2. Tetangga Baru

40 3 0
                                    

Hari ini Jeonghan bangun kesiangan, dengan kondisi lapar berat, dan parahnya tidak ada makanan apapun di hunian barunya ini.

"Bisa gila aku."

Biasanya jika ia kelaparan seperti ini, ada Mingyu yang selalu bisa memasak untuknya, entah makanan seperti apapun itu yang ia minta, rekan segrubnya itu pasti selalu bisa mengurusnya.

"Makan apa coba aku?"

Matahari kini sudah terik, dan Jeonghan masih setia bergelung di kasur putih barunya itu. Ia menatap jendela besar kamarnya itu dengan tatapan sayu-lebih tepat malasnya. Apa ia harus menelepon Mingyu? Tapi pria itu pasti akan mengamuk kalau Jeonghan menghubunginya sekarang, pria itu sedang ada pemotretan sekarang, tidak mungkin 'kan Jeonghan mau memanggilnya kemari hanya untuk memasakkannya sarapan. Lagipula ... Jeonghan juga sudah bertekad untuk tidak terlalu merepoti orang lain hanya karena masalah cederannya ini.

"Apa aku telepon saja ya?"

Tidak, Mingyu sudah cukup marah padanya tentang masalah pindahan itu, jangan sampai membuatnya makin marah, bisa hilang babu kesayangan Jeonghan nanti.

Jeonghan bangkit dari tidurnya-tentu saja dengan gerakan slowmo yang terlihat malas sekali. Ia memandang kaki kirinya yang masih terbalut gips, kemudian berdecak. "Ck. Menyebalkan." Setelahnya Jeonghan menatap sosok di atas meja pojok kamarnya dengan wajah mengerut kesal. "Andai saja aku bisa menyuruhmu turun dan membelikanku makanan, Dolljong-ie, kau pasti akan lebih kusayang lagi daripada sekarang."

Hening. Jeonghan beranjak dari ranjangnya dengan tertatih, datang menghampiri sosok yang diajak bicara tadi. "Kau tau? Karena aku tidak semalas dirimu, maka aku akan bersiap turun untuk menyambung hidupku. Tentu saja aku butuh asupan protein sekarang, tidak seperti kau yang hanya tau tidur dan malas-malasan saja, aku masih rajin loh, Dolljong-ie."

Dan hening lagi. Jeonghan kembali menggeret langkahnya dengan tertatih untuk meraih jaket dan topi hitamnya. Ia berencana untuk turun kebawah, ke cafetaria lah setidaknya, perutnya sudah mulai menggerutu sekarang, jadi ia harus cepat.

"Nggak perlu cuci muka, seisi dunia pun juga tau modal muka bantal gini aja aku tetep cakep."

Ya mau bagaimana lagi, itu memang faktanya jadi tidak perlu disanggah.

Begitu jaket dan topi tadi sudah terpasang pas di tubuhnya, Jeonghan kembali menggeret langkahnya menuju pintu apartemennya. Sialan sekali, kenapa ia harus membeli apartemen yang kepalang luas ini, dengan kaki kirinya yang tengah cedera, ia jadi kesulitan kan hanya untuk sekedar mau keluar apartemen.

"Apa aku pake kursi roda lagi aja ya? Tapi nanti malah lebih ribet, capek juga muter rodanya."

Akhirnya dengan sedikit pertimbangan, Jeonghan pun memilih tetap memakai kruk dan beranjak keluar dengan bantuan alat itu. Begitu ia membuka pintu, satu pemandangan yang tak pernah Jeonghan duga akan menyambut penglihatannya.

"Oh? Kau?"

Gadis di depannya itu menoleh, ia juga tengah membuka pintu apartemennya dan sepertinya juga akan beranjak keluar. Gadis itu berkedip bingung, nampaknya ia tak mengenali pria yang ada di depannya ini.

"Kau ... mengajakku bicara?"

Jeonghan mendengus kecil. "Memang ada orang lain lagi selain kau yang ada disini? Oh tidak, tentu saja aku tengah berbicara dengan partikel debu yang ada disini, betul kan, debu-debuku?"

Gadis itu nampak mendelik geli, apalagi melihat style pria ini yang nampak sangat menyedihkan dengan rambut berantakan dan piyama tidurnya yang sangat lecek, oh jangan lupakan gips dan kruk yang kini tengah dipakainya menambah kesan menyedihkannya saja. Ganteng sih, tapi ya tetap saja siapa yang tidak kaget coba tiba-tiba disapa orang nggak dikenal kayak gini? "Ck. Nggak gitu, tapi maaf, kau siapa ya? Penghuni baru unit sebelah kah? Atau jangan-jangan kau ini penyusup?!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AH! LOVE | Yoon JeonghanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang