di dalam mangkuk bersama dengan pandangan yang tampak tidak yakin. Kejadian beruntun yang menimpanya sebelum Tio benar-benar tewas, serta pergolakan batin yang membuatnya sangat tidak nyaman di hari-hari sebelumnya. Kamila ingin bercerita. Ia ingin sekali menceritakan semua itu pada Damar. Akan tetapi, ia punya tujuan tertentu yang tidak akan bisa dipahami oleh siapa pun.

***

Semenjak Kamila menaruh curiga pada Tio yang tampaknya tahu tentang Junaidi, ia tidak bisa tenang. Dengan cara apa pun ia mengelabui sikap serta perasaannya, Kamila tetap tidak mampu membendung rasa penasaran itu.

Kamila tahu, Tio tidak akan pernah bersedia menjawab pertanyaannya. Pria itu selalu marah dan membentak Kamila setiap kali ditanya perihal hubungannya dengan Junaidi. Hari demi hari berlalu, Kamila ingin membuang rasa curiga dan menganggap semuanya itu hanya pikiran kotornya saja. Hingga suatu hari Kamila diminta untuk membantu membereskan rumah mertuanya yang hendak berpindah tangan ke pemilik baru, ia menemukan sebuah gelang rantai putih di bawah lemari pakaian yang baru saja diangkat untuk dimusnahkan.

Gelang itu tidak berkarat karena berbahan rantai stainless steel, tetapi tertutup gumpalan debu yang bila tidak sengaja disapu, maka Kamila tidak akan tahu kalau benda itu penting. Di dalam kamar yang dulunya adalah kamar Tio sewaktu melajang, Kamila memungut gelang berdebu itu lalu membersihkannya. Ia tidak berekspektasi apa-apa dan mengira itu cuma benda yang mungkin penting bagi Tio. Namun ketika ia melihat ukiran huruf di bagian plat gelang tersebut, Kamila terkejut.

'J&L'  Itu gelang yang pernah dimiliki Junaidi. Gelang yang sangat Kamila ketahui karena benda itu merupakan hadiah ulang tahun dari seorang gadis untuk Junaidi. Kamila tahu betul sebab Kamilalah yang menemani gadis berinisial L itu pergi ke tukang aksesoris untuk mengukirkan huruf 'J&L'. Itu adalah gelang yang Kamila cari-cari sewaktu Junaidi meninggal, tetapi terlupakan seiring dengan kesedihan yang berlarut-larut.

Prasangka Kamila terhadap Tio semakin menjadi-jadi. Setibanya mereka di rumah, Kamila tidak dapat menahan amarah yang terpendam. Di meja makan, begitu Tio selesai makan malam, Kamila menaruh gelang tersebut di meja tepat di hadapan Tio.

"Kamu udah nggak bisa bohong lagi sama aku, Mas," katanya tanpa basa-basi. "Aku nemu ini di bawah lemari baju kamu waktu beres-beres kamar. Dan aku yakin kamu tahu ini punya siapa."

Tio menatap benda itu beberapa detik seolah memori di otaknya mulai bekerja. Kemudian, ia pun menggeleng. "Aku nggak tahu itu punya siapa, Mila."

"BOHONG!" bentaknya sambil memukul meja. "Ini punya Mas Jun. Kakak kandung aku! Kenapa gelang ini bisa ada di kamar kamu, Mas?"

 Tidak terima dibentak oleh istrinya, Tio pun bangkit dan menatap Kamila nyalang. "Berani kamu bentak aku cuma gara-gara orang yang udah mati?"

"JUNAIDI. Dia punya nama!"

"Dan kamu pikir aku peduli?"

Kekuatan macam apa yang membuat Kamila berani menantang Tio seperti orang yang ingin membunuh? Kesabaran di dalam dirinya sudah habis. Geranat yang bersarang di dalam dadanya bisa meledak kapan saja. Semakin Tio marah, semakin Kamila yakin pula keterlibatan suaminya atas kasus kematian Junaidi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Akal Sehat Terancam PunahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang